Part 36 (⚠️)

47K 1.8K 191
                                    

Mengandung teori sesat tentang hubungan seksual⚠️

Walaupun mereka tidak tinggal di Bogor yang merupakan kota hujan. Bandung juga tak kalah sendunya jika dibandingkan dengan kota yang jaraknya mencapai 187 km lebih itu. Sudah beberapa hari cuaca mendung dengan hujan yang sekejap datang sekejap pergi meninggalkan gerimis yang tiada pernah usai. Udara yang biasanya dingin, kini bertambah berkali-kali lipat. Akibatnya Binar jadi malas bersentuhan dengan kamar mandi. Lagipula dia hanya beraktivitas di rumah saja. Itupun hanya tidur, nonton, makan atau duduk santai sambil membaca. Sama sekali tidak ada aktivitas berat yang dilakukannya sehingga otomatis dia tidak mengeluarkan keringat yang membuatnya harus mandi di suhu sedingin ini.

Binar mencium bajunya. Perempuan itu tidak merasa ada yang aneh dengan bau tubuhnya. Hidung Nanda saja yang terlalu peka atau mungkin ini akal-akalan pria itu saja yang ingin mengerjai dirinya. Akhir-akhir ini tingkah Nanda semakin aneh-aneh saja. Untuk memastikan baunya masih di batas wajar Binar memegang rambutnya lalu membawa kedepan hidung. Binar segera menjatuhkan rambut panjangnya. Nanda benar, aroma apek tercium jelas dari rambutnya. Binar memang belum mandi selama dua hari. Tapi kalau kapan terakhir kali mencuci rambut Binar benar-benar melupakannya.

Ini yang membuat Binar ingin segera pulang ke rumahnya. Tidak ada bunda disini yang bisa mengurus dan mengingatkan dirinya tentang apa yang harus dilakukan. Perempuan itu sama sekali tidak bisa mengurus dirinya sendiri lalu apa yang diharapkan Nanda dengan mempertahankan pernikahan ini lebih lama. Apa pria itu ingin mengurus dua anak sekaligus dalam waktu bersamaan? Karena satu-satunya peran yang dapat dimainkan dengan sempurna oleh Binar hanyalah menjadi anak yang manja.

Pria itu pernah mengatakan bahwa dia ingin memiliki banyak anak setelah menikah nanti. Sebanyak-banyaknya agar kelak dia tidak kesepian di hari tua seperti mamanya. Pria itu juga ingin rumahnya ramai dipenuhi celotehan anak-anak. Menjadi anak tunggal membuat Nanda merasa kesepian sepanjang waktu. Kalau benar demikian kenapa Nanda tidak mengadopsinya sebagai anak saja daripada harus dinikahi. Binar akan memperbincangkan ini dengan Nanda.

"Kenapa masih berdiri? Mandi sana." Ucap Nanda saat Binar masih berdiri di depannya.

"Dulu nenek Abang tidur dimana?"

"Di bawah." Jawaban Nanda langsung membuat bulu kuduk Binar kembali berdiri. Di lantai bawah hanya ada satu kamar. Itu artinya selama ini dia tidur di kamar orang yang sudah mati.

"Kenapa?" Tanya Nanda.

"Aku takut. Mandinya besok aja ya. Aku numpang tidur disini malam ini." Binar memelas.

"Mama udah tidur bertahun-tahun di sana. Dia tidak pernah tuh ngeliat arwah nenek. Gak usah banyak alasan. Tidur disini pun kamu tetap harus mandi."

"Siapa tahu nenek penasaran sama aku." Saat mengatakannya Binar sudah membayangkan seorang nenek tua dengan gigi emas tersenyum sambil mengusap kepalanya. Binar bergidik ngeri.

"Aku temani." Penawaran Nanda masih belum cukup menghilangkan ketakutan Binar. Bisa jadi ketika dia sedang mandi arwah sang nenek akan muncul di balik kloset atau dari bak mandi mertuanya. Hobi Binar yang suka menonton film horor membuatnya membayangkan yang tidak-tidak. Binar penakut, tapi dia suka dengan sensasi ketakutannya saat menonton film horor.

"Bentar lagi. Ada yang mau aku bicarakan. Abang bisa duduk dulu." Bagaimanapun caranya Binar akan membuat Nanda lupa dengan perihal mandi.

"Apa? Jangan coba-coba lari dari mandi! Kalau kamu takut kamu bisa mandi di sini." Tekan Nanda. Pria itu tidak mau duduk. Nanda berdiri sambil melipat tangan di dada.

"Abang suka anak-anak kan?" tanya Binar.

"Mandi." Desis Nanda.

"Abang pernah bilang kalau Abang mau punya anak yang sifatnya serame aku kan?" Tanya Binar. Bunda dan mama mertuanya pernah menceritakan padanya bagaimana sukanya Nanda pada Binar sewaktu perempuan itu masih kecil. Kepindahan keluarga Binar ke komplek itu dengan membawa Binar yang masih bayi membuat Nanda yang memang anak tunggal dan selalu kesepian seperti si buntung yang mendapat tangan. Tiada hari yang terlewatkan bagi Nanda kecil tanpa mengunjungi rumah tetangganya itu. Bocah SD itu terkadang tidak sempat mengganti seragam karena buru-buru melihat Binar setelah pulang sekolah.

Broken Touch (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang