PART 10

182 38 1
                                    

Chika mengerucutkan bibirnya kesal, sedari tadi tidak ada satu orang pun yang menggodanya atau sekedar berkenalan dengannya. Boro-boro berkenalan, semua cowok yang datang ke pasar malam semua mempunyai gandengannya masing-masing. Bagaimana bisa berkenalan? Sampai-sampai Chika berpikir, apakah dirinya seorang yang mencari-cari gebetan di pasar malam seperti ini?

“Setengah jam gue muter-muter ini pasar malam. Kok nggak ada gitu satupun cowok ganteng yang lirik gue. Kenapa ya? Padahal gue udah cantik, mata gue udah lentik kayak bokong semut rangrang. Tapi kenapa semua cowok cuma natap gue tanpa berkenalan? Apa gue kurang seksoy apa gimana?” tanya Chika pada dirinya sendiri.

Saat Chika melangkah. Tiba-tiba ia melihat ruangan yang paling dikenal dengan sebutan rumah hantu. Chika tersenyum miring melihat tulisan besar yang berada di hadapannya itu.

Namun sebelum memasuki rumah hantu tersebut. Chika berpikir sejenak dengan tangan yang diletakkan di dagunya, pertanda berpikir. “Kalau gue coba masuk rumah hantu, gue bakalan dapat jodoh setan dong?”

Chika memundurkan tubuhnya dengan bulu kuduk yang berdiri tegak. Chika merinding? Tentu, karena Chika tidak mau mendapatkan jodoh makhluk halus seperti apa yang ia bayangkan beberapa detik yang lalu.

Tetapi rasa penasarannya sangat besar, sehingga kakinya nekad untuk memasuki ruang pembelian tiket. Saat sudah sampai di sana, Chika diperhatikan banyak orang. Bahkan petugas yang menjaga pintu rumah hantu itu mengernyitkan dahinya heran.

“Mbak mau pesan?” tanya petugas tersebut sambil melihat Chika dari atas sampai bawah.

Chika menggaruk-garuk kepalanya bingung. “I-iya, emang kenapa ya, Mbak? Kok liatin saya segitunya?”

“Gini, Mbak. Kalau Mbak mau ke rumah hantu harus masuk dua orang dalam satu tiket. Kami tidak menanggung resiko atas kejadian di dalam nanti, kalau pengunjung yang ikut ke rumah hantu akan pingsan di tengah jalan atau mungkin tidak sadarkan diri, tanpa pengetahuan kami. Kami hanya memperbolehkan satu tiket dipakai oleh dua orang yang masuk. Jadi mohon maaf, Mbak. Mbak harus mencari teman untuk menemani Anda masuk ke dalam rumah hantu ini.”

Chika mendengus sebal. Orang-orang yang mengantri di belakangnya saja semua berpasang-pasangan. Sedangkan Chika? Gadis ini hanya menyendiri di tengah-tengah antrian, membuatnya menjadi pusat perhatian semua orang.

Saat Chika berjalan mundur. Tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya sehingga Chika memekik kaget.

Brukh.

“Maaf, gue nggak sengaja.” Chika bangkit dari duduknya dan melihat siapa yang menabraknya barusan. Setelah keduanya sama-sama berdiri, mata keduanya sama-sama melorot. “LO!”

“Chika?!”

Chika berkacak pinggang di hadapan laki-laki itu. “Ngapain lo di sini? Cellin mana?”

Chiko menggaruk-garuk kepalanya. Ia juga tidak tahu Cellin dimana, sebab tadi Chiko membeli minuman tanpa Cellin di sampingnya. Sekarang saja ia tengah mencari gadis itu.

“Nggak tau, makanya sekarang gue lagi nyari dia. Lo lihat nggak?” tanya Chiko balik.

Chika melotot garang. “Lo tinggalin Cellin?!” Chika menjewer telinga Chiko hingga laki-laki itu meringis kesakitan. “Lo tinggalin dimana temen gue? Hah!”

Chiko menggeram kesal. Ia menahan tangan Chika menggunakan tangan kanannya, mencengkram tangan gadis itu kuat-kuat. Bisa dikatakan, Chiko mengunci pergerakan gadis itu hingga memojokkannya ke dinding lorong ruang antrian.

Meskipun banyak orang di sana. Tetapi orang-orang lebih mementingkan tiket untuk masuk ke rumah hantu, daripada menonton Chika dan Chiko yang terlihat mencurigakan.

“Dari tadi gue nyari-nyari dia kemana-mana, tapi nggak ketemu sampai sekarang.” Tekan Chiko melonggarkan genggamannya karena melihat wajah Chika yang sudah berkaca-kaca, menahan tangis.

Chika mendorong bahu Chiko agar menjauh darinya. “Lo—.”

“Mbak! Jadi beli tiketnya nggak?” celetuk penjaga tiket yang Chika datangi tadi.

Karena ingin sekali masuk ke dalam rumah hantu tersebut. Chika menarik paksa tangan Chiko agar mendekati ruang pembelian tiket. Chika menganggukkan kepalanya membuat Chiko menaikkan satu alisnya bingung.

“Jadi Mbak, sini tiketnya,” ucap Chika merebut tiket tersebut dan langsung masuk ke rumah hantu yang diinginkannya bersama Chiko di sebelahnya.

Saat mereka berdua sudah masuk ke dalam sana. Hanya ada kegelapan dan sinar lilin yang menemaninya. Chika meneguk salivanya gugup, rasa senangnya sekarang tergantikan dengan rasa takut.

“Chik, ini beneran rumah hantu? Padahal waktu gue kecil masuk rumah hantu, di pasar malam kayak gini, lampunya masih ada, loh. Tapi kenapa sekarang gelap banget, ya?” Chika merapatkan tubuhnya di samping Chiko. Takut laki-laki itu akan meninggalkannya sendirian di rumah hantu tersebut.

Chiko tersenyum miring. “Ini yang katanya berani? Masa cuma mati lampu doang, nyalinya udah ciut.”

Mendengar sindiran dari Chiko, tangan Chika mengepal kuat. Ia menginjak kaki Chiko seraya menjauhkan tubuhnya dari laki-laki itu. “G-gue berani, kok.”

Chiko semakin melebarkan senyumnya mendengar pengakuan Chika yang terlihat ketakutan. Chiko mengeluarkan minuman yang berwarna merah dari tangannya. Lalu ia mengambil sapu tangan dari belakang saku celananya.

Tanpa diketahui oleh Chika, sekarang Chiko tengah membuat jelangkung dibalik badannya yang tegap. Namun sebelum itu, Chiko mendekatkan tubuhnya ke arah Chika, mengambil ikat rambut gadis itu yang berada di belakang. Melihat wajah Chika yang memerah, antara panik dan takut. Chiko pun mengeluarkan sapu tangan yang sudah berlumuran air minum seperti darah, tepat di wajah Chiko.

“Chika,” bisik Chiko di telinga Chika, membuat gadis itu menoleh ke arahnya.

Chika melebarkan matanya melihat wajah Chiko yang tadinya tampan, kini tergantikan dengan satu tangan berlumuran air minum berwarna merah.

“AAAA!” jerit Chika memeluk tubuh Chiko erat.

Sontak saja lelaki itu tertawa terbahak-bahak melihat Chika yang langsung memeluknya sehingga Chiko sesak nafas. Chika yang masih tidak sadar pun memeluk Chiko erat. Ketakutannya semakin besar saat melihat sapu tangan yang berada di wajah Chiko tadi.

Niat Chiko yang ingin menakut-nakuti Chika musnah begitu saja, karena Chika mencekik leher lelaki itu dengan tubuh yang bergetar membuat Chiko meringis, menahan cekikan Chika yang diluar dugaannya.

“S-sesek!”

“HUAAA TAKUT! SETAN!” teriak Chika enggan membuka matanya.

Iya, lo setannya, nyekik gue sampai mampus!

__________________________________________

  Lanjut?

Fight Smart [SELESAI]Where stories live. Discover now