END

346 23 2
                                    

Chika melepaskan genggaman tangannya. Ia berlari tanpa memperdulikan Chiko yang kini menatapnya nanar. Bu Jurina menepuk pundak Chiko agar mengerjakannya. Chika terlihat malu dan bimbang. Tentu saja Chika bimbang, Chiko masih berstatus sebagai pacarnya Cellin— temannya yang masih sakit di Jakarta. Dan dia tidak mau merusak persahabatannya hanya karena satu laki-laki.

Chiko mengepalkan tangannya kuat, meremas sertifikat dari Panitia lomba sehingga sertifikatnya lecek. Bu Jurina menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kalau kamu memang mencintai Chika, kejar dia. Jangan biarkan Chika pergi.”

Chiko memandang Bu Jurina serius. “Nggak ada lagi yang harus saya lakukan, Bu. Sepertinya Chika tidak mempunyai rasa sama saya.”

Chiko terpaksa tersenyum, walau hatinya resah dan gelisah. Bu Jurina menepuk pundak Chiko sambil berkata, “Jangan menyerah Chiko, saya yakin, kamu bisa mendapatkan apa yang kamu mau hari ini. Kejar Chika!”

Chiko seakan tersentak oleh ketegasan dari Bu Jurina. Dengan segera Chiko mengejar Chika yang berlari ke arah taman. Tepukan riwuh pun kembali Chiko dengar dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

“CHIKA!” teriak Chiko menahan lengan Chika yang hendak menjauhinya.

Chika tidak menoleh ke belakang, ia hanya berdiam diri di bawah pohon sembari menikmati detak jantungnya yang kian berdetak lebih kencang dari biasanya.

“Kenapa lo kejar gue?” tanya Chika jutek.

Chiko menghela nafas panjang. Ia berusaha meraih tangan Chika kembali, tetapi gadis itu selalu menepisnya sehingga Chiko hanya bisa tersenyum miris.

“Gue cuma mau bilang, gue suka sama lo, atau bahkan lebih dari kata suka. Kesimpulannya, gue cinta sama lo.” Chiko berusaha agar tetap tegar dengan pendiriannya.

Chika tidak menjawab. Ia malah tertawa renyah, membuat Chiko mengernyitkan dahinya bingung. Apa Chika kerasukan di siang bolong seperti ini?

“Jangan aneh-aneh, Chik. Lo punya sahabat gue, nggak mungkin gue khianati dia, disaat dia masih koma di Jakarta.” Lagi-lagi Chika tertawa dengan ucapannya barusan.

Chiko berdehem pelan. Sekarang ia yakin, kalau Chika masih menganggap Cellin sebagai pacarnya. Padahal nyatanya, bukan. Belum sempat Chiko menjawab, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya, berbarengan dengan suara lemah yang keluar dari mulut gadis yang selama ini dikatakan 'sakit' oleh Chika.

“Lo salah paham Chik, Chiko sama gue nggak punya hubungan apa-apa.” Chika tersentak kaget mendengar suara Cellin yang berada di sekitar taman.

Setelah berbalik ...

“AAA CELLIN! LO UDAH SEMBUH!” teriak Chika memeluk tubuh sahabatnya erat. Saking eratnya Cellin sampai-sampai tidak bisa bernafas akibat Chika memeluknya terlalu erat, dan semakin mendekati cekikan.

“L-lepas!” pekik Cellin terbata-bata.

Chika cengengesan sembari melepaskan pelukannya. Ia menatap Cellin dari atas sampai bawah. “Lo kurusan? Lo kesini sama siapa? Terus kok nggak ngabarin gue sih, wah ini kaki udah bisa jalan. Keren rambutnya sekarang agak keriting---.”

“Diem deh Chik, gue baru aja pulih loh ini, masa lo mau gue masuk RS lagi sih.” Potong Cellin memutar bola matanya malas.

Chika menggaruk-garuk kepalanya sambil menyengir kuda, menampilkan deretan giginya yang putih. Membuat Cellin yang melihatnya pun ingin muntah di tempat.

“Gue kesini sama Carlos, pacar gue.”

WHAT!”

Plak!

Cellin menggeplak kepala Chika dengan tangan kanannya. “Suara lo, Nyai.”

Entah seberapa kalinya Chika cengengesan tanpa dosa. Tetapi ia sering cengar-cengir melihat wajah Cellin yang tampak berbeda satu bulan ini. Chika berdehem sebentar, menatap Carlos yang berada disebelah Chiko dengan mata sinisnya.

“Ouh, jadi ini yang namanya Carlos?” tanya Chika melipat kedua tangannya di depan dada.

Cellin tersenyum menyebarkan. Lalu ia menarik tangan Carlos agar bisa ia genggam, Chika yang melihat itupun mengerjap-ngerjapkan matanya kaget. “Lo beneran pacarnya Cellin?”

Carlos menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. “Kalau memang iya, kenapa? Lagian udah dua bulan kita pacaran, kalau lo belum tau.”

“Hah? Dua bulan? Berarti—.”

“Iya-iya, gue bohongin lo ... maaf, tapi ceritanya panjang. Jadi Chiko 'kan waktu itu pinter banget, terus lo mau nyingkirin dia dari prestasinya 'kan, tapi gue nggak bisa. Singkat cerita, lo maksa gue buat jadian sama Chiko. Dan nggak lama kemudian gue sama Chiko jadian, tapi semua itu cuma bohongan, itupun Carlos udah jadi cowok gue.” Cellin menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya perlahan.

Chika melotot tidak percaya. Kalau tahu gitu, sudah pasti Chika tidak akan was-was jika berdekatan dengan Chiko. Cellin tersenyum lebar, meraih tangan Chika dan Chiko agar keduanya saling menggenggam satu sama lain.

“Dan sekarang, gue mau kalian bersama, sama kayak gue dan Carlos,” ucap Cellin tersenyum manis ke arah Carlos.

Cellin melepaskan tangannya, membuatkan tangan Chika dan Chiko saling mengganggap satu sama lain. Chiko menatap wajah Chika lekat. “Jadi, gimana jawaban kamu?”

“Jawaban apa?” ucap Chika pura-pura tidak paham apa maksud Chiko saat ini.

Laki-laki itu memutar bola matanya malas.  “Lo nggak usah pura-pura bego deh, gue tahu lo tau apa maksud gue barusan.”

Chika cengengesan di hadapan Chiko tanpa malu, lalu ia pun menghentikan tawanya sambil menatap Chiko serius. “Nilai lo barusan berapa?”

Chiko mengernyitkan dahinya sebelum menjawab. “99,9%.”

“Kalau lo mau cinta gue, nilai lo harus 100%.” Chika menyilangkan kedua tangannya. Membalikkan badannya, berniat meninggalkan Chiko bersama Cellin dan Carlos yang tidak jauh dari tempatnya berada.

Namun sebelum Chika pergi, Chiko menahan tangannya terlebih dahulu. “Kalau mau 100% gue harus gimana? Masa iya, gue minta sama panitianya buat nambahin nilai gue?”

Chika tersenyum miring. “Buktiin sama gue, kalau lo bisa dapetin 100% dengan nilai prestasi yang lo miliki.”

“Kenapa harus 100%?” pertanyaan konyol itu keluar dari mulut Chiko begitu saja.

“Karena gue butuh kepastian dan keyakinan. Kalau nilai lo 99,9% maka hati lo nggak jauh beda sama angka 9. Dan gue, mau lebih dari 99,9% mungkin 100% lebih baik.”

Chiko terdiam sejenak. “Jadi, gue ditolak?”

“Menurut lo?”

_________________________________________

Alhamdulillah udah end.

Menanti epilog nggak nih?

Huaaa sepiiiiiiiiii...... :-)

Fight Smart [SELESAI]Where stories live. Discover now