02 - Lucu

958 128 135
                                    

Loverdose : 02
.
.
.

by the way, di sini cuma mau bilang, kasih sedikit apresiasi untuk menghargai karya penulis berupa vote, menulis cerita ini membutuhkan waktu dan tenaga.

[]

"Ayo saya antar ke UKS. Tangan cantiknya gak boleh lecet."

Noina menggeleng, tak habis pikir dengan kegilaan cowok yang bergelar OSIS di hadapannya ini. Keseringan jadi babu makanya setres. Kira-kira begitu awal mulanya. Ewh!

"Permisi. Kalau mau gila dipending dulu, gue mau ke toilet," balas Noina mendorong Nekara agar menjauh. Melihat Nekara mundur dua langkah, membuat senyum tipis terukir di bibir Noina. Lantas ia melompat menuruni meja lapuk itu. Untung saja tidak patah karena berat badan Noina hanya seringan bulu.

"Kamu gak ke UKS?" Cecunguk itu bertanya.

Noina tak peduli, tangan digigit semut doang ke UKS, cuih! Lebih baik Noina pulang dan rebahan manja di rumah, ga deng, Noina gak punya rumah. Gadis itu piatu sejak berumur lima tahun dan dibesarkan di sebuah panti asuhan sampai akhirnya, di masa SMA ini Noina pindah ke rumah tantenya, karena ayah kandungnya melupakan gadis itu seolah tak pernah menciptakan seorang nyawa. Berengsek!

"AAA!"

Asyik memikirkan rebahan, Noina tak sadar bahwa dari belakang Nekara mengikutinya. Cowok itu mengangkat tubuh Noina dengan santainya, seolah gadis itu seorang bayi berumur lima bulan. Tidak ada berat-beratnya, terlihat sangat enteng. Tangan Noina refleks melingkar di leher Nekara karena terkejut.

"Tangan kamu merah, lebih baik diobati dulu," ujarnya tersenyum menatap Noina yang memasang tampang masam.

"Turunin gue, Kak. Gue gak mau nyari masalah, gue udah capek. Lepasin!" Tangan Noina yang semula melingkar di leher Nekara perlahan menyentuh leher itu dan mencekiknya.

"Lepas atau lo gue bunuh!" ancam Noina telak.

"Memang kamu berani? Kalau iya, kenapa siswa yang mem-bully kamu selama ini gak kamu bunuh?" tanyanya menjebak Noina.

"Gue gak kuat, mereka keroyokan. Gue sendiri, mana tenaga lidi lagi, Noina gak kuat biar takdir saja yang melawan," ujar Noina sok dramatis.

"Tuh tau tenaga kamu kayak lidi, sok-sok-an bunuh saya." Nekara terdengar sombong.

Gigi Noina bergemelatuk kesal, ia melingkarkan jemari di leher Nekara dan menekannya sekuat tenaga. "Mampus mati lo!" ujarnya dengan senyum tengil.

Usai menutup pintu UKS itu, Nekara menatap geli ke arah wajah Noina yang terlihat membingungkan. Ia merasakan lehernya dicekik, namun tidak sakit sedikit pun, malahan itu seperti belaian bagi Nekara. Bah.

"Kamu ngapain?" Nekara bertanya.

"Bunuh lo lah," ujar Noina bangga seraya menutup mata mengeluarkan kekuatan turbo. Mencekik Nekara secara brutal.

Tangan Nekara yang membopong tubuh kecil Noina bergeser ke atas, mendekatkan wajahnya pada wajah Noina yang sibuk mengatur ekspresi membunuh itu. Nekara tersenyum miring lalu menghantamkan pipinya pada bibir Noina yang sibuk mengucapkan mantra tak jelas itu.

Dengan sangat jantungannya, Noina membelalakkan mata. Nekara hanya diam, namun tak mau menjauhkan pipinya itu dari bibir Noina. Kemudian gadis itu menepuk pundak Nekara berulang kali. Hingga akhirnya Nekara menjauhkan pipinya, ia tersenyum lebar dengan mata yang menghunus tajam menembus retina Noina.

"Lo kenapa sih, hah? OSIS gak punya harga diri, kesopanan dan martabak. Eh, martabat maksud gue. Sumpah lo aneh, gue jadi takut," sewot Noina masih bergelantung di leher Nekara. Karena cowok itu tak juga menjatuhkan Noina ke brankar yang empuk itu.

"Makanya jangan lucu."

"Bodo amat, turunin gue," sentak Noina memberontak.

"Iya, iya." Nekara menurunkan Noina pelan, kemudian berjalan ke arah lemari yang berisi obat-obatan serta salep untuk mengurangi gatal dan bengkak di tangan Noina.

Nekara berjalan ke arah Noina. Ia meraih tangan gadis itu dan mengoleskan dengan lembut salep dingin itu, usai rata, Nekara meletakkan kembali salep itu pada tempatnya.

"Ayo ke kelas." Nekara meraih tangan Noina untuk digenggam.

"Gak mau," jawab Noina menggeleng.

Nekara membungkukkan sedikit badan, memandang Noina yang sudah terduduk di brankar dengan pandangan menunduk. "Kenapa?"

"Gak suka," balas Noina mengalihkan pandangan.

"Coba cerita sama saya."

"Gak!"

"Saya bisa bantu kamu, itu tanggung jawab saya di sekolah ini." Nekara tersenyum tulus menatap Noina.

Noina menegakkan kepala, memperhatikan raut wajah Nekara yang nampak teduh. "Tampang lo gak meyakinkan," ujar gadis itu.

"Saya harus gimana biar kamu percaya sama saya?" Nekara terus membujuk.

"Gak ada, syuhh! Pergi!" ujarnya mengusir seenak jidat.

"Gak mau saya anterin ke kelas?" tanya kampret itu sok peduli.

"Telinga gue mati rasa dengar mulut pedas mereka. Lo lihat nih rambut gue, ditaburin bedak bayi, gue capek," racaunya dengan pandangan kesal.

"Kenapa gak kamu lawan seperti nyekik saya tadi?" Nekara bertanya.

"Lo gak sakit tadi, 'kan? Nah itu, gue lemah, tenaga gue gak ada. Gue ngelawan asal lo tau, tapi mereka keroyokan, satu pegang tangan gue, satu bahu gue, satunya sakitin tubuh gue." Noina mengelus lembut lengannya yang kecil.

"Lalu?" Nekara berusaha memancing Noina agar terus bercerita.

"Yang cowok pegang tangan gue, sementara yang cewek hancurin rambut, sobekkin buku tugas, coret dan rusakin tas gue, gue... capek. Semenjak gue sadar melawan itu sia-sia, akhirnya gue diam aja disakiti dan palingan lari dari kenyataan." Jelas gadis itu memainkan jemarinya.

Nekara mengangguk. Makanya gadis itu tak banyak tingkah ketika ia mencium telapak tangannya. "Tadi gue udah lawan lo ya, Kak OSIS. Tapi, lihat, lo gak kesakitan sedikitpun. Gue letoy, sialan gue benci diri sendiri." Noina terus meracau.

Belain lembut terasa menenangkan kepala Noina. Cowok itu masih dengan senyum merekahnya, mengelus ubun-ubun Noina sayang. "Ayo ke kelas. Saya musnahin mereka yang sakitin kamu."

Tinggi Nekara : 1,83 mTinggi Noinara : 1,60 m

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tinggi Nekara : 1,83 m
Tinggi Noinara : 1,60 m

note:
⚠ nekara itu redflag

15.09.21

regards,
geezryubee.

LOVERDOSE [END]Where stories live. Discover now