Part 6

42.3K 2.6K 63
                                    

🌃Kamis, 9 Maret 2017

"Kamu mau yang mana?"

Nanda yang sedang fokus menatap layar laptop melirik kearah dua Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) yang disodorkan oleh Kasie Pidana Umum kepadanya. Ada dua perkara berbeda yang ingin di lakukan penyidikan oleh penyidik. Nanda membaca salah satunya, kasus pencurian. Sama sekali tidak membuatnya tertarik. Dia menggapai berkas kedua. Mata pria itu memicing sebentar sebelum menjauhkan berkas kedua dari jangkauannya.

"Saya yang ini saja, Pak." Ucapnya sambil memperlihatkan SPDP pertama kepada pria paruh baya di depannya.

"Padahal saya maunya kamu menangani kasus yang ini. Saya tidak ingin ini berakhir dengan SP3."

"Kalau tidak cukup bukti dan sebagainya memang sudah tugas kejaksaan untuk mengeluarkan SP3. Mungkin pak Imran bisa memperjuangkan kasus ini sampai titik akhir. Saya tidak yakin bisa fokus menangani perkara ini karena kasus pembunuhan yang saya tangani sebelum ini diajukan banding. Saya akan fokus ke kasus itu lebih dulu." Nanda menjauhkan berkas itu dari wajahnya. "ini perlu di splitsing." Kata Nanda sambil menepuk berkas pertama.

"Ya sudahlah."

Nanda hanya terkekeh saat pria yang menjabat di bagian Kasie Pidana Umum tersebut meninggalkan dirinya sambil mendesah kecewa. Setelah pria itu menjauh dari mejanya, Nanda mendorong kursi kebelakang lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Menghela napas yang sedari tadi ditahannya. Apa yang dilakukan pria itu pada Binar ternyata membuat siklus hidupnya sedikit berantakan. Entah sudah berapa kasus penganiayaan dan kekerasan seksual yang sudah dia tolak minggu ini. Contohnya seperti kasus yang tadi disodorkan padanya. Tidak mungkin dia mampu memantau dan mengikuti perkembangan penyidik dalam melakukan penyidikan sedangkan dia sendiri mengalami kasus yang sama dengan dirinya sendiri sebagai pelakunya.

Berbicara tentang SPDP, Nanda sama sekali belum menemukan satupun laporan terkait tindak kriminal yang tertera namanya. Mungkin Binar belum melaporkan apa yang dilakukannya. Tapi jika Binar membuat laporan atas tindakannya pun sama sekali tidak akan mampu membuatnya lega. Berada dalam tahanan jeruji besi seumur hidup pun tidak akan mampu menebus apa yang sudah dilakukannya pada gadis itu apalagi hanya 15 atau 12 tahun penjara. Dan dalam kasusnya ini hakim pasti akan punya banyak alasan untuk menjatuhinya hukuman paling singkat dalam pasal 285 KUHP itu.

Nanda untuk kesekian kalinya menghela napas berat. Tangannya menggapai ponsel lalu mengetikkan sesuatu di sana. Kemudian setelah mendapat balasan Nanda segera membereskan meja kerjanya dan berjalan keluar dari kantor. Menyetop sebuah taksi dan menyuruh sopir taksi tersebut untuk mengantarnya kesebuah alamat. Nanda memejamkan mata selama perjalanan hingga sopir taksi membangunkannya.

"Pak kita sudah sampai." Ucap supir taksi.

Nanda membuka mata lalu membayar sesuai tarif dan menyerahkan kembalian sebagai tip. Tak lupa pria itu mengucapkan terimakasih sebelum keluar dari mobil. Empat hari yang lalu dia pernah kesini sebelum berakhir di kamar anak gadis tetangganya. Entah bagaimana runtutan kejadiannya? Dia akan menemukan jawabannya sekarang.

Nanda segera berjalan memasuki lobi lalu menaiki lift dan berhenti di lantai tiga. Kaki jenjangnya berjalan cepat menghampiri salah satu kamar di lantai itu lalu memencet bel di pintu. Tak lama seorang pria seumurannya keluar sambil menguap. Hanya menggunakan bokser tanpa baju. Di belakangnya seorang wanita berpakaian terbuka berjalan terburu-buru lalu menerobos pintu keluar sambil menenteng sepatunya. Nanda sedikit memberi celah agar wanita itu bisa keluar.

"Hei bro?" Randi menyapa Nanda yang masih berdiri di depan pintu.

"By the way sorry ganggu." Ucap Nanda merasa tak enak. Mungkin dia telah datang di waktu yang kurang tepat.

Broken Touch (Tamat)Where stories live. Discover now