Part 39

24.2K 1.6K 248
                                    

Nanda menatap lekat kearah perempuan yang berdiri di depannya. Dia yakin seratus persen kalau telinganya tidak salah mendengar. Tapi bagaimana bisa remaja berponi di depannya itu menawarkan diri untuk ditiduri? Nanda tidak yakin kalau sosok di depannya ini adalah istrinya yang bahkan menolak untuk dicunbui. Kalau itu benar, Tuhan pasti sedang bercanda.

"Aku sedang tidak ingin bercinta. Kamu juga kan?" Nanda tahu kalau perempuan itu tidak akan berani memancingnya lebih lanjut.

"Bukan bercinta. Bersetubuh." Binar mendekat kearah Nanda. Jika pria itu ragu, dia akan membuktikannya. Membuktikan kalau dia sudah cukup dewasa untuk ditiduri apalagi hanya sekedar berpendapat.

"Tidak perlu. Tingkat kedewasaan bukan hanya diukur dari seberapa fasih dia di ranjang. Kamu akan paham saat kamu benar-benar dewasa." Ada-ada saja gadis di depannya ini. Entah kapan Binar bisa mengambil kesimpulan dari materi panjang yang dia suguhkan. Sepertinya perempuan itu selalu mendapatkan kesimpulan berbeda dari teori yang disampaikan. Dari apa yang diperhatikan Nanda, istri kecilnya itu selalu mengaplikasikan apa yang diyakininya tanpa perlu repot-repot mendiskusikan dahulu dengan orang lain.

"Apa yang kamu lakukan?" Teriak Nanda saat Binar mulai membuka pakaiannya. Kenekatan perempuan itu sama sekali tidak terbayangkan dalam kepalanya.

"Aku akan membuktikannya." Binar menerjang tubuh Nanda hingga pria itu terlentang di kasur.

"Minggir, Bi!" Nanda mendorong tubuh perempuan itu.

"Kenapa menolak. Bukannya itu yang Abang mau? Abang bilang itu enak kan. Harusnya kalau enak Abang akan terus menginginkannya kan?" Ego yang terluka membuat Binar kalap.

"Aku bilang minggir!" Bentak Nanda. Dirinya sama sekali tidak habis pikir apa sebenarnya isi kepala wanita di atasnya itu. Dia bilang sex itu enak bukan berarti dia mau melakukan kapan pun. Dia bukan maniak sex.

"Abang bisa maksa pas Abang mau. Kenapa aku nggak?" Binar menggerakkan tangannya membuka satu persatu kancing kemeja Nanda.

"Jangan gila, Bi! Stop bersikap seperti pelacur murahan. Kamu tidak pantas. Jangan menjadi menjijikkan seperti ini!"

"Pelacur? Abang bilang jijik?" Muka Binar memerah. Emosinya memuncak mendengar penuturan Nanda. Untuk selanjutnya apa yang dilakukan perempuan marah itu membuat Nanda terdiam. Binar menampar pria itu berkali-kali dengan sekuat tenaga. Nanda menahan tangan wanita itu saat bibirnya terasa asin karena luka.

"Kenapa? Aku tidak menahannya saat Abang menamparku ketika aku mengucapkan kata yang sama." Ucapan Binar membuat Nanda terkesiap. "Jangan menyela apapun yang aku lakukan." Lanjut Binar. Binar bangkit dari tubuh Nanda. Pikirannya masih berkecamuk. Kalau pria itu bisa memaksanya kenapa dia tidak. Dia tidak ingin selalu kalah dalam perdebatan. Dia merasa dirinya gila dan dia akan tetap melanjutkan kegilaannya itu. Karena untuk hal seperti ini, Binar yakin tidak akan berani melakukannya dalam keadaan waras seratus persen.

Nanda bangkit dan memperbaiki kancing baju yang terbuka. Tak ingin lebih lama bersama remaja gila yang sedang melucuti satu persatu pakaiannya sendiri. Nanda takut dirinya ikut tersulut kegilaan itu. Namun belum sempat pria itu meninggalkan kasur, Binar sudah keburu menerjangnya kembali. Kali ini dengan tubuh tanpa sehelai benangpun. Nanda berusaha membuang pandangan kearah lain. Dia takut kelepasan dan berakhir menyakiti Binar sekali lagi.

Nanda mencoba menahan tubuh Binar. Namun perempuan itu tetap bergeming. Menindih tubuh Nanda dan mencumbunya dengan kasar. Nanda tahu bahwa apa yang dilakukan Binar hanya untuk menyakitinya. Nanda dapat melihatnya dari cara Binar mencumbunya. Perempuan itu menumpahkan semua rasa sakit, luka, emosi, dendam dan semua apa yang dirasakan di sana. Nanda membiarkan, mungkin Binar akan sedikit lebih lega setelah bisa menyakitinya. Jadi dia memilih tidak peduli saat wanita itu melukai bibirnya lagi atau saat Binar menggigit leher dan punggungnya hingga nyeri. Nanda bahkan tidak peduli saat Binar membuka resleting celananya dan mencoba melakukan penyatuan.

Broken Touch (Tamat)Where stories live. Discover now