Part 2 ⚠️18+

72.2K 3K 26
                                    

🌃Minggu, 5 Maret 2017

Binar sudah membuka puluhan kado yang merupakan hadiah hari ulang tahunnya. Tangannya sudah pegal tapi masih ada puluhan kado lain yang masih menumpuk di sudut kamar. Hari ulang tahunnya sudah berlalu sejak 3 hari yang lalu tapi dirinya baru punya kesempatan untuk melihat kado kado itu hari ini. Keesokan hari setelah malam merayakan ulang tahunnya, Binar terkena diare. Niat hati ingin pura-pura sakit agar bisa libur sekolah malah jadi sakit benaran. Teman-teman kelasnya sampai meneleponnya untuk minta maaf dan berjanji tidak akan mengerjainya saat Binar masuk sekolah dan menyuruh Binar agar tidak libur lagi. Tapi apa daya perempuan itu memang sakit beneran. Mungkin ini teguran baginya karena terlalu rakus menghabiskan kue ulang tahunnya tanpa berniat berbagi ke siapapun termasuk adiknya sendiri. Oleh sebab itu dia harus menerima nasib terbaring di kasur selama dua hari karena badannya lemas. Setelah merasa lebih sehat dia tidak membuang-buang waktu lagi untuk segera membuka hadiah hadiahnya.

Merasa sedikit bosan dengan semua kado-kado itu Binar memilih keluar dari kamar untuk mencari udara segar. Binar sempat mengambil puding di kulkas sebelum melangkah keluar dan duduk di teras depan. Hari ini dia sendirian di rumah. Ayah, bunda, dan adiknya sudah berangkat ke Bogor sejak sore tadi. Salah satu kerabat dekat ayahnya meninggal dunia, jadi orang tua dan adiknya akan berada di sana selama 3 sampai 4 hari. Binar sudah merengek ingin ikut juga namun kedua orang tuanya melarang karena kondisi kesehatannya, padahal Binar sudah merasa segar bugar sejak tadi pagi.

Sambil memakan puding di teras depan Binar sibuk bermain ponsel di tangannya. Ketika pandangannya tertuju ke rumah yang berada di depan rumahnya itu Binar segera teringat bahwa sang tetangga belum memberikan hadiah ulang tahun yang dijanjikannya. Bukankah di malam ulang tahunnya Nanda menjanjikan bahwa dia akan memberikan hadiah itu tiga hari lagi pada Binar dan ini sudah hari ketiga tapi pria itu belum juga datang untuk memberinya kado yang dijanjikan. Akmal saja yang rumahnya berselang beberapa rumah dengan Binar sudah memberikan kado padanya masak Nanda yang di depan rumah lupa. Binar segera membuka ponselnya lagi lalu mengirimkan pesan kepada pria itu untuk mengingatkan bahwa seharusnya dia sudah bisa menerima kado yang dijanjikan Nanda.

Udara semakin dingin, rintik hujan yang turun juga semakin banyak. Binar berjalan ke ujung teras lalu mengulurkan tangannya dan menyentuh rintik yang turun membasahi telapak tangannya. Dia menyukai tetesan tetesan dari langit itu jatuh teratur dan memberikan sensasi dingin di kulitnya. Dia suka hujan, sangat suka. Matanya lurus ke depan menatap setiap bulir-bulir hujan yang jatuh membasahi tanah dan rerumputan di halaman rumahnya. Perpaduan air hujan, tanah dan rerumputan menimbulkan aroma basah yang menenangkan.

Suara mobil yang diberhentikan di depan rumahnya membuatnya sedikit menautkan kedua alisnya. Tidak mungkin orang tuanya pulang secepat ini, lagi pula mobil yang berhenti di depan pagarnya itu sama sekali belum pernah dilihat sebelumnya. Ada sedikit rasa khawatir saat memikirkan siapa gerangan orang yang bertamu malam-malam seperti ini sedangkan dia sedang sendirian di rumah. Namun rasa khawatir itu segera sirna ketika dia menemukan orang yang sangat dikenalnya turun dari mobil itu.

Sebuah senyum tersungging di bibir Binar ketika dia melihat sosok berkemeja putih itu berjalan mendekati pagar rumahnya. Nanda datang, itu artinya hadiah ulang tahunnya akan segera tiba. Binar sedikit mengernyit ketika melihat Nanda bertumpu di pintu pagar rumahnya. Aneh sekali, padahal Binar tidak mengunci pintu pagarnya namun entah kenapa pria itu masih berdiri di sana tanpa langsung masuk ke dalam.

Binar mendekati pagar lalu membuka pintu pagar selebar mungkin. "Mampir, Bang." Dia segera mempersilakan Nanda memasuki pekarangan rumahnya lalu menyuruh pria itu duduk di kursi teras tanpa sedikitpun ada kekhawatiran saat melihat bagaimana kacaunya penampilan Nanda yang muncul dengan kemeja acak-acakan dan mata yang memerah.

Broken Touch (Tamat)Where stories live. Discover now