26 - Jambakan Maut

244 51 151
                                    

Loverdose : 26
.
.
.

[]

"Brengsek!"

Bibir Noina bergetar mengucapkan kalimat melegakan itu. Matanya menghunus tajam menatap retina Nekara yang memancarkan emosi.

"IYA BENAR, GUE GAK PERNAH DIAJARIN HAL SEPENTING ITU SAMA KELUARGA GUE, KENAPA? LO GAK SUKA? YA UDAH, GUE GAK AKAN LO TEMUI LAGI DAN GAK AKAN BUAT LO EMOSI LAGI."

Noina benar-benar beranjak, membuang selimut yang menutupi tubuhnya dan berlari menuju pintu dengan air mata dan isakan yang saling berpacu keluar dari tempatnya.

Brak! Brak! Brak!

Noina memutar knop itu berkali-kali dan menariknya, sialnya kunci dari pintu itu telah disimpan cowok brengsek yang masih terdiam di atas tempat tidur itu.

Kehilangan tenaga, Noina mencoba duduk, kedua kakinya ditelentangkan, saling meninju udara melampiaskan rasa muak. "ARRGHHHH!!"

Jambakan bahkan hantaman Noina berikan pada rambut dan lantai tak berdosa itu. Ia benar-benar kacau, hanya satu kata. KELUARGA, mampu membuat Noina menghancurkan segalanya.

Lagi-lagi Noina meraung, merintih dan menjambak rambutnya kuat seraya memekik sekuat tenaga. "ARGHH! AAKHH!"

Drep!

"Tenang Nara. Jangan biarkan emosi mengendalikan kamu." Nekara memeluk gadis itu kuat, tak memberikan celah sedikitpun untuk Noina yang saling menghantam dan meninju apapun di sekitarnya.

"Brengsek lo sialan, brengsek lo bangsat! Arghh!" Mendengar teriakan dengan suara parau yang mendominasi itu membuat hati Nekara mencelos.

"Maafkan saya. Maaf, maaf, maaf." Mata Nekara ikut memanas, merasakan setetes cairan bening ikut turun bersamaan dengan emosinya yang mereda. Usai mengambil ponsel Noina dan memperhatikan apa yang dibaca gadis itu, rasa bersalah justru memuncak keluar dari pikiran Nekara.

Ia salah paham, bukan cowok lain yang mengganggu gadisnya justru hanya sebuah bacaan online itu mampu membuat Nekara cemburu besar. "Maafkan saya, Nara."

Noina tak mendengarkan, ia hanya sibuk memukul dan meninju tubuh Nekara sebisanya. "Lakukan jika itu membuat kamu lega. Sakiti saya Noina."

Bahkan sesekali Noina menampar Nekara dan meninju rahang tegas itu, ia benar-benar kesal, muak dan benci dengan segala aturan yang berlaku di hidup Nekara. Ia benci, gadis itu muak.

Nekara merintih terkadang mendesis merasakan kulitnya yang perih dan akan sobek, ia hanya mampu menggigit bibir dalam dan menumpahkan air mata menahan itu semua.

"Maafkan saya karena tidak menepati janji lagi, maafkan saya, maaf sudah membuat kamu menangis lagi. Maafkan saya." Hanya itu dan hanya itu kalimat yang sanggup Nekara ucapkan berkali-kali hingga Noina muak mendengarnya.

Isakan Noina mulai memudar, hanya tersisa sedikit rasa sesak yang membentengi dadanya. Merasakan Noina sudah tak ada lagi pergerakan untuk melampiaskan kekesalannya, Nekara semakin mengeratkan pelukan itu.

Cowok itu membiarkan air matanya jatuh, berdiam di belakang kepala Noina. Menyesali semuanya.

Merasakan emosinya mulai mereda, Nekara perlahan berdiri, mengangkat Noina dalam dekapannya. Membawa tubuh gadis itu berbaring di atas tempat tidur dan menyelimutinya sebatas dada.

LOVERDOSE [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora