1. A Man With A Neck Tattoo

10.6K 1.5K 457
                                    

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.


JISUNG keluar dari kelasnya dengan langkah yang tegas. Sepatu Air Jordannya yang ringan memantul tanpa suara beradu dengan lantai. Perhatian semua siswa yang ia lalui mengarah padanya. Yang perempuan menatap kagum dan yang laki-laki penasaran ingin kenalan.

Jisung membiarkan mereka. Apalagi kakak kelas dua dan kelas tiga yang begitu segan padanya. Entah siapa yang menghembuskan kabar burung bahwa Park Jisung masih ada hubungan saudara dengan berandalan paling ditakuti di Seoul, jika dia menemukan orang itu, Jisung ingin sekali menendang bokongnya.

Lelaki yang kini duduk di bangku sekolah menengah atas kelas satu tersebut merupakan pindahan dari sekolah biasa. Sekolah yang hamper gratis ketika melakukan pembayaran SPP bulanannya. Beda jauh dengan sekolahnya sekarang. Sekolah elit yang hanya bisa dimasuki kaum menengah atas. Yang tentu saja Jisung bukan satu diantaranya.

Tiba di gerbang, Jisung berdiri tidak sabaran. Ia jengah dengan tatapan para siswa yang berlalu lalang melewatinya. Topinya yang sedari tadi dipakai sedikit ditarik sehingga menutupi sedikit pandangan matanya. Normalnya, dalam seminggu bagi siswa pindahan baru, mereka paling tidak akan mendapatkan satu teman.

Sayangnya Jisung sampai hari ke-delapan masuk sekolah tersebut, tidak ada satu pun siswa yang mau berteman dengannya. Entah karena segan, takut atau apapun itu, Jisung tidak mengetahui alasannya.

Sibuk menyembunyikan pandangan, Jisung melihat salah seorang kakak kelasnya datang mendekat. Tinggi orang itu di mata Jisung seperti anak SMP. Dialah Renjun si kakak kelas yang sempat menghajarnya tadi pagi. Tiba-tiba saja berdiri di depannya dengan wajah penuh penyesalan.

"Mau apa?" tuntut Jisung.

Renjun menghembuskan nafas gugupnya sebelum menjawab Jisung. "Mau minta maaf. Gue harusnya nggak emosi dan mukulin lo tadi."

Jisung sebenarnya tidak peduli. Pukulan-pukulan Renjun padanya tidak meninggalkan dampak sama sekali. Dibandingkan dengan pukulan Renjun, pukulan kakak tirinya di rumah seratus kali lebih menyakitkan meski kakaknya tidak melakukannya dengan serius.

"Nggak usah minta maaf. Gue nggak papa."

Suasana hati Jisung sedikit membaik saat akhirnya ada yang mengajak anak itu bicara. Mengobrol memang diperlukan. Apalagi Jisung masih belum tahu di sekolahnya yang baru ada apa saja. Kantin ada berapa dan dimana saja, dia tidak tahu.

Setelah dipukuli Renjun tadi, Jisung memilih pergi dari toko kelontong Mark dan masuk ke kelasnya. Ia tidak peduli dengan perbuatan Renjun padanya karena sungguh rasanya tidak ada apa-apanya. Pukulan Renjun hanya terasa menggelitik saja baginya.

Berbeda dengan keadaan Renjun sekarang. 

Kegugupan Renjun berubah menjadi kebingungan. Dia merasa banyak orang memperhatikannya dan Jisung saat mereka melewati keduanya. "Nggak usah lihat-lihat bisa?!" bentaknya pada salah seorang kakak kelas yang penasaran kenapa Renjun bisa sesantai itu mengobrol dengan Jisung. "Lo yakin nggak papa?"

Bon Voyage ✦ Jaemren [nctbz]Место, где живут истории. Откройте их для себя