Prolog

19.6K 1.7K 340
                                    


SEJAK ayahnya menikah lagi dengan perempuan lain, Renjun mulai tidak terurus. Lelaki yang kini duduk di bangku kelas 2 sekolah menengah atas tersebut sering pulang malam dan berkelahi di sekolah. Sekolah Renjun sendiri dikenal dengan sekolah elit yang memiliki banyak siswa berkelakuan membangkang. Meski tidak semuanya begitu. Tidak ada yang tidak kenal Huang Renjun.

Pemuda asal Jilin yang sukses menaklukan sekolahnya dengan bergabung di sebuah geng bernama Hainan Renaisans. Sebuah geng sekolah berisi anak-anak badung di beberapa sekolah yang namanya sudah sangat dikenal di kalangan anak SMA seluruh kota Seoul.

Hari ini Renjun berjalan dengan tampang tertekuk. Biasanya dia memang sering menekuk wajah dan mengantongi kedua tangan di saku jaket hoodienya. Tapi kali ini, tak hanya mengantongi tangan di hoodienya, moodnya yang sedang berantakan membuat wajah Renjun jadi tak enak dipandang.

Matanya yang sipit melirik ke setiap mata anak-anak kelas tiga yang menunduk melewatinya. Mulutnya tersumpal permen mint. Hanya gagangnya yang terlihat dari luar dengan pipi kanan menggembung.

"Aduh!"

"Jalan pake mata!" Renjun lah yang menjegal langkah tergesa seseorang. Dia pula lah yang membentak salah seorang teman sekelasnya yang ia sendiri tidak ingat siapa. Tapi ia ingat bahwa anak tersebut adalah teman sekelasnya. 

"Lo anak kelas gue kan? Nih bawain tas gue ke kelas." Dengan seenak jidatnya, Renjun melepaskan tas ransel yang ia gendong dan kemudian lemparkan pada lelaki itu.

"I-iya Ren." Lelaki tadi menerima tas Renjun dan segera berlari menuju ke kelasnya karena takut terlambat. Sebaliknya, Renjun terus berjalan ke depan hingga sampai ke kelas lain tempat temannya menunggu di depan pintu.

"Bolos jam pertama. Mau rokokkan bentar," ucap Renjun.

Temannya yang bernama Haechan tadi mengangguk sambal tersenyum. Mereka berdua pun berjalan meninggalkan kelas, menuju ke parkiran. Saat bersiap melompati pagar, ada seorang siswa berambut hitam berkacamata memperingati keduanya.

"Hey! Bolos ya?!"

Haechan yang sudah memanjat sampai atas dan siap terjun ke sisi sebaliknya, langsung mengacungkan jari tengah pada siswa tersebut. "Lee Jeno! Kalo lo bilang ke guru, gue bakar tas lo!" seru Haechan lalu menghilang di balik tembok parkiran.

Renjun tertinggal dan saling menukar pandangan tajam dengan Jeno. Permen yang sedari tadi menyumpal mulutnya diludahkan keluar. Jeno yang ia ketahui teman sekelas Haechan dan salah satu anggota OSIS sekolah mereka meneguk ludah saat menerima tatapan tajam dari Renjun.

"Kalo lo berani bilang guru—" Renjun melakukan gerakan memotong leher dengan jari telunjuk lalu memanjat dinding.

Helaan nafas panjang dihembuskan Jeno kemudian saat dua teman seangkatannya benar-benar menghilang. Ia tahu bahwa Renjun dan Haechan merupakan anggota geng HaiNans (Hainan Renaisans) tapi bukan berarti ia membela perbuatan keduanya yang membolos jam pelajaran yang baginya sangat merugikan.

Meninggalkan Jeno menuju kelasnya, Renjun dan Haechan menuju ke sebuah tongkrongan biasa mereka merokok disana saat jam istirahat. Si pemilik took kelontong itu pun sudah hafal dengan dua siswa berandal itu.

Pemilik toko yang bernama Mark Lee itu cukup akrab dengan mereka dan dengan senang hati selalu mendengarkan keluh kesah dua siswa kurang pintar itu tentang pelajaran dan hal-hal mengenai dunia geng.

"Gue rokok kaya biasanya Chan." Renjun memilih menuju ke spot favoritnya, bangku panjang bawah pohon beringin sambal menunggu Haechan membelikan rokok untuknya. Tak lupa hoodienya ia lepaskan dan lemparkan pada sahabatnya.

Bon Voyage ✦ Jaemren [nctbz]Where stories live. Discover now