Part 38

20.2K 1.4K 78
                                    

Setelah Binar turun dari taksi, langkahnya langsung diayunkan menuju pekarangan rumah sambil bersenandung kecil. "Assalamualaikum!" Serunya sambil membuka pintu. Matanya sedikit mengernyit ketika melihat ayah, bunda dan adiknya serta Nanda duduk bersama di ruang tamu rumahnya. Wajah mereka terlihat panik namun secara perlahan berubah menjadi lega setelah kemunculannya.

"Kenapa baru pulang jam segini?" Begitu melihat kemunculan putrinya Irna langsung bertanya tanpa basa-basi. Ada sedikit nada ketus dalam suaranya. Wajar saja, Binar telah menghilang dari tadi sore tanpa kabar apapun. Binar sendiri melirik jam tangannya. Sudah pukul 8 malam ternyata. Dia memang membicarakan banyak hal tadi dengan Ajeng hingga lupa bahwa hari sudah malam.

"Keasyikan ngobrol sama Diah. Lagian aku udah lama gak keluar rumah." Bohongnya.

"Ngobrol di mana?" Kali ini Nanda yang melempar pertanyaan. Mukanya terlihat kesal. Dia sudah keliling ke tempat-tempat yang mungkin dikunjungi Binar sejak sore tadi. Mencari di manapun mulai dari tempat hiburan, cafetaria, mall hingga ke toko buku. Namun tak satu tempat pun dia menemukan Binar. Dan sekarang perempuan itu masih berbohong padahal dia tahu semuanya, tak ada pertemuan dengan Diah.

"Di kost." Binar bohong lagi. Dia memang ngobrol di kostan tapi bukan dengan Diah melainkan Ajeng.

"Diah yang mana?" Suwardi menyesap kopi. Namun matanya tetap menatap kearah Binar yang masih berdiri. Pria paruh baya itu sama sekali tidak mengerti kenapa putrinya itu harus berbohong. Entah kemana perginya hingga malam begini.

"Masak ayah ga tau. Aku cuma punya satu kenalan yang namanya Diah. Teman SMA aku."

"Duduk dulu!" Perintah Nanda sambil menunjuk sofa di depannya. Nanda mencoba bersabar. Ini masih di rumah mertuanya, jadi dia harus menjaga sikap. Jika mereka sedang di rumahnya mungkin dia akan memukul meja makan hingga retak untuk menanggapi kebohongan Binar yang terus berlanjut itu. Binar menurut. Perempuan itu duduk di samping Mirna yang tak lama kemudian meninggalkan ruang tamu itu karena tidak ingin terlibat dengan pembicaraan para orang dewasa yang sepertinya akan panjang itu.

"Kamu nggak ke ketemu Diah. Nanda kesana tadi sore dan penghuni kost yang lain mengatakan tidak ada penghuni kamar yang bernama Diah. Kami hubungi Diah juga, nanyain kalian di mana dan ternyata Diah sudah sedari lama pulang kampung. Dia gak tahu kamu kemana. Kami panik nyariin kamu dari sore. Dihubungi juga gak aktif. Kamu sebenarnya kemana? Kenapa kamu baru pulang jam segini? Kenapa kamu bohong?" Irna tak bisa lagi menahan emosinya. Dia memang lega Binar pulang dengan selamat tanpa kurang apapun tapi tetap saja dia tidak bisa menerima kebohongan putrinya itu.

Binar menundukkan kepalanya lalu menjawab. "Kostan mbak Ajeng." Kali ini Binar memilih menjawab jujur. Lagi pula tak ada gunanya dia berbohong jika mereka sudah tahu semua kebohongannya. Jawaban jujur Binar langsung saja membuat semua orang terkejut.

"Ngapain?" Nanda bertanya sambil menatap tajam kearah Binar.

"Karena Abang pengecut. Jadi aku berinisiatif mewakili permintaan maaf semua orang. Aku mencoba menyelesaikan masalah."

Jawaban Binar membuat Nanda melotot. Pria itu menghela napas. "Aku pamit." Katanya. Dia tak mampu lagi menahan emosi. Jika tidak langsung meninggalkan rumah itu sekarang, Nanda tidak bisa memastikan bisa menahan diri untuk tidak ikut serta menyeret Binar pulang kerumahnya dan menghabisi makhluk dengan perut buncit tersebut di sana. Nanda meninggalkan ruang tamu diikuti semua lirikan yang mengikuti langkahnya. Pria itu jelas terlihat tak senang dengan apa yang keluar dari mulut Binar.

"Lihat kan apa yang kamu lakukan."

"Aku tidak melakukan sesuatu yang salah." Binar membalas tatapan tajam bundanya.

Broken Touch (Tamat)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin