PART 11.

195 36 5
                                    

Cellin dibuat bingung dengan tingkah Carlos saat ini. Sudah hampir satu jam mereka bersama, tetapi tidak ada pembahasan apapun dari keduanya. Mereka hanya diam sambil melihat orang-orang yang bermain berbagai permainan yang berada di pasar malam.

Cellin diam-diam memperhatikan wajah tampan Carlos. Lelaki itu tampak tampan bila diamati dari dekat. Pantas saja semua wanita tergila-gila kepadanya, Cellin saja yang bisa dikatakan anti lelaki menjadi candu lelaki. Tetapi hanya satu lelaki yang ia sukai, dan dialah orangnya. Carlos Tevez Pamungkas, lelaki playboy dengan sejuta segombalannya.

“Kenapa liatin gue terus? Suka?” tanya Carlos membuyarkan lamunan Cellin.

“E-enggak,” elak Cellin mengalihkan pandangannya ke depan.

Carlos menggeleng-gelengkan kepalanya. Saat Carlos ingin menggoda Cellin lagi, tiba-tiba Carlos melihat sekarang wanita yang berlari ke arahnya. Kedua matanya membulat sempurna, ia tahu kalau wanita itu salah satu mantannya yang sekarang masih mengejar-ngejarnya tanpa henti.

“Carlos!” Sudah Carlos tebak. Wanita itu akan menghampirinya sekarang juga.

Cellin mengernyitkan dahinya bingung. “Siapa?”

“Aleka, mantan gue.”

Cellin mengerucutkan bibirnya saat tahu wanita yang memanggil Carlos adalah mantannya. Mungkin sebentar lagi, wanita itu akan menjadi miliknya kembali. Sudah Cellin duga kalau Carlos emang lelaki hidung belang.

“Hay Carlos, dari kemarin aku cariin kamu kemana-mana, kenapa nggak ada? Nomor aku juga kamu blokir ya? Terus semua sosmed aku ... Kenapa?” tanya Alika meraih tangan Carlos.

Dengan kasar Carlos menepis tangan Alika. Lalu tangannya menarik pinggang Cellin agar jarak mereka semakin dekat. Cellin meneguk salivanya gugup, sedangkan Carlos menatap Alika datar.

“Maaf gue nggak ada waktu. Istri gue lagi hamil, dan gue nggak mau hubungan kita berlanjut, tolong hargain keputusan gue,” ucapnya membuat Cellin melotot galak ke arah Carlos.

Alika menganga lebar. “I-istri? Kamu udah nikah?”

Carlos mengedikkan bahunya acuh, menarik pinggang Cellin agar semakin merapat. Cellin hanya tersenyum ke arah Alika, sedangkan Carlos memainkan perut Cellin seakan-akan Cellin sedang mengandung anaknya.

“Yuk sayang, kita beli mie setan kesukaan kamu.” Carlos membawa Cellin meninggalkan Alika yang masih termenung di tengah-tengah ramainya pasar malam.

Carlos nikah muda?

*****

Chika berdecak sebal melihat jam yang berada di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 07:22. Dan itu artinya,  ia sudah telat dua puluh dua menit. Akibat  semalam pulang larut malam, Chika terpaksa naik angkutan umum karena bangun siang. Sialnya, mobil milik Mamahnya di bawa ke kantor sehingga Chika tidak bisa membawa kendaraannya sendiri.

Chika berjalan cepat menuju gerbang sekolahannya yang tampak sepi. Sudah dipastikan semua siswa-siswi SMA Wyata Dharma sudah masuk pelajaran di kelasnya masing-masing. Dari kejauhan Chika melihat beberapa siswa yang memohon-mohon meminta Pak Satpam membukakan gerbangnya.

Chika berjalan menuju kerumunan, sambil bergumam. “Alamat kena hukum inimah.”

“Lo bener,” celetuk seseorang yang membuat Chika mengerjap-ngerjapkan matanya kaget.

Saat Chika menengok ke arah sumber suara, Chika dikagetkan dengan seseorang yang tidak lain adalah, Chiko. Seseorang yang semalam membuat tidurnya terganggu sampai pagi hari mendatang. Orang itu menatapnya datar seraya membenarkan letak kacamatanya yang terasa miring.

“Lo ngapain disini? Telat juga?” tanya Chika basa-basi.

“Gue nggak harus jawab pertanyaan lo deh kayaknya. karena udah kelihatan dari tadi, kalau gue berdiri disini, tanpa masuk lewatin gerbang sekolahan 'kan?” Chiko berjalan tanpa menghiraukan tatapan melongo dari gadis yang berada di sampingnya itu.

Saat keduanya sudah sampai di depan gerbang. Mereka dikejutkan dengan kedatangan Bu Alina, tidak lupa dengan gunting dan penggaris yang berada dikedua tangannya.

“Telat lagi!” bentak Bu Alina berkacak pinggang. Kedua mata tajamnya kini beralih kepada Chiko dan Chika yang menatapnya datar. “Kalian juga Chika, Chiko. Kenapa murid teladan seperti kalian bisa telat?”

Chika mendorong bahu Chiko agar laki-laki itu yang berbicara. Chiko yang merasa malu pun menggaruk-garuk kepalanya bingung. Ini pertama kalinya Chiko datang kesiangan ke sekolah, karena biasanya ia datang ke sekolah pada jam enam pagi, bukan jam tujuh apalagi delapan.

“K-kita belajar bareng sampai malam, Bu. Jadi kita telat, iya 'kan Chik,” ucap Chiko berbohong. Laki-laki itu mengedipkan sebelah matanya ke arah Chika, agar gadis itu mengiyakan kebohongannya.

Chika menyengir kuda ke arah Bu Alina. “I-iya gitu ha-ha-ha.”

Bu Alina memicingkan matanya curiga. Tetapi tidak ia pungkiri kalau keduanya adalah murid-murid yang gila akan pelajaran. Jadi Bu Alina bisa saja mempercayai mereka tanpa menanyai sedetail-detailnya kepada mereka kenapa bisa telat.

“Baiklah, karena kalian murid baik, kali ini ibu maafkan. Tetapi sebagai hukumannya kalian harus membersihkan perpustakaan sampai bersih. Lain kali belajar sewajarnya. Jangan sampai larut malam seperti apa yang kamu ucapkan.”

Chika dan Chiko menganggukkan kepalanya bersamaan. Berbeda dengan siswa-siswa yang berada di luar gerbang. Mereka berbisik-bisik tidak suka dengan Chiko dan Chika yang bisa lolos begitu saja tanpa dimarahi oleh Bu Alana habis-habisan.

Sesampainya di perpustakaan, Chika langsung merebahkan tubuhnya di kursi. “Heh, lo. Sekarang lo bersihin ini perpus sampai kinclong. Gue tidur dulu.”

Chiko menggeleng-gelengkan kepalanya, ia menarik rambut Chika agar gadis itu berdiri. “Enak aja, kita sama-sama dihukum. Mau nggak mau, lo dan gue harus bersihin ini perpustakaan sampai selesai.”

“Tapi gue ngantuk,” elak Chika menguap lebar.

Chiko memutar bola matanya jengah. “Alasan terus. Kalau gue doang yang bersihin ini perpustakaan, yang luasnya kayak lapangan bola, kapan selesainya?”

Chika mencibikkan bibirnya kesal. “Ishh, lo bisa 'kan bersihin sendiri? Ya udah, bersihin aja. Gue ngantuk, asal lo tahu aja. Dari semalem gue balik dari pasar malam nggak bisa tidur, karena keinget muka-muka setan yang ada di rumah hantu itu.”

Chiko menahan tawanya. “Lah, siapa yang mau main ke rumah hantu, lo sendiri 'kan?”

Chika mendengkus sebal. “Tau ah, gue mau tidur.”

Chiko menahan tangan Chika yang hendak kembali ke kursinya. Mungkin gadis itu akan merebahkan tubuhnya, lalu tidur pulas. Dan Chiko tidak ingin itu terjadi. “Enak aja main tidur-tidur. Kerjain dulu hukumannya.”

“Ogah,” ketus Chika malas.

Chiko menyeringai jahil, ia menarik tangan Chika hingga masuk ke dalam rengkuhannya. Gadis itu tentu saja terkejut dengan perlakuan Chiko kepadanya. Dengan sengaja Chiko memojokkan tubuh Chika hingga mengenai rak buku.

“Bersihin, atau gue cium sekarang?”

Brakh!

__________________________________________

Ada apa ya?

Next nggak?

Fight Smart [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang