Nothing change

1.4K 138 0
                                    

"Irish.. Hei, sayang bangunlah.."

Aku mengerjapkan mata saat seseorang mengusap pipiku dengan perlahan. Samar samar aku juga mendegar namaku dipanggil hingga beberapa kali.

"Nak, kenapa kalian tidur di sofa? Ayo bangun dan masuklah ke kamar."

Oh, itu suara bibi Megg yang membangunkanku.

Saat kesadaranku sudah sepenuhnya terkumpul, aku baru bisa menyadari jika aku sedang tertidur di sofa, bersama Aiden yang memeluk ku dari belakang sana.

Kaki Aiden melilit kaki ku agar aku tidak terjatuh karena memang posisiku berada di tepi sofa, sementara satu tangannya memeluk pinggang ku dan satu yang lainnya lagi menjadi bantalan kepalaku.

Aku mencoba untuk duduk dan dengan perlahan menyingkirkan tangan Aiden meski kakinya yang berat tidak bisa ku singkirkan.

"Pukul berapa sekarang, bibi?" Tanyaku dengan masih sedikit mengantuk.

"Pukul 4 pagi. Apa kalian baik baik saja? Kalian terlihat kacau."

Kacau.

Oh, tentu saja.

Terutama setelah kejadian semalam. Tentu saja keadaan kami terlihat kacau sekarang. Bekas air mata yang mengering, pakaian yang tak lagi rapi, juga wajah lelah yang menghiasi.

"Ya.. Ada sedikit hal yang membuat kami berantakan."

Aku menjawab dengan jujur. Sejak kecil aku sudah terbiasa jujur dengan para ibu. Ibuku, ibu Aiden, maupun ibu Amaris. Aku tidak pernah bisa menutupi apapun dari mereka.

Bibi Megg kembali mengusap pipi ku."Aiden menyakitimu, Irish?"

Mungkin lebih tepatnya adalah perasaan yang menyakiti kami berdua.

Aku dan Aiden tidak terbiasa melibatkan perasaan. Maka saat untuk pertama kalinya perasaan itu datang, tentu saja aku dan Aiden merasa kesulitan. Sulit untuk mempercayainya, juga sulit untuk beradaptasi dengannya.

"Tidak, tidak ada yang menyakiti ataupun disakiti, bibi." Untuk kali ini saja aku memilih untuk berbohong. Sangat tidak mungkin bagiku untuk mengatakan yang sebenarnya terjadi semalam.

Bibi Megg tersenyum, aku ikut tersenyum membalasnya.

"Syukurlah.. Saat di pesta kulihat kalian berciuman, lalu tiba tiba kau pergi dan Aiden mengejar sambil meneriakimu."

Tawa kecil bibi Megg terdengar. Terlihat sangat lega karena baik aku maupun Aiden, kami berdua baik baik saja.

"Umm.. Aiden, dia memintaku untuk menjadi kekasihnya."

"What?!"

Bibi Megg segera menutup mulutnya saat menyadari suaranya terlalu tinggi dan akan bisa membangunkan Aiden dari tidurnya.

Aku meletakkan jari tengah ku di depan bibir, memberi isyarat untuk kembali memelankan suara.

"Oh, God.. I can't believe, but I'm so happy to hear that!"

Aku mendapat banyak kecupan di kepalaku dari bibi Megg. Senang rasanya karena mendapat respon positif darinya. Tawa kecil ku tak dapat ku sembunyikan.

The SASSY GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang