Part 5

42.5K 2.5K 20
                                    

🌃Rabu, 8 Maret 2017

Binar duduk di jok motornya. Sudah lewat puluhan menit dia berada di situ. Dia meremas kuat ponsel di tangannya yang gemetaran. Kepalanya terus berpikir. Dirinya di pusingkan oleh dua pilihan 'masuk atau pergi'.

Dia datang ke sini bukan sebagai orang yang bersalah, namun dia merasakan takut seolah dia adalah pelaku kejahatan yang akan mendapat vonis hukuman mati. Dia bingung, tidak tahu harus mengambil tindakan seperti apa. Apa yang telah terjadi dan apa yang akan dilakukannya jelas bukan  sesuatu yang sederhana. Ini bukan sesuatu yang biasa dilakukannya. Dia tidak pernah berada dalam kondisi seperti ini di waktu-waktu sebelumnya. Dia ragu.

"Dek..."

Binar terkejut. Hampir saja jatuh dari motornya. Seorang pria berseragam polisi muncul di depannya.

"Ada keperluan apa ya? Kami perhatikan kamu sudah hampir setengah jam berdiri di sini. Apa ada masalah?" Tanya pria itu. Matanya menatap lekat wajah Binar.

"Oh maaf Pak. Saya mau ke rumah teman tapi tidak tahu alamatnya makanya berhenti di sini untuk menghubungi. Saya permisi dulu." Ucapnya sambil buru-buru menurunkan kaca helmnya lalu segera melajukan motornya menjauh dari tempat itu. Di kaca spion dia masih bisa menangkap sosok polisi tadi tak beranjak. Masih berada di tempat yang sama, berdiri memperhatikan laju motornya.

Sepanjang perjalanan Binar menangis tersedu-sedu di balik helmnya. Membiarkan air mata di wajahnya mengering tertampar angin jalanan yang berhembus menabrak wajahnya. Dia benar-benar kecewa pada dirinya yang pengecut. Dia sudah melangkah sejauh itu tapi ketidakberanian membuatnya harus kembali lagi sebagai pecundang. Binar sudah berpikir hampir 30 jam hanya untuk mengumpulkan keberaniannya tapi hari ini ketika dia sudah tepat berdiri di depan gerbang kantor polisi nyalinya kembali jebol dan runtuh hingga kebawah mata kaki. Dia tidak lagi berani.

Kekhawatiran mulai menghantuinya saat melihat bangunan salah satu lembaga penegak hukum itu. Jika dia membuat laporan maka Nanda akan dipanggil sebagai tersangka, lalu dia sendiri harus melakukan visum untuk membuktikan bahwa dia telah mengalami kekerasan seksual. Saksi-saksi akan dihadirkan untuk dimintai keterangannya termasuk ayahnya, bundanya, adiknya, mama pria itu dan tetangga-tetangganya. Dia juga akan diminta untuk menceritakan dengan detail tentang semua itu. Lalu bagaimana dia bisa menatap dunia bahkan setelah keluar sebagai pemenang dari ruang persidangan jika dunia balik menatapnya sebagai perempuan tak berharga. Bagaimana dia akan bisa? Banyak orang yang akan tahu apa yang dialaminya jika dia melapor. Tapi dia juga ingin keadilan itu. Walaupun Nanda telah memperlakukan dirinya dengan sangat baik selama Binar hidup dia tetap berharap pria itu mendapat balasan atas apa yang dilakukan pada dirinya.

Orang-orang pasti akan membujuk Binar untuk memaafkan kekhilafan pria mabuk itu. Binar tidak ingin Nanda bisa hidup tenang setelah pria itu merusak hidupnya tapi dia juga takut. Binar bingung. Perempuan itu tak biasa mengambil keputusan tanpa pertimbangan orangtuanya. Binar tidak bisa menentukan pilihan. Diam atau bicara. Tanpa campur tangan orang tuanya, Binar tidak berani mengambil langkah. Dia takut salah.

Binar melajukan motornya dengan lebih cepat. Hari ini orang tua dan adiknya akan pulang. Mereka tidak boleh sampai lebih dulu daripada dirinya. Binar tidak bisa mengunci kamarnya dan kedua orang tua maupun adiknya tidak boleh melihat kekacauan yang belum dibereskan di sana. Dua hari ini dia menghabiskan waktunya dikamar Mirna. Tak ingin lagi menghampiri kamarnya. Napasnya akan tercekat hanya dengan melihat pintu tertutup itu apalagi untuk memasukinya, mungkin Binar akan mati berkali-kali.

Binar menarik napas panjang ketika motornya berhenti di depan rumah. Mobil Suwardi telah terparkir rapi didepan rumahnya. Binar segera menanggalkan helmnya lalu masuk kedalam. Kedua orangtuanya sedang duduk di sofa ruang tamu. Semua mata termasuk adiknya yang baru keluar dari dapur langsung menatap kearah dirinya. Sang bunda segera bangkit lalu memeluk Binar yang berdiri kaku di depan pintu.

Broken Touch (Tamat)Where stories live. Discover now