9. Not A Lonely Weekend

6K 1K 138
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


JAEMIN mengambilkan seragam café berupa apron hitam dari kain kanvas tebal yang di sebelah kanan dadanya masih terpasang tanda pengenal bertuliskan Park Jisung. Ia dan Renjun saat ini berada di bagian belakang café, sebuah kamar cukup luas berfasilitas lengkap untuk istirahat pegawai café.

Di dalam kamar tersebut ada kamar mandi dalam sebanyak satu buah. Ada dapur kecil untuk membuat minuman, lemari es berukuran sedang, dan lima buah bean bag untuk bersantai. Menghadap ke dinding yang disana berisi televisi datar dan PS 4 di bawahnya.

"Kalo pas mau pergantian shift dan masih capek bisa ganti baju disini atau main PS disini. Kalo pas nggak ada shift tapi mau maen ke café juga bisa disini santai-santai." Jaemin memulai pekerjaannya sebagai guide untuk pegawai baru, yaitu Renjun.

Renjun yang memeluk apron barunya di dada memperhatikan penjelasan Jaemin yang kini sedang menunjuk-nunjuk tiap bagian di dalam kamar istirahat pegawai tersebut.

Ia lega karena Jaemin menunjukkan stasiun stop kontak yang jumlah colokannya mencapai 10. Siswa itu tidak perlu repot membawa roll kabel ketika mungkin diharuskan mengerjakan tugas di sela-sela pekerjaan part timenya nanti.

"Karena lo pegawai part time, nanti jadi waiter kalo nggak barista. Tau banyak soal kopi nggak? Robusta? Arabica? Liberica?" tanya Jaemin dengan semangat yang masih membara untuk mengawali hari.

Renjun meskipun berandalan tidak suka minum kopi. Ia lebih suka merokok dan mabuk daripada minum kopi dan begadang sampai pagi. Baginya kopi semua sama saja, dan yang diucapkan Jaemin barusan ia sama sekali tidak mengerti.

"Espresso kak." Alhasil jawaban yang dikeluarkan dair mulutnya juga asal-asalan.

Jaemin tidak bisa menahan tawa yang dia tahan karena jawaban Renjun. Mulut yang mengatup dan sempat mengeluarkan suara 'pffft' itu kini berubah menjadi tawa lepas akan jawaban Renjun.

Sedangkan yang memberi jawaban terlihat bingung kenapa Jaemin tertawa seperti itu. Jika itu Haechan atau Yangyang, Renjun pasti sudah akan memukul kepala mereka.

Tapi yang dihadapkan dengannya saat ini adalah ketua dari geng yang mungkin menguasai Seoul. Jelas Renjun tidak akan berani memukul kepala Jaemin hanya karena menertawakannya.

"Lo suka espresso?" tanya Jaemin setelah tawanya mereda.

"Dulu sering minum tapi sekarang gue udah nggak minum kopi sama sekali. Atau lebih tepatnya nggak bisa minum kopi lagi."

Jawaban Renjun membuat Jaemin semakin penasaran. Biasanya semua anggota SeNa akan menyukai kopi. Atau mungkin geng-geng lain yang pernah ia lawan selain Hainan Renaisans. Untuk anak geng yang merupakan preman di sekolah, Renjun mempunyai kebiasaan yang tidak stereotipikal.

"Kenapa?" tanya Jaemin sambil menyugar rambutnya ke belakang. Hal tersebut justru membuat Renjun memandangnya cukup lama.

"Hey, kenapa?" ulang Jaemin karena ia ingin tau kenapa Renjun tidak bisa minum kopi lagi.

Bon Voyage ✦ Jaemren [nctbz]Where stories live. Discover now