Dua Puluh Enam

85 25 107
                                    

Jangan lupa vote dan coment nya yaaa guiisss
.
.
.

"Aaaaaaaaaa tidakkkkkkkk, tolong gueeeeee!" teriak Friska yang terlihat histeris sampai tangannya tak henti menjambak rambutnya penuh ketakutan. Bekal makanan itu pun sudah terjatuh berserakan di lantai. Lebih anehnya sandwich itu sudah berbaur dengan bangkai tikus yang sudah di cincang- cincang serta foto keluarga Maheswara yang di penuhi dengan darah.

" Astagaa, bau bangett tu bangkai!" ucap Jovanka sambil menutup hidungnya menggunakan tangan.

"Ini ada yang nggak beres!" ujar Zafar yang mendapat perhatian dari semua orang yang ada di rungan tersebut.

" Tenang Fris, nggak perlu takut yaaa!" ucap Aneska sambil memeluk gadis itu yang sangat begitu shock.

" Buanggggg!" Suruh  Friska dengan teriakan seperti orang kerasukan.

" Iya Fris, gue bakal buang bangkainya!" kini Agam mulai membersikanya.

" Gue nggak akan lepasin, siapa saja yang berani macam-macam sama Friskaaa!" ucap Evan dengan rahang yang sudah mengeras serta dada yang kini sudah naik turun tak beraturan.

"Santai dulu, jangan pake emosi!" suruh Arkan mencegah Evan yang ingin pergi dari ruangan.

" Gimana gue kagak emosi? Udah kesekian kalinya Friska di teror entah sama siapa  sampai dia teriak-teriak kayak orang kagak waras begini!" bentak Evan kepada Arkan.

" Di teror? Berarti ini bukan yang pertama kali?" tanya Arkan.

" Bentar deh, Lo kenapa ikut campur dalam urusan Friska? Lo siapa?" tanya Enzy kepada Arkan.

" Gue udah kenal Friska sama Evan dari kecil, makanya gue Deket sama mereka." terang Arkan yang di angguki Enzy.

" Bener kata Arkan Van, semua masalah jangan di selesaikan pake emosi. Entah kenapa Feeling gue  yang teror Friska orang terdekat kita, bukan orang luar,  karena dia tahu seluk beluk keadaan Friska bahkan sampai tahu di mana letak kelas Friska!" ucap Zafar yang di angguki Agam.

" Siapa yang enggak ada  di antara kita hari ini?" tanya Evan.

" Dareen!" ujar Agam dan Enzy secara bersamaan. Orang yang di sebutkan pun muncul dari balik pintu.

" Kenapa pada ngeliatin gue kek gitu? Iya tahu gue ganteng!" ucap Dareen dengan percaya diri.

" Lo dari mana?" tanya Evan dengan raut wajah  yang sudah mengobarkan api permusuhan bahkan bola mata yang menatap Dareen begitu tajam.

" Toilet." jawab Dareen yang begitu ketakutan melihat Evan yang semakin mendekat ke arah dirinya.

" Van!" ucap Jovanka menepuk pundak cowok tersebut. Kepala cowok tersebut pun menghadap ke arah Jovanka.

" Napa?" tanya Evan kepada gadis tersebut yang kini sudah melipatkan kedua tangannya di depan dada.

" Jangan nuduh sembarang orang sebelum ada bukti. Itu kan kata bijak yang selalu elo lontarin ke kita? Sekarang mana?" ucapnya sambil mendorong tubuh Evan.

" Ha? Ini sebenarnya ada apa sih?" tanya Dareen dengan raut wajah yang terlihat bingung.

"Gini Dare, tadi waktu gue ngasihin tas Friska buat ngambil bekal makanan, tanpa di duga  isi bekal itu bangkai tikus bahkan foto keluarga nya dia yang udah berlumuran darah bangkai  tikus Dare! " terang Aneska.

" Terus kenapa lo nuduh gue? Justru yang  terlihat mencurigakan tu si Aneska, dia yang udah ngambil tas Friska kan?" sangkal Dareen kini sudah tidak terima atas perlakuan Evan terhadap dirinya.

BAYANG SENDU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang