XIII

3.9K 288 60
                                    

Disclaimer
Boboiboy © Animonsta Studio

"Cotton Candy"
Slice of Life | Brothership | Drama | Comedy
Chara : Taufan, Gempa
a story written by Zevuar
© June 2021

"Gempa, sudah ratusan kali Mas bilang jangan pernah menemui Mas jika tidak ada hal penting."

Tenang saja, aku sudah sering diomeli oleh Mas Taufan. Gempa kuat, kok!

"Masa Gem nggak boleh ketemu sama Mas Taufan, 'sih?"

Mas Taufan memasang wajah masamnya. Ah, aku sudah biasa dengan wajah itu. Dia tidak akan pernah menunjukkan senyumannya jika aku sedang berada di dekatnya. Aku sudah biasa dianggap sebagai orang asing. Ya, aku sudah biasa.

"Menurut kamu? Sebentar lagi Mas akan membuka toko roti. Lebih baik kamu pergi, Mas sibuk."

Ya, aku juga sudah biasa diusir olehnya. Tapi, mentalku sudah sekuat baja. Omelan dari mulutnya tidak akan berpengaruh kepadaku.

"Mas ngusir Gem? Nanti Gem hilang dicuri om-om bagaimana? Atau ada tante-tante bagaimana? Pasti banyak diantara mereka yang sudah bawa karung, Mas! Gem takut!"

"Kamu sudah besar. Tidak akan ada yang mau menculikmu," kata Mas Taufan datar.

Sepertinya Mas Taufan benar-benar ingin mengusirku.

"Ya sudah, Gem pergi. Tapi Mas jangan lupa makan, loh. Gem ada bawain bekal untuk Mas. Kalau nggak dimakan karena fokus kerja itu bego namanya."

Duh, maafkan mulutku yang kadang terlalu frontal ini.

"Kamu sendiri masih di sini padahal sudah jelas-jelas Mas usir, itu lebih bego namanya."

Tapi tenang saja, ucapan Mas Taufan lebih pedas dari kata-kataku. Mungkin Mas Taufan belajar bicara seperti itu dari Bang Halilintar. Julidnya mereka berdua bakalan mengalahkan gosip-gosip ibu-ibu komplek.

"Kenapa sih Mas Taufan ngusir Gem mulu? Gem itu adik Mas, 'loh! Lagian kan Gem sudah jarang-jarang ke sini."

Aku melihat Mas Taufan menghela napasnya. Apa dia depresi dekat denganku? Hey! Banyak orang yang rela menghabiskan waktunya agar bisa bersamaku!

"Seminggu 7 kali kamu datang. Itu kamu bilang jarang?!"

Aku mengangguk semangat, "ya! Biasanya kan Gem tiap jam ke sini."

"Kurang kerjaan banget kamu."

Wah, Mas Taufan benar-benar menyepelekanku!

"Mas, Gem juga punya kerjaan tahu!"

"Ngapain?"

"Gangguin Mas lagi kerja," jawabku santai.

Mas Taufan hanya menghela napasnya. Tampaknya dia tidak ingin lagi meresponku atau sengaja tidak menjawabnya agar topik pembicaraan kami berubah.

"Mas?"

"Apalagi Gempa?"

"Nggak papa sih, manggil saja."

Mas Taufan kembali menghela napas. Dia melakukan itu untuk kesekian kalinya. Apa aku telah menjadi beban untuknya? Ah, mana mungkin seorang Gempa menjadi beban untuk Mas Taufan.

"Kamu masih belum berniat untuk pergi?"

"Mas beneran mau ngusir aku?!" pekikku tidak terima.

"Iya."

Singkat, padat, jelas, dan menyakitkan. Aku meremas dada dan menunjukkan ekspresi terluka walaupun aku sudah terbiasa dengan Mas Taufan. Tapi entah mengapa aku tetap merasa sakit jika Mas Taufan menunjukkan bahwa dia benar-benar tidak ingin aku berada di sekitarnya.

Chaos - Oneshot Story | ✔Kde žijí příběhy. Začni objevovat