PART 13

163 24 0
                                    

Cellin bersedekap dada melihat sahabatnya yang sangat fokus membaca membaca sesuatu di layar handphonenya. Chika yang berada di hadapannya Cellin pun menganga lebar. Ia masih tidak percaya kalau rencananya akan berjalan mulus seperti ini.

“Cell, lo beneran pacaran sama Chiko?” tanya Chika mematikan handphone Cellin.

Dengan santainya Cellin mengangguk. “Gue udah bilang, naklukin Chiko itu mudah. Kalau lo masih nggak percaya, lo lihat aja beberapa menit lagi, Chiko datang jemput gue.”

Chika semakin membulatkan bibirnya cengo. “S-seriusan? Demi apa?”

“Demi—.”

Tind ... Tind ...

Ucapan Cellin terpotong karena suara klakson yang berasal dari halaman rumahnya. Cellin tersenyum melihat mobil berwarna putih itu sudah berada sampai ke rumahnya dengan tepat waktu. Chika yang melihat itu pun membulatkan matanya sempurna, antara kaget dan tidak percaya.

“Hay sayang!” sapa Cellin membuat Chika mengerjap-ngerjapkan matanya polos.

Chiko tersenyum paksa melihat Cellin yang menghampirinya, tatapannya beralih kepada Chika yang masih berada di ambang pintu. Sesuai rencana, Chiko berjalan ke arah Cellin. Menyapa perempuan itu balik, layaknya orang berpacaran pada umumnya.

“Hay juga, maat telat. Tadi dijalan lumayan macet soalnya,” ucap Chiko merangkul pundak Cellin.

“Nggak papa, kok. Ohh iya Chik, gue duluan sama Chiko, lo mau bareng nggak?” Tawar Cellin kepada Chika yang berada di hadapannya.

Chika mengerucutkan bibirnya kesal. “Nggak ah, ntar gue jadi nyamuk lagi, kalian pergi aja sana. Gue masih nunggu Mang Joko.”

Cellin menganggukkan kepalanya, menggandeng tangan Chiko agar ia masuk ke dalam mobil putihnya. Mata Chiko dan Chika tidak sengaja beradu, mereka saling bertatap-tatapan sesaat, hingga akhirnya Chika memutuskan kontak mata tersebut karena Mang Joko sudah berada di sebelahnya.

“Mau berangkat sekarang, Non?” tanya Mang Joko membungkukkan badannya.

Chika menganggukkan kepalanya singkat. Setalah itu ia masuk ke dalam mobilnya tanpa menoleh ke arah mobil Chiko yang sudah jauh dari pandangannya. Sedangkan disisi Cellin tengah tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi sahabatnya yang terkejut mengetahui dirinya berpacaran dengan Chiko. Padahal nyatanya, tidak sama sekali.

“Ha ... Ha ... Sumpah, gue ngakak banget liat muka Chika yang kaget gitu!” seru Cellin diiringi dengan tawanya.

Chiko menggeleng-gelengkan kepalanya. “Parah lo, sama temen sendiri dibohongin. Gimana kalau ke bongkar? Mampus lo.”

Cellin mengentikan tawanya dengan tangan yang dilipatkan di depan dadanya, memandang Chiko yang sedang mengemudikan mobilnya dengan datar. “Asal lo nggak bongkar, semuanya aman.”

“Sampai kapan lo kibulin dia?” celetuk Carlos yang berada di kursi belakang bersama Cellin.

Chiko menganggukkan kepalanya menyetujui. Ia juga berpikir, bagaimana perasaan Chika saat tahu teman dekatnya sendiri membohonginya, pasti gadis itu akan sakit hati. Atau mungkin, lebih dari sakit.

Cellin termenung sejenak. “Gue cuma mau bikin Chika seneng, katanya kalau gue pacaran sama Chiko. Pelajarannya akan terganggu dan otomatis lo nggak bisa ikut olimpiade matematika bulan depan, karena konsentrasi lo keganggu.”

Citttt ...

Chiko mengentikan mobilnya kaget. “Apa? Jadi lo cuma dimanfaatin sama dia?”

Tiba-tiba kedua bibir Cellin tertutup rapat, Cellin baru sadar kalau ucapannya sudah melampaui batas. Chiko mengernyitkan keningnya, menunggu jawaban Cellin yang masih diam tanpa mengeluarkan suaranya.

*****

Tarjo celingak-celingukkan mencari keberadaan Chika. Dan ternyata gadis itu tengah merobek-robek kertas di mejanya dengan bibir yang di monyongkan ke depan. Tarjo mendekati Chika seraya duduk di sebelahnya yang Tarjo yakini adalah kursi milik Chiko.

“Tujuh milkita milik Andrian. Delapan basreng di dekat lilin. Tumben-tumbenan Neng Chika sendirian. Nggak bareng sama Cellin?” tanya Tarjo menggunakan pantun andalannya.

Chika semakin kesal dengan pertanyaan Tarjo, gadis itu beranjak dari duduknya sambil berkata. “Nggak tau, tanya aja sama rumput yang bergoyang.”

Tarjo menganga lebar. “Hah?”

Chika tidak memperdulikan Tarjo yang menatapnya bingung, daripada berdiam diri di kelasnya, mending dia pergi ke perpustakaan untuk membaca buku-buku materi yang akan Chika pelajari saat pemilihan olimpiade matematika dimulai dua jam mendatang.

Saat Chika melewati karidor kelas XI IPS 4. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya. Spontan Chika menoleh ke arah orang itu dengan tatapan bingung. “Kenapa?”

Seorang laki-laki yang berada di hadapan Chika tersenyum ramah, membuat siapa saja yang melihatnya terkagum-kagum karena senyumannya yang manis.

“Chika, yah? Kenalin gue Daffa, kalau lo?” tanya laki-laki itu mengulurkan tangannya, meminta Chika agar bersalaman dengannya.

Dengan ragu Chika membalas uluran tangan Daffa. “I-iya, kok lo tau nama gue?”

Lagi-lagi Daffa tersenyum manis. “Tau lah, lo 'kan yang menangin olimpiade matematika tahun lalu, mana mungkin gue nggak tau berita hot gitu.”

Chika terkekeh kecil mendengar balasan Daffa yang membuat pipinya merona, malu. “Ohh gitu ya.”

Keduanya sama-sama diam hingga Daffa membuka suaranya kembali. “Lo mau ke perpus 'kan? Bareng gue yuk. Kebetulan gue juga mau ngambil buku sastra Indonesia buat kerja kelompok.”

Chika menggaruk-garuk kepalanya. “T-tapi—.”

“Nggak ada tapi-tapian, keburu bel nanti,” ucap Daffa menarik tangan Chika menuju perpustakaan. Tanpa disadari oleh mereka berdua, ada seseorang yang tengah memperhatikan mereka di tepi parkiran mobil para siswa-siswi SMA Wyata Dharma.

Kayak kenal deh, tuh cowok. Tapi siapa? - batin orang itu.



__________________________________________

Next????

Fight Smart [SELESAI]Where stories live. Discover now