PART 23

153 22 0
                                    

Tarjo menyenggol lengan Cherryl karena sedari tadi Chika terus saja memperhatikan Retno dari kejauhan. Tarjo memang sudah tau kalau Retno sudah pulang dari Canada bersama Arkan dan Azka. Tetapi yang membuatnya khawatir adalah Chika. Ia takut Chika masih menyimpan rasa untuk lelaki brengsek seperti Retno.

“Chik, jangan dilihatin mulu. Ntar Retno kegeeran lagi,” ucap Tarjo menggeser tempat duduknya, hingga kursi yang diduduki Chika beradu dengan kursi yang didudukinya.

Chika tersenyum tipis melihat Retno yang menatap makanannya tanpa ekspresi. “Tenang aja kali, Jo. Gue nggak bakalan suka sama dia, lo tau 'kan kalau dia udah hilang dari pikiran gue sejak lama. Gue lihatin dia cuma mau tau, apa dia akan bully orang lagi atau nggak?”

Anton menepuk pundak Chika pelan. “Nah ini baru sahabat gue, jangan inget-inget dia terus ya, Chik.”

Chika menganggukkan kepalanya pelan. Tanpa disadari Retno sudah berada di belakangnya. Laki-laki itu berdehem pelan membuat Chika dan ketiga temannya menoleh ke arahnya secara bersamaan.

“Retno!” pekik Chika memegangi dadanya, kaget.

Retno menatap Chika datar. “Gue mau ngomong sama lo, Chik. Boleh 'kan?”

“Ngomong disini aja,” ketus Chika memasukkan bakso yang baru saja Tarjo beli ke dalam mulutnya yang terbuka.

Retno menghela napas pelan. “Sebentar aja Chik, nggak lama.”

Chika mengalihkan pandangannya kepada ketiga sahabatnya yang menatapnya tajam. Chika menggigit bibir bawahnya takut, iya takut. Ia takut Retno akan menamparnya seperti dua tahun yang lalu karena tidak mau menuruti kemauannya.

Chika meremas ujung roknya sehingga rok yang dikenakannya itu menjadi lecek akibat remasan Chika yang terlalu kencang. Tarjo yang melihat itupun mengenggam tangan sahabatnya, Chika melirik Tarjo sebentar.

“Ikutin aja, apa maunya dia. Kalau ada apa-apa, hubungin gue.” Tarjo menganggukkan kepalanya menandakan dirinya telah mengizinkan Chika untuk ikut dengan Retno.

“Hmm.”

Chika beranjak dari duduknya, berjalan mendahului Retno yang berada di belakangnya. Tidak lama kemudian mereka berjalan beriringan, membuat semua murid-murid yang berada di kantin terheran.

Sesampainya di taman belakang sekolah. Chika menghentikan langkahnya, ia menatap Retno dengan tangan yang dilipatkan di depan dada. “Mau ngomong apa?”

Retno menghela napas panjang. Kenapa sepertinya Chika tidak mau berlama-lama dengannya? Malahan sekarang, ia selalu to the poin jika berbicara.

“Gue mau minta maaf.” Retno meraih tangan Chika, namun gadis itu menepisnya kasar. “Waktu itu, gue nggak ada niatan buat rusak Agnata. Apalagi ngehiatin lo, nggak. Sama sekali.” Tegasnya mengepalkan tangannya kuat.

Chika membuang wajahnya ke arah lain. Entah kenapa matanya memanas mendengar ucapan penyesalan dari Retno. “Gue nggak peduli.”

Retno terkekeh kecil. “Terserah mau peduli atau nggak. Gue cuma mau bilang, kalau gue masih cinta sama lo. Dari gue pergi ke Canada sampai balik lagi ke Indonesia, gue nggak bisa lupain lo. Dan kejadian dua tahun—.”

“Stop!” bentak Chika lemah. “Gue nggak mau denger alasan yang keluar dari mulut busuk lo itu, inget ya. Selamanya gue udah lupain tentang kejadian kita. Dan tentang Agnata, gue udah lupa sama dia.”

Retno terdiam menyesali kebodohannya dua tahun silam. “Lo harus dengerin penjelasan gue, Chik. Gue sama sekali nggak pernah tidur sama Agnata, percaya sama gue. Gue harus apa supaya lo maafin gue, Chik!”

Chika meneteskan air matanya terharu. “T-tapi tes DNA itu bener, lo Ayah dari bayi yang di kandung Agnata, No.”

Retno mengacak rambutnya frustasi. Tanpa malunya Retno berlutut di hadapan Chika, memegangi kaki gadis itu agar memaafkan kesalahannya dua tahun yang lalu.

“G-gue nyesel, Chik. Please, maafin gue,” lirih Retno lemas.

Chika mendorong bahu Retno kasar. Memundurkan tubuhnya agar Retno tidak dapat menyentuhnya lagi. “Semuanya udah terlambat, No. Gue sama lo nggak pernah bisa bersatu, gue udah lupain lo. Dan lo, harus berusaha lupain gue.”

Setelah mengucapkan itu Chika berlari meninggalkan Retno yang termenung di belakang sekolahannya. Namun sebelum itu, Retno sempat berteriak.

“GUE PASTIIN LO BAKALAN BALIK LAGI SAMA GUE, CHIK! GUE CINTA SAMA LO! SEKARANG! NANTI! DAN SELAMANYA!”

Tanpa sadar, ada Chiko yang melihat kejadian itu dari awal sampai akhir. Chiko mengikuti mereka berdua saat berada di kantin, tujuannya mau ke toilet. Tetapi melihat Chika yang menangis di hadapan Retno, Chiko jadi penasaran dengan kedua orang itu. Dan kini Chiko tahu, apa sebab Chika menangis.

Chiko mengepalkan tangannya kuat-kuat, harinya kembali berdenyut nyeri saat melihat dari sorot mata Chika, kalau gadis itu masih mempunyai rasa kepada mantannya yang tidak lain adalah Retno. Lelaki brengsek yang pernah mengkhianati cinta Chika.

Lo terlalu baik buat Retno, Chik. Lo nggak pantes buat dia. Batin Chiko.

__________________________________________

Triple Update!🤣

Fight Smart [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang