32

22K 1.5K 62
                                    

Binar sedang membantu Mirna mengerjakan pekerjaan rumah ketika suara bantingan pintu yang lumayan keras terdengar. Bunda melewati mereka dengan hentakan kaki yang menginjak kuat di lantai. Binar melirik pada Mirna yang mengangkat bahunya menunjukkan bahwa dia tidak tahu apa yang terjadi pada bunda mereka.

"Bi, ikut bunda. Kita ngobrol di ruang keluarga. Telepon Nanda juga. Suruh langsung mampir kesini setelah pulang kerja. Binar menganggukkan kepala lalu mengikuti bundanya ke ruang keluarga. Tangannya dengan gesit mengirimkan sebuah pesan ke Nanda. Bunda langsung menghempaskan tubuhnya di sofa setelah mereka sampai di ruang keluarga. Binar duduk di samping bundarnya.

"Ada apa bunda?" Tanya Binar.

"Ibu-ibu kompleks pada nanyain kamu kemana."

"Bunda jawab apa?"

"Seperti biasa, bunda jawab kamu masih malas-malasan di rumah. Masih menenangkan diri karena kamu gak diterima di universitas yang kamu mau." Memang itulah alasan yang selalu diutarakan bunda jika ada yang menanyakan kemana Binar.

"Terus kenapa? Apa ibu-ibu itu tidak percaya?" Binar jadi sedikit khawatir.

"Mereka hanya mengangguk memaklumi ketika bunda bicara. Tapi bunda denger di belakang bunda mereka mulai bisik-bisik curiga. Ga tau darimana informasi ini bersumber tapi bunda dengar dari Tante Ririn kalau ada yang liat kamu di toko yang menjual pakaian khusus ibu hamil dan bayi. Mereka juga mulai menggosipi tubuh kamu yang gemukan dan selalu pakai baju longgar kemana-mana." Bunda diam sejenak. Membuang napas kesal.

"Beberapa orang juga mulai terang-terangan membicarakan tentang remaja yang salah pergaulan di depan bunda. Tapi bunda yakin kalau semua omongan mereka itu cuma sindiran halus untuk sindir bunda."

"Aduh gimana nih bunda?" Kepanikan Binar meningkat.

"Bunda juga tidak tahu, Bi." Bunda memijat kepalanya. Merasa pusing memikirkan masalah ini.

"Kita tunggu Nanda dan ayah. Mereka mungkin punya solusi."

"Bang Nanda gak bisa dihubungi. Mungkin bang Nanda ikut Tante Alma ke Pekan Baru." Ucap Binar. Mama mertuanya memang sedang pulang ke kampung halaman. Mungkin saja pria itu juga ikut serta.

"Tapi tadi malam bunda lihat dia masukin mobil ke garasi. Tunggu aja dulu. Mungkin lagi sibuk."

Binar beberapa kali melirik kearah ponselnya berharap muncul pesan balasan dari Nanda. Namun nihil, pesannya bahkan belum dibaca. Agak aneh karena biasanya pesannya akan langsung ditanggapi oleh pria itu. Binar juga sama sekali belum melihat Nanda hari ini. Entah dimana pria itu sekarang. Menunggu lama namun tak mendapat balasan, Binar nekat menelepon nomor pria itu. Beberapa kali melakukan panggilan namun masih belum ada tanggapan yang berarti dari Nanda. Binar meletakkan ponselnya kembali, mungkin Nanda sedang berada di ruang persidangan jadi tidak dapat mengaktifkan ponselnya, begitu pikir Binar. Namun tak berapa lama setelah dia meletakkan ponselnya tiba-tiba ponsel itu berdering. Nanda balik meleponnya. Binar segera mengangkat dan sedikit terheran ketika mendengar suara parau dan sengau di seberang sana saat Nanda menyapanya.

Binar segera menyampaikan maksudnya menelepon Nanda. Binar ingin pria itu segera menemuinya setelah pulang kerja. Binar sedikit terkejut ketika pria itu memberitahukan pada dirinya bahwa dia tidak bekerja dan sekarang sedang berada di rumah karena sedang tidak enak badan.

"Bunda aku ke rumah bang Nanda. Katanya lagi sakit. Bunda mau ikut?" Kata Binar pada bunda yang kini sudah tiduran di sofa. Pengajian hari ini sepertinya berjalan berat untuk bunda. Spesifiknya bukan pengajian tapi lebih ke omongan para ibu-ibu yang membuat dirinya pening bukan main.

"Kamu duluan. Nanti kalau sakitnya parah telepon bunda ya."

"Oke. Bi duluan."

Mendapat izin dari bunda, Binar segera beranjak menuju kamarnya lalu memakai hoodie dan memasukkan beberapa buku dalam Totebagnya. Binar segera menuju kerumah Nanda. Cuacanya mendung, mungkin sebentar lagi akan segera hujan. Binar bersyukur setidaknya memakai hoodie bukan hal yang aneh di mata orang. Binar menutupi bagian perutnya dengan totebag berisi buku. Dengan begini perutnya yang membuncit tidak akan kelihatan.

Broken Touch (Tamat)Where stories live. Discover now