Tiga Puluh Sembilan

24 1 0
                                    

Jangan lupa vote dan coment nya yaaa guiisss
.
.
.

"Sejak kapan belajar dakwah? Lincah juga ya pacar Friskaa!"  ungkap gadis itu di kantin sekolah.

"Sejak habis nembak elo, gue tertarik untuk belajar agama Islam. Elo kapan mau hijrah?" tanya Evan.

"Nggak tahu Van, gue butuh waktu." jawab Friska.

"Gue pengen cepet-cepet halalin elo deh Fris, ternyata pacaran itu nggak baik, menimbulkan dosa!" terang Evan sambil menyeruput es teh nya.

"Kawin muluuu di pikiran elo! Baru SMA aja udah belagu." ketus gadis tersebut.

"Nikah muda itu enak kok, daripada pacaran yang haram, mending nyari jalur halal kan?" ucap Evan dengan entengnya.

"Hallo Frissss! Pulang sekolah ikut gue yuk!" kini Arkan tiba-tiba datang dan langsung merangkul gadis itu yang terlihat sangat risi.

"Jauhin tangan elo!" tepis Evan tidak terima.

"Cabut Fris ke kelas!" ungkap Evan terlihat marah.

Brak

Meja itu di gebrak oleh Arkan yang membuat semua siswa yang ada di kantin terkejut.

Friska dan Evan pun membalikan badannya menghadap ke arah Arkan.

"Nggak usah sok suci Lo anak haramm!" bentak Arkan yang membuat Evan mengernyitkan dahinya.

"Maksud Lo apa? Punya masalah apa elo sama gue?" tanya Evan dengan wajah datar.

"Tentu, masalah elo sama gue besarrr! Yang terpenting sekarang elo harus tahu kalau sebenarnya seorang Evander adalah  anak haram dari  hasil perselingkuhan nyonya Amora dan tuan terhormat Raymond." terang Arkan.

"Ngak usah bawa orang tua gue bisaa?" ujar Evan yang ingin menghantam Arkan namun di hentikan aksinya oleh Friska.

"Udahhh Vann! Nggak usah ladenin! Elo Arkan, bisa nggak sehari aja nggak  usah bikin masalah sama Evan?" terang Friska emosi. Tak lama kemudian Friska menarik tangan Evan untuk pergi dari tempat tersebut.

❤️❤️❤️

Menatap diri di depan cermin untuk kesekian kalinya. Friska berdeham gugup. Namun dirinya harus berusaha biasa saja.

Cantik adalah satu kata yang dapat mendeskripsikan Friska. Ia mengurai rambutnya, lalu menyapukan beberapa make up ternama di kulit mulusnya.

Jangan lupa ia memakai long dress pemberian Evan. Sangat cocok untuk tubuhnya.

Aduhh tenang Fris, pasti Evan cuma ngajak makan malam biasa! Tenangg...

Tak!

Tak!

Tak!

Suara heels menuruni tangga menggema ke seluruh ruangan, Friska yang tadinya fokus menatap anak tangga, kini memberanikan diri menatap ke depan.

Evander,  laki-laki itu tampan sekali. Memakai kemeja hitam yang tidak terkancing dibagian atasnya lengkap dengan tuxedo hitam yang membentuk tubuh proposionalnya dengan sempurna.

Laki-laki itu menatap Friska perhatian, ia menyampirkan rambutnya ke atas.

"Ehm, hallo bro!" sapa  canggung seraya mengangkat satu tangannya.

BAYANG SENDU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang