PART 06

212 43 0
                                    

Karena tidak ada pilihan lain, Chika mengiyakan ajakan Chiko. Tetapi saat mereka sudah berada di dalam mobil cowok itu, tiba-tiba mobilnya tidak bisa berjalan. Chika memicingkan matanya curiga. “Lo nggak ada niatan buat jahilin gue 'kan?”

Chiko menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ya nggak lah, ini kayaknya gue lupa ngisi bensin deh.”

Chika melebarkan matanya. “Terus kenapa lo ngajakin gue ke mobil lo? Wah, lo pasti mau ngapa-ngapain gue, ya. Ngaku lo?!” sentak Chika memukul-mukul dada bidang Chiko.

Saking kesalnya Chika pun menubruk kepala Chiko. Lalu keluar dari mobil cowok itu di guyuran hujan. Masa bodo dengan tubuhnya yang basah kuyup. Sekarang yang berada di pikirannya hanya pulang dan menjauh dari Chiko.

“TUNGGUIN GUE!” seru Chiko, mengejar Chika yang sudah menyebrang jalanan. Chiko menghubungi sopirnya untuk mengambil mobilnya yang berada di cafe Disson. Sedangkan dirinya ikut hujan-hujanan berusaha mengejar Chika.

Mendengar suara Chiko mengejarnya dari belakang. Lantas Chika pun berhenti, tepat di trotoar jalanan. “Ngapain lo kejar-kejar gue segala. Sana pulang!”

Chiko menahan tangan Chika yang hendak pergi. “Nggak mungkin gue biarin cewek jalan sendirian di guyuran hujan deras kayak gini. Lagian mobil gue nggak bisa jalan. Ojek-ojek juga nggak ada yang lewat karena hujannya belum berhenti.”

Chika termenung sejenak. Kaki jenjangnya kini berjalan ke arah halte bus yang terasa sepi dan sunyi karena hujan semakin lama semakin deras. Chika dan Chiko duduk di kursi panjang tempat menunggu bus datang.

“Lo kedinginan?” tanya Chiko membenarkan letak kacamatanya. Chika hanya tersenyum tipis sebagai jawaban.

Karena tidak tega melihat Chika memeluk tubuhnya sendiri. Chiko pun melepaskan jaketnya dan memakaikannya di punggung cewek itu. “Badan lo basah kuyup. Gue takut lo sakit.”

Chika terdiam mendengar ucapan Chiko yang terkesan lembut. Tanpa sadar ia menganggukkan kepalanya. Diam-diam Chika memperhatikan Chiko yang tengah memperhatikan jalanan. “Lo juga pasti kedinginan. Mau gue lepas jaketnya?”

Chiko menahan tangan Chika yang hendak melepaskan jaket miliknya. “Nggak perlu. Lo cewek, gue cowok. Yang namanya cowok itu kuat. Sama kayak gue yang masih kuat menahan dinginnya hujan, sedangkan cewek adalah makhluk lemah. Dan cowok, wajib melindunginya.”

Chika meneguk salivanya gugup. Setelah mendengar jawaban Chiko membuat hatinya berdesir. Entah kenapa, setiap perkataan yang ia lontarkan. Hatinya sedikit tersentuh.

“Tapi kalau lo sakit, gimana?”

“Itu resiko.”

****

Cellin menunggu Chiko di meja nomor 16 dengan waktu yang cukup lama. Mungkin sekitar dua jam Cellin menunggu. Namun, tidak ada pertanda bahwa Chiko akan datang ke cafe Disson yang Chika katakan.

“Ini bener nggak sih, tempatnya. Masa udah dua jam gue nunggu, tuh orang belum dateng-dateng juga.” Tak disangka olehnya, ada seorang laki-laki yang membawakan Cellin makanan sambil tersenyum lebar ke arahnya.

“Kenalin, gue Carlos. Adek Chiko yang nggak bisa dateng nyamperin lo, dan maaf terlambat. Nunggu hujan reda dulu soalnya.” Carlos memperkenalkan dirinya sebagai Adik dari Chiko.

Cellin menganggukkan kepalanya sambil mengerjap-ngerjapkan matanya tidak percaya. Wajah Carlos dan Chiko sangat berbeda jauh, penampilannya pun bertolak belakang. Chiko terlihat goodboy. Sedangkan Carlos terlihat badboy.

Fight Smart [SELESAI]Where stories live. Discover now