Tiga Puluh

79 16 83
                                    

Jangan lupa vote dan coment nya yaaa guiisss
.
.
.

Bercerita tentang bahagia. Yaa, itu yang sedang di rasakan Friska saat ini. Kakinya ia langkahkan dengan senyum mengembang di bibirnya  sepanjang koridor sekolah.

Sore itu, sahabat yang membuat perasaanya berbeda akhir-akhir ini mengirim pesan karena ingin pulang sekolah bersama. Entah mengapa hal kecil tersebut yang membuat hatinya  ber bunga-bunga.

Sejak lama dirinya tidak pulang sekolah bersama sahabatnya yang tak lain Evan, karena Friska sering di jemput dengan sopir suruhan papahnya. Namun sekarang sopir yang sering Friska sebut pak Asep tersebut izin tidak  menjemput karena sedang tidak enak badan.

Namun dalam sekejap kebahagiaan itu sirna,  dirinya melihat dua orang insan itu berpelukan sangat erat di dalam ruangan osis. Siapa lagi kalau bukan Evan dan Maura. Sudah dua kali Friska melihat aksi tersebut tepat di depan matanya.

Perasaan itu....

Entah sebuah perasaan  yang tidak bisa di jabarkan.  Mengapa begitu sesak dan menyakitkan. Dirinya tersadar akan statusnya bersama Evan hanya sekedar kata sahabat. Dirinya harus memegang erat kenyataan tersebut. Dengan tangan gemetar dan perasaan yang tidak karuan, gadis itu memberanikan masuk dalam ruangan yang membuat Evan tersadar dan secepat mungkin mengurai pelukan dari Maura.

"Muraah! Ngapa nagiss?" tanya Friska yang berusaha menutupi kesedihanya.

Gadis itu tidak menjawab pertanyaan Friska, justru tangisan nya semakin kencang.

"Loh, kok malah Ngadi-ngadi sih ni anak?" ujar Friska terlihat panik.

"Mamah papah Maura." ucap Evan.

"Ha? Ada apa dengan  tante sama  om gue?" tanya Evan.

"Dia kecelakaan!"

"APAAA?"

❤️❤️❤️

Kini Friska, Maura, dan Evan sudah berada di rumah sakit. Friska tak henti-hentinya menenangkan Maura dengan mengelus pundaknya. Ternyata di rumah sakit sudah terdapat Lena dan  Mahesawara yang tak lain orang tua Friska. Lintang pun kini menyusul mereka yang terlihat terburu-buru mencari ruang UGD. Akhirnya ia pun menemukan ruangan tersebut.

"Gimana keadaan tante Leni dan om Hendrik?" tanya Lintang yang baru saja datang.

"Tante sama om kamu sedang di tangani dokter, mereka mengalami kecelakaan mobil ketika pulang dari bandara." terang Mahesa.

"Maura Lo nggak papa kan?" tanya Lintang dengan raut wajah khawatir.

"Bang Lintanggg!" rengek Maura yang langsung memeluk tubuh kekar cowok tersebut.

"Jangan nangis Maura! Mamah dan papah Lo pasti selamat!" ujar Lintang menenangkan Maura sambil mengelus puncak kepala nya.

"Iya sayanggg! Jangan nangis lagi yaa! Sini tante peluk juga!" Mereka bertiga pun berpelukan layaknya keluarga.

Friska terdiam. Dalam lubuk hati terdalam gadis itu merasa iri dengan Maura. Hidup Maura terlalu sempurna. Banyak orang yang menyayanginya. Cantik, berprestasi, ramah apalagi yang kurang dari hidupnya.

BAYANG SENDU Where stories live. Discover now