PART 26

167 26 0
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Kini Chika dan Chiko tengah mengantri untuk mendapatkan nomor peserta dalam perlombaan olimpiade matematika tahun 2021. Peserta yang mengikuti perlombaan ini sangat banyak sehingga Chika tidak yakin kalau dirinya akan menang dalam perlombaan tahun ini.

Chiko menepuk pundak Chika agar gadis itu tidak salah fokus dan jatuhnya tidak konsentrasi saat olimpiade berlangsung. Bu Jurina pun terus menyemangati kedua muridnya agar tetap semangat dalam menghadapi perlombaan itu.

Meskipun siswa-siswinya banyak. Kalau tidak konsisten dan tidak konsentrasi, apakah mereka bisa menjalankan olimpiade-nya dengan baik? Tentu tidak, semuanya butuh pemikiran yang dingin dan tetap konsentrasi dalam pelajaran yang akan dihadapi mereka.

“Banyak banget pesertanya, Bu. Kayaknya Chika nggak yakin bisa kalahin mereka,” ucap Chika mulai patah semangat. Padahal malam kemarin ia semangat 45 dalam menjalani perlombaan ini. Malahan Chika tidak bisa tidur karena memikirkan perlombaan yang akan dia hadapi dengan Chiko, tentunya.

“Jangan patah semangat, Chika. Mereka belum tentu bisa mengalahkanmu, asalkan kamu yakin dengan pendirianmu saat ini. Semuanya akan baik-baik saya, dengan keyakinan,” ucap Bu Jurina tidak ingin Chika mengundurkan diri saat perlombaan ini sudah ada di depan mata.

Chika menghela napas panjang. “Chiko, lo aja sendiri yang ikutan lomba. Gue nggak yakin.”

Chiko menatap Chika tajam seakan-akan tidak memperbolehkan gadis itu untuk mengundurkan diri. “Omong kosong, kita udah jauh-jauh ke Bandung buat perlombaan ini, Chik. Dan kita udah lewatin tiga bulan belajar setiap pulang sekolah, untuk apa? Untuk bekal kita agar menang. Punya otak 'kan? Gue harap, lo bisa berpikir jernih.”

Mendengar penuturan kata dari Chiko membuat hatinya tersentuh. Chika terdiam lama hingga akhirnya suara nyaring dari panitia mengagetkannya.

“Ekhemm ... Antrian ke lima belas, dimohon segera mengambil nomor peserta,” ucap panitia tersebut menoleh ke arah Chika dan Chiko yang masih tidak bergeming.

Tanpa pikir panjang, Chiko menarik tangan Chika sedikit kuat. Chika yang merasa bimbang pun hanya mengikuti langkah kaki Chiko yang berada di hadapannya.

“Nih nomor peserta punya lo, nomor seratus dua belas.” Chiko menyerahkan nomor peserta tersebut kepada Chika.

Gadis itu mendengkus sebal. Tetapi melihat tatapan Bu Jurina yang memohon kepadanya membuat Chika tidak tega untuk mengundurkan diri. Chika menghembuskan nafasnya kasar.

“Kita duduk dimana?” tanya Chika membenarkan seragamnya yang kusut.

Chiko melihat sekitarnya yang tampak banyak para peserta yang mengikuti perlombaan. Chiko tersenyum melihat tiga bangku yang kosong, berada di jajaran terakhir.

“Ikut gue!” Tegas Chiko menggenggam tangan Chika, membawanya ke kursi yang kosong. Dari kejauhan Bu Jurina tersenyum melihat Chika yang bisa mengikuti perlombaannya atas bantuan Chiko yang menjadi patner olimpiade matematika saat ini.

******

Chika menyenggol lengan Chiko yang berada di sebelahnya. Kini, mereka berdua tengah mengisi soal-soal yang telah panitia perlombaan itu berikan. Banyak yang Chika tidak mengerti dengan rumus-rumus yang berada di kertasnya, sedangkan Chiko? Lelaki itu sangat santai dalam mengisi soal-soalnya, tidak seperti Chika yang menganggap tugas hari ini adalah beban baginya.

“Chiko, gue belum isi satu soal pun, otak gue tiba-tiba dwon,” cicit Chika pelan.

Chiko menghela nafas panjang. Menoleh ke arah Chika yang memegangi tangannya seperti meminta bantuan. Chiko melempar tatapan tajamnya dan mengambil sebuah kertas dari saku celananya.

“Kita pernah belajar ini sebelumnya. Saat di perpustakaan bareng Bu Jurina, inget hitungan 8,17 gue yakin lo bisa sendiri.” Chiko melanjutkan ditugaskan tanpa menoleh ke arah Chika kembali.

Chika mengerucutkan bibirnya kesal, ia mengira Chiko akan senang hati membantunya, tetapi nyatanya. Tidak sama sekali. Chika berpikir keras, mengingat kejadian yang beberapa hari yang lalu bersama Bu Jurina.

Melihat Chika yang hanya memejamkan matanya. Chiko pun tersenyum tipis, kemudian ia mendekatkan wajahnya di telinga gadis itu agar Chika tidak kesusahan mencari jawaban.

“X titik dua puluh lima,” bisik Chiko membuat mata Chika terbelalak.

Deru nafas lelaki itu sangat terasa di telinga Chika. Bahkan pipi Chika pun tertiup oleh suara seraknya. Chiko menuliskan sesuatu di telapak tangan Chika.

“Tinggal pecahin hitungan ke-enam, dan nanti akan ketemu jawabnya.” Setelah melihat tulisan yang berada di telapak tangannya, Chika tersenyum manis. Lamanya mereka berbisik-bisik, akhirnya Chika mendapatkan jawabannya.

Thanks, Chik.”

Chiko menganggukkan kepalanya singkat. Tidak lama kemudian ia beralih kepada tugasnya masing-masing, hingga waktu pengisian soalnya habis.

__________________________________________

Update terosss walaupun nggak ada yang baca sama sekali (+_+)

Fight Smart [SELESAI]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora