Jangan lupa vote dan coment nya yaaa guiisss
.
.
.Oke guiis jadi ini cerita ku...semoga kalian suka meskipun banyak kekurangan dan typo bertebaran
Jangan lupa tonton trailer wattpad ku di atas ya guiiisss
Happy Reading ❤️😘
Kini hanya rintikan hujan yang jatuh seiring peluh dan rasa rindu. Sangkala nya pun menggeram menampik kenyataan, tentang sajak kenang yang menjelma kehilangan.
Tersisa sunyi yang mencekam setelah menatap bantau pusara senjakala yang membuat raga lunglai belulangnya pun gemetaran.
Apakah semesta berpihak padanya...
Tentang kisah langit yang berbicara mengenai mentari memeluk senja.
Mungkin mereka hanya membisu, namun Sukma peka atas ratapan sendu.
Bayang Sendu itu selalu menunggu...
Menunggu dengan torehan pena yang tak berhenti menggores indah bait diksi...
Pena seorang Friska Arunika Maheswari...*****
Gadis cantik dengan rambut hitam pekat yang di biarkan bergerai itu memasuki gerbang sekolah dengan senyum manis merekah di wajahnya.
"Selamat pagi Pak Ndimang!" sapa nya kepada satpam sekolah yang selalu ia panggil pak Ndimag. Meskipun semua murid di sekolah menyebutnya pak Budiman,namun berbeda dengan Friska, cewek tomboi yang selalu seenaknya itu memanggil dengan panggilan kesayangan.
"Pak Budiman Friska, ingatt pak Budiman bukan Ndimang!" ujar nya kesal dengan siswi yang hanya tersenyum tanpa rasa bersalah
"Yaelah sama aja lah pak, yaudah Friska masuk dulu ya pak, good luck bapakkkk !" dengan santai ia berlari meninggalkan pak Budiman dengan raut penuh kesal.
"Evannnnn tungguiin gueee!" Teriak Friska di koridor yang tak luput perhatian dari siswa lainya. Semua murid di SMA sini sudah hafal betul,dimana ada Evan di situ juga pasti ada Friska
"Ngggak usah lari lah Fris! Awas ntar jatuh" ucap cowok jangkung itu menatap sahabatnya yang ngos ngosan kehabisan nafas.
"Lo mau ke kelas kan? Gua mau bareng!"
"Ya ayokk!" Evan pun berjalan meninggalkan Friska lagi.
"Cepet amat si jalanya, pelan dikit ngapaa, nggk salah gua juluki kaki Lo tiang bendera!"
YOU ARE READING
BAYANG SENDU
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!!] Gadis itu lunglai di bawah derasnya air hujan. Kakinya menapak jalan tanpa tujuan. Desahan angin melantun syahdu, menerpa hati nestapa walau sesak tak kunjung reda. Seketika dirinya bungkam melihat sosok bayang sendu di...