Part 16

36.5K 2.1K 59
                                    

Setelah dirawat di rumah sakit selama dua hari, akhirnya Binar diizinkan pulang. Nanda langsung menjemputnya setelah pulang dari kantor. Maka disinilah gadis itu terdampar, dalam suasana canggung di mobil milik Nanda. Tadi Diah menolak ikut bersama karena tidak mungkin meninggalkan motornya diparkiran rumah sakit.

Selama perjalanan, tak ada yang mau membuka pembicaraan. Lagipula dalam kondisi seperti ini memangnya topik apa yang akan dibahas. Dua orang itu sebisa mungkin membuat jarak diantara mereka.

Nanda memfokuskan tatapannya kedepan. Mengemudi dengan tenang. Walaupun sesekali matanya disempatkan melirik kearah Binar yang sedang memainkan handphonenya. Nanda menggigit bagian dalam pipinya. Jarinya diketuk-ketukkan ke setir mobil. Ingin mengatakan sesuatu namun dia ragu. Dan akhirnya memilih untuk tetap diam.

Nanda memberhentikan mobilnya didepan rumah Binar. Bunda, ayah, dan Mirna sudah menunggu didepan rumah. Dia memang sudah mengabarkan kalau dia akan membawa pulang Binar hari ini.

Nanda melihat kearah Binar yang menunduk dalam sambil memainkan jemarinya. Nampaknya perempuan disampingnya itu sama sekali tidak punya keinginan untuk keluar dari mobilnya. Sementara itu Nanda dapat melihat kalau orangtua Binar mulai berjalan menuju mobilnya.

"Binar." Nanda memanggil Binar. Tidak butuh waktu lama gadis itu segera mendongak menatapnya. Nanda terkejut mendapati respon cepat itu dari Binar, biasanya gadis itu harus ia panggil berkali-kali baru mau memandang kearahnya. Namun Nanda lebih terkejut lagi ketika matanya bertemu dengan mata berkaca-kaca milik Binar. Dia seakan mampu melihat berbagai kesakitan disana. Dalam mata yang menatap sayu itu.

"Ayo, turun" Kata Nanda pelan. Namun Binar tetap bergeming ditempatnya. Nanda memilih mengabaikan binar. Lalu turun dan memutari mobilnya, membuka pintu untuk Binar.

Bunda segera menghambur memeluk binar yang masih berada di mobil Nanda. Wanita itu menangis terisak sambil memeluk anaknya. Lalu ia segera menuntun Binar keluar. Binar tidak melakukan penolakan, hanya menunduk sambil terisak. Namun ketika melihat sang ayah, Binar langsung memburu kearah pria paruh baya itu. Memeluknya dengan erat.

"Maafin Binar, yah." Katanya sambil terisak. Suwardi tidak mengatakan apa-apa. Hanya membalas pelukan putrinya tak kalah erat. Melingkupi gadis kecil itu dalam kasih yang begitu besar. Dia tak pernah peduli siapapun ayah Binar yang sebenarnya. Karena Binar tetap akan menjadi putri kecilnya. Bagian dalam hidupnya yang tak akan pernah bisa dipisah lagi.

****

Nanda duduk bersandar sambil memutar-mutar pulpen ditangannya. Kakinya dinaikkan keatas meja kerja yang terlihat penuh dengan kertas-kertas yang berserakan. Mencari posisi senyaman mungkin.

Matanya menatap lurus kearah rumah di seberang jalan. Mengabaikan ratusan lembar kasus yang harus dibacanya untuk persiapan sidang Minggu depan. Memikirkan jalan penyelesaian masalah yang menimpanya dirasa lebih menarik dan utama daripada memikirkan bertumpuk-tumpuk kasus korupsi diatas mejanya.

Terlalu egois memang. Tapi Nanda sudah cukup bosan dengan kasus para koruptor itu. Ketika mereka telah berjuang dalam persidangan, berunding menyepakati hukuman yang layak didapatkan oleh para koruptor itu. Namun hukuman yang didapatkan oleh para tikus pengerat negara itu tidak pernah sesuai dengan ketukan palu hakim didalam persidangan. Selalu ada keringan untuk para pencuri berdasi itu. Dan Nanda tidak ingin menuduh pihak manapun atas ketidak pastian hukum ini. Biarlah Tuhan bekerja. Semua akan mendapat ganjaran akan dosanya. Begitu juga dirinya.

Nanda menghela napas panjang. Lalu mengambil ponsel diatas mejanya. Membuka aplikasi WhatsApp. Lalu memilih salah satu kontak. Nanda menekan foto profil disana. Sebuah foto yang menampilkan sosok gadis yang sedang memanyunkan bibirnya dengan pakaian putih abu-abu terpampang jelas disana. Nanda menarik bibirnya sedikit ketika membaca nama kontak yang tertulis diponselnya, Binar imoeeett ditambah dengan emoticon pelukan pada akhirnya.Tentu saja nama itu bukan Nanda yang membuatnya. Ini adalah ulah Binar sendiri ketika memegang ponselnya. Nanda memijit keningnya sambil meringis penuh penyesalan. Inilah sosok yang akan menjadi ibu dari anaknya. Gadis kecil kekanakan yang bahkan belum lama ini baru lulus Sekolah Menengah Atas.

Broken Touch (Tamat)Where stories live. Discover now