part 26

25.9K 1.8K 120
                                    


Masih tidak bisa percaya terhadap apa yang dilaluinya hari ini. Binar merenung menatap lebih lama kearah cermin yang menampakkan dirinya. Belum pernah terpikirkan dia akan menjadi istri orang dengan cara yang seperti ini. Jauh dari segala hayalan dan bayangan yang pernah berputar di kepalanya. Sementara itu, tangannya masih memilin kebaya putih yang digunakannya beberapa jam lalu. Kebaya yang pernah menjadi saksi ketika ayah menikahi bundanya. Sekarang pula menjadi saksi pernikahannya.

Binar sendiri masih cukup jelas mengingat semua rekaman terhadap apa yang dijalaninya hari ini, dan mungkin tak akan pernah dilupakannya. Dimulai ketika dia dibangunkan lebih awal dari biasanya. Lalu bunda yang memaksanya segera berganti pakaian dan berhias, namun Binar dengan tegas menolaknya. Tapi pada akhirnya Binar mengalah juga ketika bunda hampir menangis memohon padanya. Maka dipakailah kebaya yang kebesaran ditubuhnya itu. Memang salahnya karena tidak mau menyiapkan apapun untuk pernikahannya, padahal bunda dan mama Nanda sudah kalang kabut ingin mempersiapkan segalanya untuk pernikahan ini. Bagaimanapun ini adalah pernikahan pertama anak mereka, tentu saja kedua wanita itu turut merasakan kegamangan walaupun pernikahan ini sama sekali bukan hal yang mereka inginkan. Tidak dengan jalan seperti ini tentunya. Namun nasi sudah menjadi bubur. Tetap harus diterima pula. Tapi kesibukan kedua ibu dari calon mempelai tersebut ternyata harus berakhir sia-sia karena keras kepala Binar tentu bukan hal yang mudah dilawan. Ketika Binar menolak menyiapkan baju untuk pernikahannya maka sepanjang waktu pun keputusannya tetap sama. Maka satu-satunya yang dapat bunda lakukan adalah dengan memaksa Binar tepat dipagi hari sebelum pernikahan dilakukan dengan permohonan sedemikian rupa.

Binar juga masih mengingat bagaimana dia digiring kemobil yang kemudian dilajukan oleh ayahnya kesebuah tempat yang belum pernah didatanginya, jauh dari rumahnya berada. Maka disana, dirumah seorang penghulu dilaksankanlah pernikahannya. Jauh dari lingkungan orang-orang yang dia kenal. Ketika Binar sampai disana, sudah hadir beberapa orang yang mungkin akan jadi saksi pernikahannya. Sebagian tidak dikenali, namun diantara mereka hadir pula surya beserta istrinya, Akmal, Nanda juga Tante Alma.

Pernikahan segera dilaksanakan. Nanda dengan gagah duduk didepan penghulu. Mengucapkan ijab kabul dengan lancar dalam satu tarikan nafas. Sedikit miris hati Binar ketika mengingat dia punya dua sosok ayah tapi tidak satupun yang menjadi wali nikahnya. Mungkin jika anaknya nanti perempuan hal yang sama akan dialaminya juga. Karena sesungguhnya dilihat secara agama Nanda tidak akan pernah menjadi wali nasab bagi anaknya. Pernikahan ini hanya tanggung jawab semata. Oleh karena itu diam-diam Binar sempat berdoa dalam hatinya supaya kelak yang lahir dari rahimnya adalah seorang putra.

Pernikahan sederhana dan diam-diam itu berjalan dengan lancar diiringi senyum-senyum yang berusaha menutupi setiap hati yang retak. Terutama dipihak Binar sendiri. Yah tak ada hal yang istimewa yang Binar dapatkan dari pernikahannya tersebut. Dan sekarang binar harus menunggu kedatangan bundanya untuk membantunya melepaskan kebaya tersebut.

" Bunda lama banget, Bi gerah dan kepanasan. Bajunya susah dilepasin." Binar langsung mengeluarkan keluhannya ketika bunda muncul di pintu kamarnya.

"Ya mana bunda tau. Kamu kan ga ngomong apa apa." Sahut bunda sambil melepaskan satu persatu peniti di baju yang dikenakan Binar.

"Pokoknya aku kesel sama bunda." Sungut Binar, rasa lelah, gerah dan lapar membuat dirinya meradang.

"Salah kamu sendiri, bi, harusnya kamu gak ngusir Nanda tadi. Ritual lepas-lepas atribut setelah nikah itu emang udah pada kebiasaannya suami yang bantuin." Tutur bunda sambil terkekeh. Memang setelah acara ijab kabul tadi Nanda sempat mampir dirumah Binar, namun sesaat kemudian harus mundur teratur kembali ke rumahnya setelah Binar menutup pintu tepat di depan hidungnya disertai dengan makian yang menyuruhnya pergi.

"Iya itu kalau pernikahannya dilakukan secara normal, nggak kayak gini bunda!!" Binar kesal karena disalahkan.

"Mau bagaimanapun ceritanya sekarang Nanda sudah jadi suami sah kamu. Dibalik apa yang sudah dia lakukan, kamu tetap harus jaga sikap dan berbakti kepada Nanda. Bunda nggak suka sama sikap kamu baik ketika di acara ijab kabul tadi maupun ketika di rumah masak kamu usir dia. Jujur itu bikin bunda malu banget sama tante Alma." Nasihat bunda berusaha menasehati Binar, apalagi mengingat tingkah putria tersebut yang menolak mencium tangan Nanda secara terang-terangan di acara ijab tadi. Walaupun sudah diberikan tatapan tajam dan cubitan tangan bunda yang duduk tak jauh darinya, Binar hanya mengabaikan saja. Mmbuang muka kearah lain dan membiarkan tangan Nanda terulur didepannya. Tanpa sambutan, hingga akhirnya Nanda harus menarik kembali tangannya dengan muka pias.

Broken Touch (Tamat)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora