XXXI

2.5K 166 145
                                    

Disclaimer
Boboiboy © Animonsta Studio

"Bittersweet"
Brothership | Slice of Life | Fluff
Chara : Halilintar, Taufan, Gempa
a story written by Zevuar
© February 2023

Halilintar sudah sibuk sejak dia membuka matanya di pagi hari. Tanpa memperdulikan rambutnya yang belum tertata, ataupun mencuci wajahnya atau bahkan menyikat giginya; dia harus melakukan tugas negara yang sangat-sangat penting baginya. Tugas yang mengharuskan seorang sulung sepertinya merelakan minggu pagi cerahnya untuk menyembunyikan segala bentuk makanan manis dari adik bungsunya.

Oh, Halilintar hanya akan menghukum adiknya itu karena telah berani mengendap-endap di malam hari demi sebuah kue kering buatan Taufan. Sebenarnya dia tidak marah, malah Halilintar senang karena adik bungsunya itu lebih memilih makanan homemade yang artinya Halilintar tahu bahwa makanan itu terjamin dari segala aspek penilaian tentunya.

Hanya saja, bungsu keluarganya itu sangat menyukai segala hal yang berbau manis. Apapun itu, selagi makanan atau minuman itu manis, maka sang bungsu akan selalu menghabiskannya. Tak peduli sekenyang apakah dirinya, lambung bocah menggemaskan itu akan selalu punya tempat untuk menampung makanan dan minuman manis.

"Aku nggak akan ketipu lagi dengan mata bulat menggemaskan itu. Nggak akan..." Halilintar meyakinkan diri sendiri sembari memindahkan kue kering buatan Taufan ke rak paling tinggi di sana. Bahkan jika Gempa menemukannya, badan cebol milik adiknya itu tidak akan sampai walaupun sudah dibantu dengan kursi. Dia tertawa kecil, "...tapi... dia benar-benar menggemaskan."

|《¤》|

Kemarin malam

Kepala Gempa timbul diantara celah pintu yang dibukanya sepelan mungkin. Kepalanya celingak-celinguk kesana-kemari; memastikan bahwa Abang dan Mas-nya itu tidak akan keluar malam ini. Dia tersenyum puas saat dia yakin bahwa kedua orang yang sangat dikhawatirkannya itu tidak ada hawa keberadaannya.

Gempa menaikkan tudung jaket beruang yang kini dikenakannya itu. Buntelan lemak menggemaskan itu tampak sangat cocok dengan jaket beruang berwarna cokelat pemberian sang kembar kepadanya sebagai kado ulang tahun Gempa.

Dengan langkah perlahan, dia melewati kamar Abang dan Mas-nya. Dia menahan napas saat dia benar-benar berada tepat di depan pintu kamar itu. Dia benar-benar tidak ingin ketahuan kali ini. Langkah demi langkah, bulir keringat mulai bercucuran di wajah bulatnya.

Gempa baru bisa bernapas normal saat dia sudah menjauhi kamar itu. Sekarang, dia hanya perlu menuruni tangga dan menuju dapur. Tujuannya hanya satu, kue kering buatan Mas Upan; kembar kedua keluarganya. Sungguh, Gempa sangat menyukai makanan manis itu. Dia tahu juga bahwa Mas Upan akan selalu menambahkab banyak choco chips saat membuat kue kering itu.

Membayangkan rasa manis yang akan memenuhi mulutnya malam ini membuat Gempa semakin melebarkan senyumnya. Dengan hati-hati, dia menuruni satu per satu anak tangga itu. Dia sedikit kesusahan karena sumber cahaya di rumah itu telah dimatikan setiap jam 10 malam. Hanya ada beberapa lampu yang menyala dan itu jauh dari kata cukup untuk dijadikan sumber penerangan.

"Kue kering~ hgnn~ nyum-nyum~ pasti itu enak... hehehe~"

Gempa sudah sampai di dapur itu. Tangan mungilnya bergerak untuk membuka rak penyimpanan di sana. Matanya berbinar kala menemukan setoples kue kering buatan Mas Upan.

"Hm~~ kue kering, ayo masuk ke dalam perut bayi ini~~" ucap Gempa sembari tersenyum. Satu kue kering itu diambilnya, lalu dia mulai mengunyah kue kering itu. Rasa manis mulai memenuhi mulutnya, dia tersenyum bahagia.

Chaos - Oneshot Story | ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora