Dua puluh

78 27 64
                                    

Jangan lupa vote dan coment nya yaaa guiisss
.
.
.

Jantungnya berpacu dengan cepat. Keringat dingin pun membasuh di sekujur tubuhnya. Nafasnya juga  berhembus tak beraturan.

" Friskaa!"

Lirih cowok tersebut setelah melihat layar laptop menampilkan sosok gadis yang ia cintai terkujur lemas di lantai ruangan. Ia pun segera bergegas menutup laptopnya dan keluar kamar menuruni anak tangga.

" Evan kenapa buru buru?" Tanya Amora mamah Evan.

" Bentar mah, nanti Evan jelasin!" Ucap  cowok tersebut yang setelah itu keluar dari rumah nya menuju rumah tetangga yang tak lain milik Friska.

"Assalamualaikum!" Salam Evan tidak sabaran dengan terus mengetuk pintu rumah itu. Tak lama kemudian pintu itu pun terbuka menampilkan sosok perempuan paruh baya.

" Ada apa ke sini?" Tanya Lena mamah Friska.

" Sayaa mau ketemu Friska Tante!" Jawab Evan.

" Friska lagi nggak ada di rumah!" Jawabnya singkat setelah itu ingin menutup pintu rumah nya kembali.

"Tolong tante, kali ini saja saya mau ketemu Friska!" Paksa cowok tersebut.

" Saya bilang enggak ya enggak! Mulai sekarang jangan pernah temuin anak saya lagi, paham?" Ucap Lena.

" Tapi Tante..."

Brakk

Pintu itu sudah tertutup dengan bantingan yang begitu keras. Evan pun memijit keningnya yang terasa begitu pusing. Setelah itu ia kembali ke rumah nya dan mencari cara agar bisa masuk ke rumah Friska  lebih tepatnya di ruangan greenhouse.
Ia pun keluar di area balkon kamar miliknya yang berhadapan langsung dengan kamar Friska.

Cowok itu segera memanjat untuk bisa ke kamar Friska yang hanya berjarak beberapa centi saja.

Setelah ia sampai ke kamar Friska, dirinya segera melanjutkan misinya untuk bisa pergi ke ruangan kaca yang biasa di sebut greenhouse.

Langkah demi langkah kaki itu berjalan perlahan agar tidak ketahuan oleh pemilik rumah.

Ia pun segera menaiki lift agar tidak ada seorang yang mencurigainya. Lift itu bergerak membawanya ke lantai paling atas dari rumah tersebut.

Lift terbuka...

Cowok tersebut segera mengisi password di pintu ruangan greenhouse. Setelah password nya benar akhirnya ia berhasil membuka pintu ruangan tersebut. Saat itu juga ia segera berlari setelah melihat seorang sahabat sekaligus gadis yang ia cintai nya terkujur lemas tak berdaya dengan darah segar ber cak  di lantai.

" Siapa yang tega ngelakuin Lo kayak gini? Jawab Friska siapaa?" Teriak Evan sembari membawa kepala gadis itu yang sudah terlihat lemas di pangkuannya.

" Emang lo masi peduli sama gue? Lo kan lebih milih Maura dari pada gue Van." Ucap Friska dengan nada lemas namun terkesan sinis.

" Maafin gue Fris, maafin guee!" Ucap Evan dengan isakan air mata.

" Sakit Van! Rasanya sakit semuaaa, badan gue lemes Van, namun hati gue jauh  lebih sakit."

BAYANG SENDU Onde histórias criam vida. Descubra agora