XXVI

2.7K 190 23
                                    

Disclaimer
Boboiboy © Animonsta Studio

"Found You"
Brothership | Family | Angst
Chara : Halilintar, Gempa
a story written by Zevuar
© May 2022

Halilintar hanya bisa menatap kosong pigura berisikan foto dirinya bersama dengan keluarga kecilnya. Foto Halilintar yang memeluk erat sang adik dengan sosok kedua orangtua Halilintar yang mengapitnya di kedua sisi. Pigura terakhir yang disimpan oleh Halilintar sekian lama dan menjadi benda pengingat bagi Halilintar bahwa keluarga sudah jauh berbeda sekarang.

Keluarga kecilnya hancur. Dia harus menerima takdir bahwa dia harus berpisah dengan adiknya. Dia harus merelakan hilangnya kasih sayang dari salah satu orang tuanya. Kebahagiaannya benar-benar hancur saat hari itu datang. Hari di mana semuanya berantakan dan kedua orang tuanya memilih untuk berpisah.

Sejak itu pula, seluruh kontak mereka hilang tak berbekas. Kerinduan Halilintar akan sosok Bunda dan adiknya itu kian membuncah kala dirinya tidak bisa menemukan keberadaan mereka lagi. Dia selalu pulang larut malam, mengecek satu per satu alamat yang diberikan kepadanya yang katanya merupakan alamat sang Bunda tinggal. Harapan demi harapan terus dipanjatkan Halilintar agar suatu hari nanti mereka akan dipertemukan kembali.

Halilintar mendengus kecil kala pintu kamarnya terbuka. Tanpa menoleh, dia sudah tahu siapa oknum yang masuk ke dalam kamarnya tanpa izin; sang Ayah.

"Bang? Makan dulu. Nanti sakit," tegur sang Ayah.

Halilintar tersenyum sinis, "ternyata Ayah peduli sama Lintar? Kirain Ayah lupa masih punya anak karena sibuk sama kerjaan Ayah."

"Abang?"

"Yang boleh panggil Lintar itu Abang cuma Bunda sama Adek. Ayah nggak berhak manggil Lintar Abang lagi sejak Ayah biarin Bunda pergi!"

Pria itu terdiam. Dia paham bahwa Halilintar masih belum bisa menerima keadaan. Dia memaklumi Halilintar yang kecewa kepadanya. Dia tahu bahwa dia salah.

"Apa Ayah nggak bisa dimaafin, Bang?"

Halilintar menoleh sambil menatap sang Ayah dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia tersenyum tipis, "buat Lintar bisa kembali di waktu yang sama saat Lintar masih bisa hidup bahagia sama Bunda dan Adek."

Halilintar meletak pigura itu di atas nakas. Dia berdiri dari kasurnya, melangkahkan kakinya menjauh dari sang Ayah yang masih setia berdiri di sana.

Halilintar tidak akan pernah memaafkan sang Ayah. Tidak akan pernah.

|《¤》|

Motor itu melaju membela jalanan; melaju kencang sembari menyelip pengguna jalan lainnya. Tidak ada yang tahu bahwa pemuda itu sedang menangis di balik helm full face yang digunakannya. Hatinya kacau, perasaannya berkecamuk hebat. Halilintar sedang tidak baik-baik saja.

7 tahun berlalu.

Selama itu juga Halilintar memendam semua rasa sakitnya. Hanya bisa terdiam saat seluruh murid memberikan hadiah kepada orang tua saat sekolah mengadakan acara peringatan hari ibu. Membiarkan orang-orang mengolok dirinya karena tidak mempunyai orang tua yang lengkap.

Di sisi lain, dia juga merindukan sosok adik kecilnya. Sosok yang selalu menunggu kepulangannya setiap kali Halilintar bermain dengan teman-temannya di lapangan. Sosok yang selalu merengek saat Halilintar dengan sengaja menolak untuk tidur di kamar yang sama. Sosok yang selalu menghibur Halilintar dengan pelukan hangat. Halilintar sangat merindukan adiknya itu.

TIINNN!!!

Dia tersadar dari lamunannya. Kedua matanya membulat sempurna karena sebuah mobil berada tepat di depannya. Halilintar langsung membanting stang motornya ke arah trotoar. Membiarkan dirinya terseret motor itu untuk menghindari kecelakaan.

Chaos - Oneshot Story | ✔Where stories live. Discover now