Enam Belas

108 50 34
                                    

Jangan lupa vote dan coment nya yaaa guiisss
.
.
.

Keesokan harinya...
Gadis itu terlihat lemas dengan wajah yang amat pucat. Evan terkejut setelah dirinya membuka pintu jendela kamarnya yang mendapati  gadis itu tergeletak tak berdaya.

" Friska?" Tanpa basa basi dirinya mengangkat tubuh itu untuk di masukan ke dalam kamarnya.

" Friskaaa bangun Fris!" Cemas Evan yang telah membaringkan tubuh Friska ke atas kasurnya. Ia pun mengusap ngusapkan minyak kayu putih di celuk leher gadis tersebut agar segera terbangun dari pingsan. Tak lama kemudian matanya mengerjap ngerjap akibat pantulan sinar matahari pagi yang masuk lewat jendela kamar.

" Alhamdulillah akhirnya lo bangun jugaa" ucap Evan sambil melindungi wajah  gadis tersebut dari silauan matahari menggunakan tangan nya.

" Lo ngapain di luar semalaman? Nggak khawatir sama badan Lo ? Kalau sakit gimana? Mikir frisss!" Gerutu Evan sambil memijat kening Friska untuk meredakan sakit kepalanya.

" Seharusnya elo yang mikir  Van! Gue bener bener kecewaa sama Lo! Gue sahabat Lo dari kecil tapi masalah besar pun Lo sama sekali kagak cerita sama guee! " Ucap Friska menepis tangan Evan yang memegang wajah nya.

" Elo denger semuanya tetang kejadian semalam?" Tanya Evan penuh hati hati.

" Iyaa gue udah tauu semua nya Van! Tapi sayangnya sahabat gue sendiri nggak pernah menganggap gue seseorang yang begitu penting untuk bisa mengetahui masalah terbesarnya!"

" Bukan gitu maksudnya Fris"

" Terus maksudnya gimaaa Van? Selama ini guee selalu ceritain hal sedetail apapun tentang masalah gue ke elo, karena apa? Karena elo orang spesial buat gueeee!" Ucap Friska memukul dada Evan yang terlihat begitu pasrah.

" Spesial sebagai sahabat kan? Nggak akan  lebih?" Tanya Evan.

" Maksud lu apa?" Tanya Friska.

" Gue cuman nggak mau menambah beban kehidupan elo Fris. Masalah elo aja udah banyak apalagi  di tambah masalah gue? Gue  juga nggak mau buat Lo banyak pikiran bahkan sampai sedih. Namun bagi gue elo tetep seorang yang spesial Friska Arunika Maheswari, percaya sama gue!" ucap Evan menyakin kan gadis tersebut. Kini mata mereka saling beradu mencari sebuah ketulusan dan kejujuran yang terdalam di setiap  kerdipan matanya.

" Sini peluk gue Van! Gue tahu gimana perasaan lo sekarang" ucap Friska sambil merentangkan kedua tangannya. Evan pun sudah menghambur ke pelukan gadis tersebut. Entah mengapa matanya sudah berkaca kaca menahan setiap bulir air yang masih menggenang di pelupuk matanya.

" Nggak papa Van, jangan di tahan! Sekeren atau sejantan bahkan semaco Maco nya cowok pasti rapuh jugaaa Van. Lu tau kenapa di rumah sakit jiwa kebanyakan kaum lelaki? Karena kebanyakan dari mereka nggak bisa mengutarakan masalah nya melalui air mata. Gue akan pura pura nggak tau jadi, nangis aja sepuas Lo jika itu membuat semua beban di hidup Lo berkurang !" ucap Friska sembari menepuk punggung badan cowok gagah tersebut. Di situlah akhirnya seorang Evander Samuel Raymond menumpahkan semua air matanya.

" Jangan sakit Fris! Gue mohon jangan sakit dan  tolong selalu ada  bersama gue ya..! " ucap Evan di tengah isakan nya.

Bahkan di saat lu lagi susah susah nya dengan segala masalah yang sekarang sedang Lo hadapi  pun lo masih mikirin gue Van. Lo emang cowok terbaik yang selama ini gue kenal.

BAYANG SENDU Where stories live. Discover now