XXXII

2.3K 139 89
                                    

Disclaimer
Boboiboy © Animonsta Studio

"Imperfect Life"
Freindship | Angst
Chara : Thorn, Gempa slight Rimba ft. Daun
a story written by Zevuar
© March 2023

Bagi Thorn, keluarga adalah segalanya. Sekalipun orangtuanya menilai dirinya sebagai pembawa sial, Thorn tidak sekalipun membenci mereka; bahkan sedikitpun tidak pernah.

"Ayah, akhir minggu nanti akan ada pertemuan orang tua di sekolah. A-apa Ayah akan datang?"

Pria itu menoleh, tersenyum sinis kepada Thorn, "aku tidak ingat bahwa aku punya seorang anak pembawa sial sepertimu. Sudah kubilang, aku bukan Ayahmu! Sudah untung aku tidak mengusirmu dari rumahku ini. Jadi, jangan melewati batasanmu. Pergi!"

Thorn meringis seketika. Tubuhnya gemetar kala teriakan itu menggema di telinganya. Ini bukan kali pertama, namun Thorn masih belum terbiasa. Karena tidak selamanya seorang Ayah itu adalah Ayah bagi anak-anaknya.

Dengan perlahan dia menjauh dari tempat dia berdiri semula; berjalan meninggalkan rumah itu ke sembarang tempat. Entahlah, Thorn hanya butuh waktu menenangkan diri. Dia tidak boleh lemah, dia tidak mau membuat sang kakak khawatir ataupun menjadi contoh yang buruk untuk adiknya.

Thorn tidak suka itu. Dia tidak ingin terus-terusan menjadi sumber masalah untuk orang lain. Jika boleh, biarkan saja Thorn sendiri yang merasakannya, menerima semua kesialan itu tanpa harus melibatkan orang lain lagi. Setidaknya, dia tidak ingin merasakan kehilangan untuk kedua kalinya, sudah cukup. Dia tidak ingin lagi.

Kau yang menyebabkan istriku meregang nyawa karena sebuah boneka bodoh itu! Kau menangis hanya karena boneka itu! Kau bahkan tidak menangis saat istriku dimakamkan!

Thorn menutup kedua matanya sejenak. Meredam kilas memori saat semuanya berubah. Saat Ayahnya benar-benar menganggapnya tidak pernah ada, dia hampir saja putus asa. Thorn bahkan pernah berusaha mengakhiri hidupnya; berharap bisa bertemu sang Ibu dan memeluknya erat. Melepaskan semua trauma yang dirasa seperti cacat seumur hidupnya.

Tapi, tangannya ditepis kasar. Rimba memarahinya, Daun menangis karenanya. Saat itu, secerca harapan muncul di hati kecilnya. Setidaknya, masih ada yang ingin bersamaku; pikirnya kala itu. Dan itu benar, mereka selalu ada untuknya. Menolongnya, mengobati rasa sakitnya; menyembuhkannya.

Tapi tetap saja, manusia tidak akan pernah tahu sebelum mereka merasakannya. Lukanya memang terobati, tapi semuanya tidak akan sama. Rasanya seperti mentalnya dibunuh tiba-tiba namun dipaksa untuk hidup kembali.

Tidak bisa.

Thorn tidak sekuat itu. Dia lemah, hatinya rapuh; mentalnya hancur. Thorn juga manusia yang butuh tempat pulang, butuh sandaran untuk meluapkan keluh kesahnya. Thorn tidak bisa selalu menunjukkan senyuman itu ke semua orang disekitarnya.

"Ibu, Thornie rindu. Kapan Thornie bisa pulang?" tanyanya pelan sembari menghadap ke arah danau itu. Dia duduk di atas ayunan kecil yang ada di pohon itu.

Thorn hanya ingin menikmati kesendiriannya untuk kesekian kalinya. Dia sudah terbiasa. Sangat-sangat terbiasa.

|《¤》|

Bias cahaya jingga itu terpantul seperti kristal di permukaan danau yang tenang itu. Matahari itu sudah hampir terbenam, cukup lama Thorn berada di sana ternyata.

Satu hal yang Thorn suka, saat angin itu menerpah wajahnya pelan dan membuat rambutnya bergerak acak, dia menyukainya; seakan tubuh itu melayang bebas di udara.

"Seharusnya kau memakai jaketmu. Angin sore ini akan semakin dingin, loh. Kau bisa sakit," pungkas remaja itu. Dia tersenyum, "kau Thorn, 'kan?"

Thorn menoleh, mendapati salah satu siswa sekolah yang sama dengannya. Thorn mengangguk, membalas senyuman itu dengan senyuman yang sama, "kau mengenalku?"

Chaos - Oneshot Story | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang