Part 4

44.2K 2.7K 32
                                    

Senin, 6 Maret 2017

Sudah berjam-jam berlalu sejak dia mendengar suara pintu kamarnya ditutup. Malam panjang yang dilaluinya membuat perempuan itu tak mampu melakukan apapun selain hanya berbaring ditemani tangis. Bahkan walau hanya untuk mengetahui waktu saat ini saja dia tak mampu. Apakah masih malam, sudah pagi, siang, sore atau telah malam lagi. Tapi bisa jadi hari sudah berganti, atau minggu, atau bulan, atau tahun. Jiwanya yang telah sedemikian hancur seakan tak lagi terikat pada detak detik. Karena bagi dirinya waktu telah berhenti ketika pria itu dengan kejam merusak hidupnya. Binar akan selamanya di detik itu.

Binar ingin bangkit. Dia ingin mencuci segala apa yang disentuh dan ditinggalkan Nanda pada tubuhnya. Naasnya tubuhnya tak ingin bekerjasama. Rasanya remuk dimana-mana. Satu-satunya yang masih berfungsi dengan baik adalah kelenjar air matanya yang terus bekerja ekstra memproduksi bulir yang terus jatuh membasahi pipinya. Binar sadar saat Nanda mencium tangannya. Dia juga sadar saat pria itu meninggalkannya seperti wanita bayaran. Bahkan pelacur saja mendapat bayaran setelah dipakai. Sementara dirinya, ah mungkin Nanda mengira apa yang sudah diberikan pada Binar cukup untuk meninggalkan remaja itu dalam keadaan mengenaskan bahkan tanpa perlu memeriksa apakah perempuan itu baik-baik saja, masih hidupkah atau hanya tinggal seonggok jasad tanpa kehidupan.

Seandainya saja dia terbangun lebih cepat dari Nanda mungkin Binar akan mencekik pria itu atau melakukan apapun yang dapat menghilangkan nyawa pria bejat yang sudah sedemikian brengsek memperlakukan tubuhnya. Tapi dia tidak terbangun, untuk memastikan dirinya tertidur nyenyak atau pingsan saja tidak bisa. Lagipula jika terbangun lebih cepat pun mungkin hanya matanya saja yang terbuka dan hanya mampu melototi Nanda yang tidur nyaman sambil memeluk tubuhnya. Tanpa bisa membunuh atau sekedar menyakiti pria itu. Tanpa bisa melakukan apapun. Bahkan paru-paru dan otak saja hampir kehilangan fungsi pada tubuhnya. Binar merasa mati tanpa perlu kehilangan nyawa.

Mengingat apa yang dilewatinya membuat Binar merasa jijik. Rasa mual langsung kembali mendatangi dirinya. Binar berusaha menahan rasa mualnya, namun isi perutnya seakan-akan saling berdesakan menuju kerongkongan. Binar mencoba menggerakkan kepalanya agar sedikit terangkat, namun sayangnya rasa pusing langsung menusuk kepalanya. Perempuan itu hanya bisa pasrah saat muntahannya keluar dan mengotori wajahnya sendiri. Posisi Binar yang telentang membuatnya tersedak berkali-kali saat muntah.

Binar menangis lagi. Kenapa Tuhan masih membuatnya hidup hari ini padahal perempuan itu berharap dia tidak perlu membuka mata lagi ketika terbangun jika semua ini bukanlah mimpi. Rasa sakit yang semakin terasa jelas bukti bahwa dia di dunia nyata. Kenyataan yang lebih buruk dari mimpi terburuknya sekalipun. Jika dalam mimpi buruknya dia berharap bisa segera bangun maka sekarang dia ingin bisa segera terlelap dalam tidurnya. Namun rasa sakit itu memaksanya untuk terus tersadar setiap waktu, menikmati rasa nyeri yang menusuk hingga ketulangnya. Binar benar-benar berharap dia bisa segera mati.

Tapi jika matipun Binar tidak ingin mati dalam kondisi seperti ini atau dirinya akan muncul di surat kabar dengan judul besar yang memberitakan bahwa telah ditemukan seorang remaja tewas dengan kondisi mengenaskan, diduga sebagai korban pemerkosaan. Dia tidak ingin siapa pun menemukan jasadnya dalam kondisi menjijikkan dan semenggenaskan ini terutama bunda dan ayahnya. Binar tidak ingin kehinaan seperti ini mengikutinya bahkan setelah dia mati. Bunda dan ayahnya tidak boleh mengetahui apa yang terjadi atau mereka akan menyesal seumur hidup mereka karena telah meninggalkan dirinya sendirian di hari itu. Binar tidak ingin melihat orang yang disayangi yaitu menanggung rasa sedih.

Binar tidak tahu ini hari apa. Dia tidak tahu seberapa banyak waktu yang sudah berjalan. Oleh karena itu dia harus membereskan semua kekacauan yang terjadi. Binar membalikkan tubuhnya kesamping. "Aaa bunda!" Pekiknya saat satu kakinya diturunkan dari tempat tidur. Rasa nyeri langsung menyerang tubuhnya terutama di sana. Binar terjatuh. Namun dia tetap harus kekamar mandi bagaimana pun caranya. Sambil terus menangis perempuan itu menyeret tubuhnya dengan cara merangkak.

Broken Touch (Tamat)Onde histórias criam vida. Descubra agora