Part 43

36.6K 1.6K 54
                                    

Binar menatap lurus ke luar jendela besar di depannya. Pemandangan baru ini sudah dilihatnya berjam-jam lamanya. Ini bukan sesuatu yang bisa dilihatnya dari jendela kamarnya. Jika  kemarin-kemarin dia hanya bisa melihat jendela Nanda dari jendelanya maka sekarang dia bisa melihat ratusan jendela dari gedung-gedung di depannya. Ada banyak hal yang bisa dilihat. Terlalu banyak benda yang mampu mengalihkan perhatiannya. Binar yakin dia bisa menutup matanya untuk semua masa lalu dan membuka mata untuk hal baru, untuk membenah diri dan mengejar masa depan yang lebih baik.

Setelah menunggu setengah tahun lebih akhirnya Binar bisa terlepas dari belenggu rasa tertekan yang membuatnya kehilangan tujuan hidup. Mungkin sudah saatnya dia bangkit dari semua keterpurukan itu. Dia akan memulai kehidupan yang normal seperti dulu lagi. Dia akan memulai kehidupan yang diinginkannya. Dia akan kembali mencintai hidupnya seperti dulu. Sebelum Nanda datang dan memporak-porandakan hidupnya hingga dia selalu terbangun dengan mimpi buruk. Dia akan kembali hidup seperti dulu, ribuan hari sebelum Nanda membuatnya kecewa.

Dulu dia tidak punya kesempatan untuk menata dirinya yang terlanjur berantakan tapi sekarang dia punya kesempatan itu. Hal yang tak bisa dilakukan ketika dia harus hidup dengan jarak tak sampai sepuluh meter dengan orang yang membuatnya kehilangan keinginan untuk hidup. Dan berjauhan dengan semua itu adalah langkah baru baginya untuk bangkit kembali. Dia butuh pijakan baru agar tak kembali tergelincir di kubangan becek yang sama.

Apa yang dilakukan Nanda padanya jelas bukan suatu hal yang akan bisa dilupakannya. Bahkan akan melekat dalam kepalanya selama seumur hidup. Semua kenangan buruk itu akan menjadi folder permanen dalam kepalanya. Semua yang dilakukan Nanda, hal-hal traumatis yang diberikan itu baik secara verbal, fisik maupun psikis. Binar tidak akan melupakan semua itu. Dia tidak pergi dari rumah untuk melupakan semuanya. Dia akan mengingat semua itu untuk seumur hidup. Tapi setidaknya dia tidak akan takut lagi.

Dia akan menjadikan pengalaman buruknya sebagai tameng agar dirinya lebih kuat. Berbulan-bulan yang terlewati bahkan hingga hari ini dia masih memiliki perasaan rapuh yang sama. Dia akan memaafkan dirinya yang belum mampu bangkit dari keterpurukan hingga selalu berakhir melakukan hal bodoh. Tapi dia akan memaklumi kesalahan dirinya untuk hari-hari sebelumnya. Karena dirinya masih trauma mendapatkan pengalaman di luar batas prediksinya. Dia akan mewajarkan itu. Tapi sekarang dia punya banyak waktu dan tempat untuk bangkit secara perlahan. Binar tidak boleh gagal lagi.

Binar yakin kalau waktu dapat membuat dirinya mampu mengabaikan semua kejanggalan yang dialaminya. Waktu pernah membantunya mengabaikan fakta bahwa dia bukanlah anak kandung ayahnya. Seiring waktu berjalan dia mampu bersikap biasa saja. Tak ada sisi kehidupannya yang berubah hanya karena fakta bahwa dia bukan anak kandung Suwardi. Mereka masih bisa hidup seperti biasa. Sikap ayahnya juga masih biasa. Tetap menyayanginya sebanyak yang dulu-dulu. Binar juga sama. Tidak ada yang bisa merebutnya dari keyakinan bahwa Suwardi adalah ayah terbaik untuknya. Tidak ada.

Sekarang Binar yakin bahwa dia akan bisa melakukannya pada kasus kemalangannya karena ulah Nanda. Binar yakin suatu saat dia akan mampu bersikap biasa saja. Waktu dan jarak akan membantunya untuk semua itu. Binar hanya harus merubah semua sikap pasrah dan putus asanya. Dia harus bangkit dan berjuang agar kembali bisa mencintai diri dan hidupnya.

"Hei lagi apa?"

Binar menoleh pada pintu kamarnya yang terbuka. Indah berdiri di sana. Tersenyum pada dirinya. "Pemandangan di luar cantik, Tante. Aku suka." Binar tersenyum menatap wanita itu. Sebulan sudah Binar tinggal bersama wanita itu. Indah bersikap layaknya seorang ibu. Selalu memberikan semua perhatiannya pada Binar selayaknya anak sendiri.

"Udah minum obat?" Tanya Indah lagi sambil mendekati Binar. Wanita itu ikutan melihat keluar jendela.

"Belum. Aku belum makan. Bentar lagi aja. Aku masih mau di sini." Jawab Binar.

"Iya. Jangan lupa diminum. Obat luarnya juga jamban lupa dipakai." Ujar Indah mengingatkan.

"Iya Tante." Binar mengangguk.

"Gimana pertemuan sama psikolog tadi?"

"Berjalan lancar Tante. Ternyata semua tidak sesulit yang aku bayangkan. Aku menyesal udah menutup diri lebih lama. Harusnya aku melakukannya sejak dulu. Sebelum semuanya kacau." Binar menarik senyumnya lebih lebar.

"Bagus kalau begitu. Yang udah-udah ga usah terlalu dipikirkan. Fokus aja untuk memperbaiki hidup kamu. Tante keluar dulu." Pamit indah lalu keluar meninggalkan Binar sendirian.  Wanita itu tahu kalau Binar butuh banyak waktu untuk sendiri tapi dia juga selalu memantau anak sambung saudara laki-lakinya itu dengan baik. Selama sebulan perempuan muda itu berada di apartemennya maka sebanyak itu pula dia melihat Binar selalu menagis. Setiap hari. Binar m memang selalu menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja. Tapi dia tahu bahwa di balik senyum dan tawanya ada banyak kesakitan yang disembunyikan. Hal wajar jika mengigat bagaimana cerita Suwardi dan istrinya tentang kehidupan remaja kecil itu.

Binar kembali menatap kejalanan yang berada di depan apartemen tempat dia berada sekarang. Ini baru sebulan dia pergi dari menjalani keseharian yang tak biasa dia lalui. Tak ada lagi bunda yang memanjakannya, tak ada ayah yang selalu perhatian padanya, tak ada adiknya yang selalu mengajaknya bertengkar. Di sini tidak ada yang bersosialisasi dengannya. Hanya ada Indah, itupun di waktu tertentu saja. Adik perempuan ayahnya itu adalah wanita kantoran yang menghabiskan banyak waktu di luar. Binar paham, indah tidak selalu punya waktu untuk memperhatikannya sepanjang waktu. Tapi dia tetap berusaha menghargai semua kebaikan Indah pada dirinya.

Dia sendirian. Binar mengelus perutnya. Dua garis panjang dengan bekas jahitan yang sudah mengering terasa jelas di telapak tangannya. Tidak ada lagi. Tidak ada lagi bayi yang selalu menemaninya. Tidak ada lagi tempat dia mencurahkan segala rasa sakit hatinya pada Nanda. Dia tak ada lagi. Tapi Nanda juga tidak ada di sini. Jadi dia tidak perlu mencurahkan segala rasa sakit hati itu. Tak ada orang yang membuatnya sakit. Mungkin sendiri seperti ini memang pilihan terbaik. Jauh dari orang yang akan mengingatkannya pada masa lalu.

Ini baru satu bulan dia berada di lingkungan baru dengan suasana baru. Tapi dalam waktu sesingkat itu saja sudah mampu membuatnya merasa bertahun-tahun lebih dewasa dari sebelumnya. Buktinya dia mengambil satu langkah paling dewasa hari ini. Keputusan yang enggan diambil berbulan-bulan yang lalu. Binar menjumpai salah satu psikiater. Menceritakan semua masalahnya. Ada sedikit sakit saat dia merekaulang semuanya. Tapi sekali lagi dia sudah lebih dewasa sekarang. Binar menceritakan semua dengan pelan tapi dia tahu bahwa dia akan cepat menuju kata sembuh. Dia hanya butuh beberapa waktu lagi.

Mungkin sekarang Tuhan sedang mewujudkan semua keinginannya. Keinginan yang sudah tertanam dalam kepalanya sejak pertama kali Nanda menyakitinya. Dia ingin mati dan tidak perlu lagi menatap dunia dengan semua kehancuran dirinya. Semua itu tertanam kian kuat dalam dirinya setelah dia tahu kalau dia hamil, setelah Nanda membuatnya semakin terpuruk dan setelah tahu bahwa janin itu tidak ada lagi dalam perutnya.

Tuhan mengabulkan semua keinginannya. Menjauhkan Binar dari Nanda, menjauhkan Binar dari anaknya. Kini giliran Binar untuk mewujudkan semua mimpi dan menjalani kehidupan seperti yang dia inginkan. "Ayo Bi, semangat! Ada langit yang menantimu bersinar lagi. Ada banyak mimpi yang harus disinari terutama mimpimu sendiri." Ucapnya lirih. Dua sudut bibirnya terangkat tinggi. Tanpa ada paksaan. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Binar memanggil dirinya kembali. Sosok yang sekian lama telah dipaksa mati. Binar janji besok pagi dia akan terbangun menjadi Binar yang penuh semangat dan antusias mengejar mimpinya.

"Mohon kerjasamanya, Jakarta." Bisik Binar lagi. Suara klakson dan deru mobil serta semua keramaian dan kerlipan lampu di balik jendela itu seakan menjawab 'iya'. Langit dan seluruh bumi bahkan Tuhan akan menjadi saksi bahwa bintang itu akan kembali bersinar suatu saat nanti. Binara Arrayni. Dia adalah perempuan yang ditakdirkan kuat Sekokoh menara dan mampu menaklukkan semuanya.

"Selamat datang masa depan."

***
Bye
❤️

Jangan lupa vote dan koment

Hati-hati typo di mana-mana

Broken Touch (Tamat)Where stories live. Discover now