PART 22

155 22 0
                                    

Seorang laki-laki berkacamata hitam, kini berjalan dengan angkuhnya ke dekat kelas XI IPA 2 yang tampak sepi karena murid-murid masih berada di luar kelas. Orang itu tersenyum miring saat melihat Chiko yang sedang membawa beberapa buku-buku tebal di genggaman tangannya. Sudah pasti buku tersebut dari perpustakaan, dan laki-laki itu pikir Chiko akan mengembalikannya kesana.

Dengan susah payah Chiko mengangkat buku-buku tebalnya. Berjalan ke arah perpustakaan yang tampak sepi, tetapi saat Chiko melangkah, tiba-tiba ada seseorang yang menendang kakinya sehingga buku-buku yang berada di genggaman tangannya, berhamburan ke bawah lantai.

“Heh, lo cupu. Bangun!” bentak laki-laki yang berada di belakang tubuh Chiko.

Laki-laki itu tidak sendiri, ia mempunyai dua orang teman yang gayanya tidak jauh beda dengan dirinya. Baju yang dikeluarkan, dasi yang dilonggarkan, serta kacamata hitam yang melekat di wajahnya.

Laki-laki itu melepaskan kacamata hitamnya, menatap Chiko dengan sengit. “Jadi lo yang katanya murid teladan itu? Cih, cupu kayak gini. Gue kira orangnya kayak gimana.”

Mendengar ejekan dari laki-laki itu, Chiko hanya diam tidak menyahut. Lebih baik Chiko membereskan buku-bukunya yang jatuh daripada meladeni orang yang tidak dikenali olehnya.

Saat Chiko ingin mengambil buku yang terakhir, sebuah kaki menginjak tangannya sehingga Chiko meringis kesakitan. “Aghhhhh!”

“Kenapa? Sakit?” tanya laki-laki itu diiringi dengan tawa ejekan.

Chiko mengepalkan tangannya kuat-kuat menahan amarahnya agar tidak keluar disaat yang tidak tepat. “Maaf, gue sama sekali nggak punya urusan sama lo. Jadi mending kalian pergi dari sini.”

Terlihat dari sorot matanya laki-laki itu tidak terima dengan ucapan Chiko yang terbilang halus. Ia mengangkat kepalanya hendak menampar pipi Chiko, namun sebuah teriakan nyaring, mampu menghentikan aksinya barusan.

“RETNO!”

Laki-laki itu menoleh ke belakang, menatap Chika yang berlari ke arahnya dengan tatapan tajamnya. “Lo ngapain disini?”

“Gue yang harusnya tanya lo ngapain disini? Pasti lo buat ulah lagi 'kan? Atau emang lo belum bisa berubah. Lo mau bully Chiko di depan perpustakaan? Ngaku lo.” Chiko mengernyitkan dahinya heran. Mengapa Chika tau kalau dirinya tengah dibully oleh laki-laki yang bernama Retno tadi?

Retno memutar bola matanya malas. “Itu hak gue, mau gue bully atau nggak. Itu hak gue, dan lo. Nggak ada urusannya antara gue sama dia!” Tunjuk Retno kepada Chiko yang masih menatapnya datar.

Chika menghela napas panjang. “Jangan bully dia, kak.”

Retno menaikan satu alisnya. “Kenapa? Lo suka sama si cupu ini?”

Chika melotot galak ke arah Retno. Lalu tidak lama kemudian, ia menggelengkan kepalanya tidak membenarkan ucapan Retno barusan. “Nggak, dia pacarnya Cellin.”

What?!”

*****

Setelah bercakap-cakap dengan Retno tadi, Chika dan Chiko langsung berlari ke perpustakaan untuk melanjutkan pelajaran kemarin. Kebetulan kelas mereka sedang tidak guru, jadi Chika dan Chiko akan belajar di perpustakaan, daripada di kelasnya yang berisik akan teman-temannya.

Chiko memandang wajah Chika dari samping, jika dilihat-lihat wajah Chika sangat cantik. Namun karena gadis itu sangat galak dan sangar, kecantikannya jadi tertutupi oleh raut wajahnya yang menyeramkan seperti iblis.

“Tadi siapa?” tanya Chiko to the poin.

Chika menoleh ke arah Chiko dengan kedua alisnya yang menyatu. “Siapa? Yang mana?”

Fight Smart [SELESAI]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt