XXVIII

2.3K 160 73
                                    

Disclaimer
Boboiboy © Animonsta Studio

"Unexpected World"
Brothership | Family | Angst
Chara : Beliung, Gempa slight Sopan
a story written by Zevuar
© December 2022

Sepanjang perjalanan, mereka berdua hanya diam. Beliung yang sejak tadi melempar candaan kepada Gempa namun tidak satupun candaan ataupun perkataannya direspon oleh sang adik, membuat Beliung akhirnya memutuskan untuk diam seribu bahasa.

Sesampainya di rumah pun, Gempa tetap tidak menanggapi Beliung sedikitpun. Gempa memilih masuk ke dalam kamarnya sendiri, meninggalkan Beliung yang masih terdiam di ambang pintu itu.

Ini aneh--batin Beliung. Sudah beberapa hari ini Gempa bersikap aneh kepadanya. Semarahnya Gempa kepada Beliung, sang adik tidak akan pernah mendiamkannya seperti ini. Setelah berperang dengan batinnya sendiri, akhirnya Beliung memilih untuk masuk ke dalam kamar Gempa dan mendapati sang adik yang sedang memunggunginya disana.

"Ada apa 'sih, Gempa? Aa' ada salah sama Gempa?" tanya Beliung lirih.

Bagaimana tidak, Gempa adalah satu-satunya alasan Beliung untuk tetap bertahan menghadapi kejamnya dunia. Gempa adalah alasan Beliung untuk pergi dari kejamnya rumah sang ayah yang selalu saja menjadikan Gempa sebagai sasaran amukan. Sungguh, Beliung benci melihat sang adik terluka akibat sang ayah. Itulah sebabnya Beliung pergi membawa Gempa. Meninggalkan Bandung--kota kelahirannya, menjauh dari neraka dunia yang diciptakan orang tuanya sendiri.

"Gempa nggak marah sama Aa', Gempa cuma marah sama diri sendiri. Gempa cuma bisa nyusahin Aa' doang. Gempa cuma beban buat Aa', kan?"

Gempa akhirnya bersuara setelah sekian lama terdiam. Tanpa menoleh kepada Beliung, Gempa menjawab lirih pertanyaan Aa'-nya itu.

"Siapa yang bilang kamu itu nyusahin Aa', huh?! Bilang sama Aa', biar Aa' hajar dia!" ucap Beliung marah. Dia berjalan mendekati Gempa. Berusaha memeluk sang adik sebelum Gempa akhir memutar tubuhnya menghadap ke arah Beliung.

"Gempa yang bilang. Ayo hajar Gempa! Aa'! Hajar Gempa!"

Tangan mungil Gempa memegang tangan besar milik Beliung. Mengarahkan tangan Beliung tepat di pipinya.

"Hajar Gempa, Aa'!"

BUGH!

Gempa memejamkan kedua matanya. Tubuhnya bergetar kala suara pukulan itu terdengar olehnya. Namun, bukannya sakit yang dirasa, Gempa malah mendegar deru napas kasar dari depannya.

"Gimana cara Aa' bisa mukul kamu, Gempa? Tangan Aa' dipakai untuk ngurus kamu sejak kecil. Aa' nggak bisa!"

Beliung menarik tangannya, membiarkan darah perlahan menetes dari buku tangannya yang terluka akibat memukul tembok itu sekuat tenaga. Tapi, Beliung tidak merasakan apa-apa. Dibandingkan itu, hatinya sakit saat Gempa perlahan menjauhinya.

Beliung semakin mendekat, merengkuh tubuh mungil adiknya yang bergetar hebat disana. Mengelus punggung Gempa--menenangkan Gempa. Gempa menangis saat tubuhnya benar-benar tenggelam dalam pelukan Beliung.

"Kenapa, Gempa? Kenapa tiba-tiba gini sama Aa'? Ada masalah? Cerita sama Aa'."

Gempa hanya menggeleng pelan di dalam pelukan Beliung. Beliung menghela napas, "yaudah kalau nggak mau cerita. Aa' nggak bakalan maksain kamu."

"Maafin, Gempa."

"Iya," ucap Beliung. Dia mengusap kepala Gempa pelan. Berusaha menenangkan Gempa sekaligus menetralisir emosi yang perlahan menguasai dirinya.

"Aa' nggak kangen sama Papa? Aa' nggak mau pulang?"

Pertanyaan itu benar-benar membuat Beliung terdiam untuk kesekian kalinya.

Chaos - Oneshot Story | ✔Where stories live. Discover now