21. Couldn't Go Very Far

4.7K 837 176
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


RENJUN tidak tahu harus bernafas lega atau malah waspada ketika seharian di sekolah tadi, Jeno tidak mencarinya. Padahal mereka berdua sempat berpapasan juga saat Renjun nongkrong di depan kelasnya bersama dengan teman-teman sekelas, yang malah terlihat menjadi budaknya daripada temannya.

Anak itu berpapasan dengan Lee Jeno yang di sekolah memakai kacamata, menebar senyum ramah ke segala arah dan yang paling membuatnya keheranan adalah dengan siapa Jeno berjalan. Wakil ketua geng SeNa itu berjalan beriringan dengan Tzuyu si kakak kelas. Mereka terlihat mengobrol ringan dan Jeno menyempatkan diri tersenyum saat melewatinya.

Di depan gerbang sekolah sambil menunggu jemputan, Renjun memandang kosong pada bagian depan toko kelontong Mark. Pengunjung tak pernah sepi datang. Terutama Haechan sahabatnya yang terus ia hindari seharian. Kini Renjun melihat sosok Haechan masuk ke dalam toko kelontong Mark sendirian.

"Sebenernya kalo gay juga nggak masalah sih. Iya kan?" monolognya bertanya pada angin. Renjun tidak tau dia menanyakan tentang seksualitasnya sendiri atau Jaemin, atau Juyeon atau Hyunjae bahkan Haechan yang tertangkap pandangan.

Badannya yang masih cukup hangat karena terlalu banyak beban pikiran sampai-sampai diabaikan begitu saja. Renjun saat istirahat tadi juga tidak menyempatkan jajan. Ia baru makan pagi, itu pun dia lupa makan beneran atau tidak. Otaknya terlalu banyak beban yang harus dipikirkan termasuk rumus aritmatika yang tadi seharian gurunya jelaskan.

Jaemin mungkin akan marah padanya karena ia mengetahui seksualitas sang ketua SeNa. Tapi itu tidaklah penting, menurut Renjun. Tidak ada salahnya menjadi gay. Meski ayahnya sangat membenci kaum-kaum tersebut dan juga para berandalan geng-gengan. Toh nasehat dan apa yang ayahnya tidak sukai, tidak penting juga untuk Renjun sekarang ini.

Anak itu ditelantarkan. Setelah ayahnya menikah lagi, hidupnya berubah drastis seolah tidak punya teman. Meski uang jajan dan tabungan mengalir lancar, Renjun di usianya yang masih 16 tahun tetap masih membutuhkan kasih sayang. Atau paling tidak, dimarahi dan diceramahi ketika melakukan kesalahan.

Ia tersenyum getir memikirkan nasibnya sebagai anak tunggal. Andaikan ia mempunyai saudara seperti Jeno yang memiliki Eric atau Jaemin yang memiliki Jisung, mungkin bebannya bisa sedikit terangkat karena mempunyai saudara untuk bercerita. Atau setidaknya ketika dimarahi, mereka akan merasakan telinga panas bersama-sama.

Sayangnya, apapun kesalahan dan ulah yang Renjun lakukan, semuanya akan ayahnya abaikan. Termasuk pada saat motornya dicuri pada insiden penusukan Jisung. Meski melontarkan kalimat manis, ayahnya sama sekali tidak peduli.

Saking lamanya Renjun melamun, ia tidak sadar bahwa suhu tubuhnya yang semakin naik tiap menit adalah akibat dari dehidrasi. Pandangannya sedikit mengabur tapi anak itu tetap menegarkan diri. Sampai-sampai ketika seseorang datang menjemputnya secara langsung. Tidak hanya seseorang tapi dua orang.

Renjun melihat Hyunjin datang berboncengan dengan Juyeon memakai motornya tadi pagi. Di depan mereka ada Jaemin yang mengendarai motor butut mungil yang membuat Renjun tersenyum melihatnya. Dalam kekalutan pikirannya akan masalah SeNa, Eric, Jay dan juga nasibnya di sekolah setelah mengetahui identitas asli Jeno, melihat Jaemin datang menjemputnya sudah cukup meningkatkan semangat hidup Renjun.

Bon Voyage ✦ Jaemren [nctbz]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang