Part 10

42.5K 2.5K 16
                                    

🌃Kamis, 19 April 2017

Binar menuruni satu persatu anak tangga dengan pelan. Lututnya masih sakit karena jatuh dari sepeda tempo hari. Keningnya sedikit berkerut ketika tidak menemukan siapapun di rumah. "Bunda, Ayah!" Panggilnya, namun sama sekali tidak ada jawaban. Mungkin mereka sudah pergi lebih dulu ke rumah Alma. Perempuan itu memilih kembali menaiki tangga lagi lalu ke kamarnya kemudian mandi dan mengganti pakaian. Binar memilih memakai sebuah terusan berwarna biru berlengan pendek dengan panjang di bawah lutut. Sebenarnya dia ingin memakai sesuatu yang simple saja seperti jeans dan kaos biasa namun apa daya karena lututnya sedang sakit. Rambutnya di kucir tinggi ke atas lalu memakai sedikit polesan pada bibirnya yang pucat.

Sebelum meninggalkan cermin dia sempat melihat sekali lagi bagaimana penampilannya dan memastikan bahwa perutnya biasa saja. Dia bernapas lega ketika menemukan perutnya masih rata. Kemudian perempuan itu terkekeh geli, apa sih yang harus ditakutkan dari hal yang bahkan belum pasti itu. Dia yakin itu mustahil. Dia tidak akan hamil. Binar mencoba menenangkan dirinya.

Setelah semua siap binar kembali turun ke bawah lalu mengambil kado yang terletak di atas sofa dan keluar. Berjalan melewati pekarangan rumahnya lalu menyeberangi jalan dan kemudian perempuan itu berdiri di depan pagar rumah Alma. Sebagian dirinya berteriak menyuruhnya untuk pulang saja namun permintaan alma yang memintanya untuk tidak absen di hari ulang tahun wanita itu membuat Binar kembali melangkahkan kaki. Mana mungkin dia mengabaikan permintaan tetangga yang sangat disayanginya itu.

Memasuki pintu depan yang terbuka, Binar langsung melihat bundanya yang sedang menyiapkan minuman dibantu oleh seorang tetangga mereka. "Eh Kak, bunda pikir kamu gak jadi datang." Irna mendekati putrinya itu. Pasalnya anaknya itu mengeluhkan dirinya yang sedang tidak enak badan sejak kemarin. "Aku udah baikan kok, Bun." Sahut Binar. Perempuan itu mendekati kedua wanita di depannya dan ikutan membantu.

"Langsung kebelakang aja Kak, udah rame di sana." Binar hanya mengangguk mengiyakan lalu berjalan ke halaman belakang di mana Alma merayakan ulang tahunnya. Di komplek tempat Binar tinggal halaman belakang memang jauh lebih luas daripada halaman depan jadi tidak heran jika wanita itu memilih mengadakan acaranya dengan halaman belakang sebagai tempat pilihan.

Benar kata Irna di halaman belakang memang sudah dipenuhi oleh tamu tamu undangan Alma. Tidak terlalu banyak orang karena wanita itu hanya mengadakan acara kecil-kecilan saja jadi hanya mengundang beberapa tetangga dan teman dekatnya. Binar segera mendekati Alma ketika melihat wanita itu sedang berbicara dengan salah satu tetangganya. Alma yang menyadari kehadiran Binar segera menghampiri dan memeluk perempuan itu dengan sayang.

"Selamat ulang tahun, Tante." Ucap Binar sambil menyodorkan sebuah kado berwarna ungu.

"Makasih sayang. Tante pikir kamu nggak datang karena tadi bunda kamu bilang kamu sedang tidak enak badan."

Binar tersenyum mendengar ucapan Alma. "Gak mungkin aku nggak datang, Tante. Sayang kalau makanannya nggak ada yang ngabisin. Lagian aku mau lihat Tante yang udah jadi nenek-nenek ini." Kata Binar sambil tertawa. Alma juga ikutan terkekeh geli mendengarnya.

"Tante nggak akan jadi nenek-nenek Bi kalau abang kamu nggak nikah-nikah." Binar tertawa sumbang mendengar ucapan wanita di depannya itu. Perempuan itu sebenarnya sedang tidak ingin tertawa sekarang namun dia hanya ingin menghargai perkataan Alma. Tapi dalam hatinya dia tetap mengamini perkataan wanita tersebut. Iya, semoga saja wanita itu baru menjadi nenek-nenek setelah Nanda menikahi Ajeng.

Broken Touch (Tamat)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora