part 29

22.8K 1.5K 38
                                    

Setelah memakai baju tidur Binar bergerak turun ke bawah. Candy, boneka sapi seukuran bantal guling turut dipikul di bahu. Sementara tangan kanan memegang ponsel. Merasa semua sudah terbawa Binar segera turun ke bawah. Nanda duduk di sofa menunggu Binar. Melihat kedatangan Binar pria itu segera bangkit dari sofa.

"Udah?" Tanya Nanda kepada Binar. Binar mengangguk.

"Maaf lama." Ucap Binar.

"Gapapa. Ayo." Nanda berjalan diikuti Binar yang mengekor di belakangnya.

"Kuncinya mana?" Tanya Nanda ketika mereka sampai di depan pintu. Binar merogoh saku lalu memberikan kunci pada Nanda. Pria itu menyuruhnya keluar lebih dulu. Setelah memastikan pintu rumah terkunci dengan aman Nanda mengambil payung di atas meja teras. Nanda merangkul bahu Binar agar ikut bergabung di bawah payung. Perempuan itu menurut saja.

"Jangan jauh-jauh, Bi. Nanti bahu kamu basah." Ujar Nanda saat Binar menjauh dari Nanda.

"Aku susah jalannya kalau dekatan." Kata Binar. Selain kurang nyaman dirangkul Nanda terus dia juga susah mengatur langkahnya. Bahkan beberapa kali dia sempat hampir menginjak kaki Nanda.

Nanda menggeser payung kearah Binar. Mereka beriringan menuju rumah Nanda. Binar akan menumpang di sana malam ini. Dalam hati dia merasa dikhianati oleh orangtuanya. Sore tadi dia sempat menelepon Mirna. Khawatir karena tak biasanya adiknya itu belum pulang sekolah padahal hari sudah menjelang sore. Namun kekhawatirannya sia-sia saat Mirna mengatakan kalau ayah dan bunda telah menjemputnya sepulang sekolah tadi dan mereka sedang dalam perjalanan menuju puncak. Dan selepas magrib tadi bunda meneleponnya dan mengabarkan kalau mereka akan menginap di penginapan saja karena ayah tidak mau berkendara di saat hujan turun.

Nanda muncul didepan rumahnya setelah azan isya berkumandang. Binar duduk di teras depan sambil mendengarkan musik di ponselnya. Dia melepas headset nya ketika melihat Nanda membuka pagar rumahnya. Hujan dan Nanda yang berdiri di depan pagar rumahnya adalah kenangan buruk di kepalanya. Binar menenangkan diri, memaksa dirinya mengingat hal-hal baik tentang Nanda dan itu berhasil. Binar merasa lebih tenang.

Begitu sampai di depan teras Nanda langsung mengutarakan niatnya menjemput Binar untuk mengjnap di rumahnya. Binar hanya mendengus ketika Nanda memberitahukan bahwa bunda meneleponnya. Binar jelas kesal karena orangtuanya terutama bunda sangat terniat untuk mendekatkannya dengan Nanda.  Contohnya ya sekarang ini padahal hujan tidak terlalu deras dan bukan sekali dua kali dia melihat ayah menerobos hujan dan angin. Jadi cuaca seperti ini bukanlah alasan yang logis untuk menghambat mereka pulang kerumah. Ini pasti akal-akalan bunda saja. Bunda pasti akan berbangga hati kalau melihat dirinya dan Nanda berada di bawah payung yang sama seperti saat ini.

Ketika Binar dan Nanda sampai di rumah Nanda, Alma telah menunggu di ruang tamu sambil membaca. Begitu melihat mereka wanita itu langsung menutup bukunya.

"Udah makan, Bi?" Tanya Alma pada Binar.

"Sudah, Tan eh ma." Jawab Binar . Bohong sebenarnya karena pada kenyataannya Binar cuma makan Snack aja tadi. Binar malu jika harus merepotkan mertuanya itu. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan sikapnya yang dulu dimana perempuan itu akan langsung membuka kulkas atau tudung saji di atas meja jika dia bertamu. Namun entah kenapa untuk saat ini dia merasa sangat segan menunjukkan sikap-sikap kekanakannya seperti dulu. Mungkin karena status mereka yang telah berubah atau semua masalah yang menimpanya kini telah membuatnya jauh lebih dewasa. Binar sendiri Kadang kala juga tak habis pikir dengan sikapnya.

Setelah shalat isya Alma mengajak Binar menemaninya menonton televisi di ruang keluarga. Berbeda dengan ruang rumahnya yang di lengkapi sofa panjang di ruang keluarga. Ruang keluarga di rumah ini terlihat lebih nyaman dengan karpet bulu- bulu tebal sebagai tempat lesehan. Rak-rak buku tersusun rapi. Binar paling senang mendatangi rak paling ujung dimana novel-novel dengan berbagai genre berada di sana. Semuanya adalah milik Alma. Katanya wanita itu telah mengoleksinya sejak masa kuliah. Binar sering meminjamnya jika ingin membaca. Bahkan beberapa buku milik mertuanya tersebut masih berada di rumahnya karena lupa dikembalikan.

Broken Touch (Tamat)Onde histórias criam vida. Descubra agora