6. Shout It Out Now

6.6K 1.2K 199
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


RENJUN tergugah hatinya untuk mendekat pada Jaemin. Helm yang sedari tadi ia pegang sudah diletakkan pada motor sang ketua SeNa. Namun sayang saat satu kakinya melangkah mencoba mendekati lelaki tampan yang sedang menangis tanpa suara, gemuruh petir terdengar dan kemudian hujan turun tanpa memberi jeda.

Kaki Renjun terasa sakit, panas akibat membengkak dan meradang. Otot-otot di sekitar pahanya juga menjadi kaku, tidak bisa digerakkan karena dipaksa menaiki skateboard demi mengejar seorang Na Jaemin. 

Hanya demi mengembalikan helm warna hitam sang ketua SeNa. Meski kaki yang pincang itu hanya diam di skateboard dan membiarkan kaki lainnya terus mendorong lajunya, tetap saja Renjun sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit yang menjalar.

Ia menggigit bibir bawahnya yang terluka bekas berkelahi saat merasakan hujan mengguyur basah tubuhnya, menyaksikan Jaemin masih terus menangis dan menempelkan dahi pada tembok rumah kosong di depannya. 

Cukup lama Renjun berdiri disana sampai akhirnya memutuskan untuk memutar tubuhnya dan menenteng skateboard untuk berjalan kembali ke rumah.

"Argh! Brengsek!"

Namun lagi-lagi geraman Jaemin yang mengalahkan suara derasnya air hujan menahan langkah Renjun. Ia menoleh lagi ke belakang, melihat Jaemin sudah berbalik membelakangi tembok rumah kosong disana. Punggungnya merosot jatuh. Kedua tangan menutupi mata dengan wajahnya yang menengadah pada langit.

Sekeras apapun Renjun berusaha menolak untuk tidak ikut campur dan menatap pada Jaemin, perasaan dalam hatinya memaksa tubuh lelaki itu untuk tetap berada disana. Suara raungan yang tertahan membuatnya semakin merasa tidak berguna.

Detik itu juga, Renjun menyadari bahwa pemandangan yang ia lihat saat ini mungkin saja sosok Na Jaemin yang sesungguhnya. Seorang kakak yang sangat menyayangi adiknya.

"Persetan." Renjun membuang skateboardnya ke aspal dan berjalan cepat menghampiri Jaemin.

Dia tidak bisa memikirkan lagi bagaimana hancurnya hati Jaemin saat ini. Ia juga tidak mungkin menanyakan pada Jaemin apakah dia baik-baik saja. Jaemin jelas sedang terluka.

Dalam tangisnya yang dipenuhi rasa frustasi, Jaemin menyadari kehadiran Renjun yang sudah duduk di sampingnya, menemani dirinya menangis disana. 

Renjun yang sudah memilih untuk menghampiri Jaemin, menyandarkan punggung pada tembok rumah kosong. Kakinya yang pincang dibiarkan selonjor dan yang satu menekuk sebagai tumpu untuk meletakkan tangannya.

"Renjun ..."

Suara serak sang ketua SeNa yang terkenal kuat itu kalah dengan air hujan. Renjun tidak mendengarkan panggilan itu tapi membiarkan Jaemin meletakkan kening di bahunya. Tangannya mengelus kepala Jaemin menenangkan. 

Di bawah guyuran hujan dan tangis yang Jaemin terus keluarkan, mereka duduk beberapa saat untuk saling menguatkan.


Bon Voyage ✦ Jaemren [nctbz]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang