XXXVI

1.9K 145 14
                                    

Disclaimer
Boboiboy © Animonsta Studio

"The Same, but Different Too"
Freindship | Slice of Life | Family
Chara : Halilintar ft. Gempa slight Beliung
a story written by Zevuar
© December 2023

Bugh!

Matanya menatap nyalang ke arah pria itu. Tidak peduli bahwa dia lebih muda dan dari oknum yang sedang dilawannya, dia tidak takut.

Dia terus memukul wajah pria itu sampai babak belur. Tidak peduli jika nyawa pemuda itu bisa saja terancam akibat perbuatannya. Sekali lagi, dia tidak peduli.

Tanpa berbicara sepatah katapun, dia terus terusan menghantam wajah itu dengan kepalan tangannya. Sampai satu momen tangan besar itu ditahan.

Halilintar menoleh, mendapati Gempa menahan tangannya. Pandangannya tetap terlihat tajam menusuk, namun tersirat binar khawatir dari matanya.

"Lepas," ucap Halilintar.

Gempa menggeleng pelan. Wajahnya terlihat memar di sana. Rasa sakit masih menjalar di sekujur tubuhnya. Tapi, Gempa tidak bergeming. Dia masih menggemgam erat tangan Halilintar dengan tangan mungilnya. Menahan Halilintar saat sekongkolan perampok itu membawa pergi teman mereka yang sekarat.

"Gempa baik-baik saja," ujarnya pelan. Tubuhnya kini merengkuh erat Halilintar. Dia berharap Halilintar lebih tenang dan dapat mengendalikan emosinya.

Sedangkan Halilintar hanya diam, dia menatap kumpulan perampok itu yang mulai menjauh disana. Ingin sekali Halilintar mengerjar mereka, menghajar mereka satu per satu atau mungkin mematahkan beberapa tulang mereka jika perlu. Tapi tidak bisa, tubuhnya ditahan oleh Gempa. Tubuhnya terdiam dalam kenyamanan saat Gempa memeluknya. Tanpa sadar, Halilintar membalas pelukan itu. Menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher Gempa.

"Maaf," gumamnya. Tangannya masih terkepal di sana; gemetar. Bagaimana jika dia tidak bertemu dengan Gempa saat itu? Bagaimana jika dia terlambat sedikit saja? Bagaimana kondisi Gempa saat itu? Seharusnya dia menolak Gempa untuk pulang sendiri. Seharusnya dia memilih untuk tetap menunggu Gempa. Seharusnya Halilintar di sana, untuk Gempa.

"Maaf," gumamnya kembali.

*****

"Kondisi pasien baik-baik saja. Tidak ada kerusakan organ dalam ataupun patah tulang. Hanya sedikit memar dan akan membaik dalam beberapa hari ke depan."

Halilintar mengangguk dan mengucapkan terima kasih tersirat dari senyum tipisnya. Dia duduk di samping brankar milik Gempa. Dia menghela napas. Emosinya kembali membuncah hebat.

Mereka berdua sebenernya bukan sepasang saudara kandung. Mereka hanyalah anak rantau yang kebetulan tinggal di satu kost yang sama sebagai tetangga antar kamar. Gempa sosok anak tunggal yang ingin mencoba hidup lebih mandiri dan melepas sedikit belenggu kedua orang tuanya, dan Halilintar yang ingin menghilangkan masa lalunya dengan pergi dari rumahnya.

Halilintar punya seorang adik. Hanya saja, mereka bukan terpisahkan jarak lagi, mereka sudah berbeda dunia. Adiknya meninggal akibat penyakit yang dideritanya, dan itu menjadi pukulan keras untuk Halilintar. Dia tidak pernah tahan tinggal di rumah dengan ribuan kenangan bersama adiknya. Itu menyakitkan.

Sampai akhirnya Halilintar bertemu dengan Gempa. Ingatannya kembali terpaku akan kenangan bersama dengan adik bungsunya. Sosok yang dia rindukan terasa begitu dekat dengannya melalui sosok Gempa. Dia sempat berpikir bahwa Gempa memang adiknya, namun Gempa selalu mengatakan bahwa mereka berbeda.

Hanya saja, Gempa tidak menolak seluruh atensi Halilintar untuknya. Baginya, kehadiran Halilintar adalah warna tersendiri untuk hidupnya. Dia yang seorang anak tunggal bisa merasakan hangatnya pelukan seorang saudara, bercanda ataupun berkeluh kesah. Gempa selalu diperlakukan spesial oleh Halilintar.

Chaos - Oneshot Story | ✔Where stories live. Discover now