Part 34

20.4K 1.6K 62
                                    

Binar duduk di ruang tamu. Matanya menatap kearah jendela dengan tirai yang sedikit terbuka. Di luar hujan turun dengan deras. Suara petir membuat Binar terkejut berkali-kali karena saking kerasnya. Dalam hati dia berharap Nanda segera pulang. Selain takut perempuan itu juga lapar.

Jam sudah menunjukkan pukul 20.30 Wib tapi Nanda belum pulang. Entah berada di mana pria itu sekarang. Seminggu sudah menginap di rumah Nanda belum pernah pria itu meninggalkannya sendirian di malam hari. Nanda akan langsung pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya. Dalam keadaan seperti ini Binar jadi geli sendiri saat melihat apa yang dia lakukan. Dia sudah layaknya seorang istri yang menunggu suami pulang kerja. Hal yang sungguh menggelitiki hatinya.

Sebenarnya Binar ingin melakukan peran istri yang menunggu suami lebih lama namun perutnya yang keroncongan sama sekali tidak mau diajak kompromi. Binar menghembuskan napas lelah. Tak ada Nanda maka tidak ada makanan pula. Binar uring-uringan di sofa. Berkali-kali mengganti posisi duduknya. Dia lapar dan bosan juga. Kerumah orang tuanya pun dia tidak berani pergi. Selain takut petir dia juga takut kalau ada orang yang melihatnya keluar dari rumah Nanda. Seminggu sudah dia mengurung diri di sini. Sedikit saja kakinya melangkah melewati pintu depan langsung membuatnya takut. Dia selalu merasa mata-mata para tetangga selalu siap menerornya.

Tak ingin terus menahan lapar Binar berjalan ke dapur. Mencari apa saja yang dapat dimakan namun nihil. Di kulkas hanya ada nugget yang belum digoreng. Rumah ini sama sekali tidak menyimpan persediaan mie instan atau bahkan Snack apapun. Ibu dan anak yang hanya tinggal berdua itu sepertinya sangat menerapkan kehidupan yang sehat. Tak punya pilihan lain Binar nekat menggoreng nugget sendiri.

Binar menyiapkan penggorengan lalu menuangkan minyak secukupnya. Harusnya menggoreng nugget semudah menggoreng telur kan. Jadi tidak akan terlalu sulit untuk dilakukan Binar. Dia harus berhasil kali ini karena jika tidak Nanda akan memarahinya. Binar sungguh membenci kebiasaan Nanda yang  selalu mengomelinya layaknya ibu-ibu ketika Binar melakukan kesalahan. Pria itu sudah melarangnya memasak. Setiap hari selalu membeli makan di luar agar Binar tidak menyentuh kompor sekalipun. Binar selalu menuruti peraturan itu tapi tidak untuk kali ini saat dia sedang kelaparan.

"Ya ampun." Binar melompat kebelakang ketika minyak panas terpercik kearahnya karena memasukkan nugget ke penggorengan dengan cara melempar. Binar menunggu sambil terus melihat kedalam penggorengan. Namun hingga kakinya pegal nugget itu belum terlihat menunjukkan tanda-tanda sudah matang. Binar kembali duduk sambil memainkan ponselnya.

"Lagi apa?"

Binar ter kaget hingga ponselnya terlempar. Segera melihat kearah sosok yang hampir membuat jantungnya copot itu. Nanda berdiri di pintu dapur. Pria itu segera menuju ke arahnya dengan sebuah kantong plastik yang diyakini Binar berisi makan malam mereka. Hidung Binar segera mengendus untuk mencari tahu makanan apa yang dibeli Nanda. Bau rumput laut dan aroma minyak wijen tercium jelas. Nanda pasti membeli sushi. "Ini sushi?"

"Iya."

"Kok di take away?"

"Biar kamu makan juga."

Binar mengangguk. Tapi kalau yang dibawa pulang Nanda adalah sushi kenapa ada bau gosong.  Apa sekarang sudah ada sushi bakar tapi kenapa Binar tidak pernah mengetahuinya. Hidungnya mengendus lagi sebelum seperdetik kemudian berlari kearah kompor.

"Yah gosong." Ucap Binar dengan nada kecewa ketika melihat nuggetnya yang sudah bewarna kecokelatan. Binar mencoba membalikkan beberapa nugget yang terlihat masih layak dikonsumsi. Namun tubuhnya sudah lebih dahulu diangkat keatas meja makan. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Nanda.

Broken Touch (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang