8. My Youth Spreads Fine

6.3K 1.1K 191
                                    

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


RENJUN tidak melanjutkan masuk kelas dan memilih untuk segera mendaftar di café Chenle. Nama cafénya CC, akronim dari Chenle's Café dan beralamat cukup jauh dari sekolahnya. Brosur yang sempat dititipkan kakak kelasnya Tzuyu di toko kelontong Mark sekarang sudah dia genggam. Tas dan barang-barang di kelasnya, dipasrahkan pada Jeno, entah bagaimana caranya Jeno harus bisa menghapus jejak membolosnya.

Lelaki kelahiran Jilin itu bahkan memalak Jeno agar memberinya uang demi naik bus menuju alamat café Chenle. Bukan karena Renjun miskin. Dia masih punya tabungan bahkan untuk beli motor baru sekalipun.

Tapi dompetnya tertinggal di tas dan tasnya tertinggal di kelas. Ia hanya mengambil sedikit uang untuk jajan. Tidak cukup untuk naik bus. Maka dari itu Renjun terpaksa memalak Jeno siang itu.

Ketika bel tanda masuk berbunyi, Renjun tidak mungkin bisa masuk kelas lagi. Jika ia melakukannya, maka siswa itu akan menemui kesulitan untuk membolos. Semua guru sangat hafal dengan Renjun. Sikapnya yang anarkis, suka membuat ulah tapi dengan tampang lugu, mungil dan polos sangat mudah dihafal.

Tidak ada yang tidak hafal dengan Renjun karena sifat dan penampilannya yang bertolak belakang itu.

Di dalam bus, Renjun memilih untuk mendengarkan musik saja dari handphonenya tetapi saat membuka kunci layar, nama Haechan yang tertera di layar menelfonnya.

"Udah selesai ngewe lu?" Renjun menyapa dengan nada datar. Pekikan beberapa oktaf dari ujung sambungan langsung diterima sebagai balasan.

"SIAPA YANG NGEWE ANJING! NAJIS BANGET GUE NGGAK GAY!"

Renjun hanya memutar bola matanya malas. Ia tahu Haechan akan denial begini. "Siapa juga yang bilang lu gay? Jadi lu ngewe sama cowok nih?" Renjun membalas santai tapi volume suaranya tidak. Sampai-sampai membuat seorang nenek yang duduk di seberangnya melirik.

Haechan sepertinya tidak bisa membalas argumen temannya itu karena ia langsung terdiam. Hingga beberapa detik kemudian suaranya yang pekat akan perasaan panik berubah lebih tenang. "Bos Lucas nyariin lu. Mau ngajak bolos. Lu dimana?"

"Ada urusan bentar. Nanti gue ke markas kalo urusan udah selesai." Renjun tidak menunggu Haechan menyahutnya. Sambungan langsung dimatikan sepihak.

Ia memandang di luar jendela, saat berhenti di lampu merah, ia melihat ada beberapa anak muda seumurannya menyapu jalanan. Ada juga yang mengangkut beberapa karung dan alat bangunan lain menuju arah yang berlawanan dengan bus yang Renjun naiki.

Entah mengapa melihat mereka membuatnya sedikit bersyukur karena masih memiliki nasib yang bisa dibilang lebih baik. Dari renungannya itu, dia juga teringat Jaemin dan Jisung. Kakak dari Jisung adalah seorang mantan narapidana yang kini bekerja di sebuah café, yang menurutnya bukan café yang begitu mewah.

Lalu darimana Jisung bisa sekolah di sekolahnya yang terbilang sangat elit. Jika dibayar dengan gaji Jaemin beberapa bulan di café mungkin tidak akan cukup untuk tiap semesternya. Yang bersekolah disana juga termasuk anak-anak kaya seperti dirinya dan Haechan. Juga Jeno yang tiap berangkat dan pulang sekolah selalu ditunggu supir pribadi di depan gerbang.

Bon Voyage ✦ Jaemren [nctbz]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant