40 - Stranger

314 22 0
                                    

Loverdose : 40
.
.
.

[]

Kepalan kuat tercetak di tangan Noina. Semua mata memandang kasihan ke arahnya. Ada yang menggeleng ada juga yang tertawa puas. Ternyata keromantisan selama ini cuma permainan. Sangat menakjubkan.

Nekara mendobrak pintu labor dan berlari ke arah Noina yang ternyata juga ikut menyaksikan penampakan itu di balik jendela. "Nara, semua itu salah. Saya benar-benar tulus sama kamu."

Noina hanya diam, memandang kosong ke arah Nekara yang terus memohon padanya. Satu dua langkah, Noina perlahan mundur hingga satu tetes cairan membasahi pipinya, gadis itu segera berlari cepat membelah kerumunan.

Noina berlari tak tentu arah, mengabaikan satpam yang mencegahnya ke luar sekolah. Kakinya terus melangkah menyusuri trotoar dengan deraian kekecewaan yang sangat besar.

Entah dari mana asalnya, tiba-tiba saja di sebuah lorong, Nekara muncul lebih dulu menghambat pergerakan gadis itu. "Nara... dengarkan saya. Itu semua salah paham."

"Brengsek lo banci!" Noina tak peduli, ia benar-benar di luar kendali sekarang.

Hantaman kuat terasa berdentum di dada Nekara. Itu bukanlah Noina yang ia kenal. "Noinara, semua berita itu salah. Saya bukan seperti itu, tolong percaya."

Dengan deraian air mata yang terasa semakin deras itu, Noina terkekeh. "Jadi selama ini, selamat bermimpi, Noinoi. Itu ternyata kayak gini?"

"Mimpi gue ketinggian. Mana mungkin ketos sekaya lo mau sama cewek di bawah rata-rata kayak gue. Ooh, jadi itu maksudnya. Gue gak ngeh, semoga langgeng bareng Ravy." Noina tersenyum paksa dan membalikkan badan kembali berlari meninggalkan Nekara.

"NOINARA!"

Nekara berlari mengikuti Noina, gadis itu berlari sebisa mungkin dan sejauh yang bisa dicapainya. Untuk terakhir kalinya sebelum benar-benar menghilang di balik ramainya pasar, Nekara sempat mendengar Noina berteriak. "Terima kasih tiga belas harinya."

𝓛𝓸𝓿𝓮𝓻𝓭𝓸𝓼𝓮

Malam.

Noina berjalan lemah, tubuhnya lelah, batinnya tak berdaya, air mata pun sudah muak terus membasahi kedua pipinya.

Dengan mendesis lirih, Noina terus melangkah di tepi trotoar yang sepi. Meninggalkan tas dan segala yang berhubungan dengan Nekara, bahkan gadis itu mematikan ponselnya agar tak dihubungi cowok berengsek itu.

Mata Noina menyipit, melihat sebuah motor besar yang sepertinya baru saja terjatuh. Gadis itu berjalan mendekat. Melihat pengemudi motor itu berusaha mengeluarkan kakinya yang terhimpit badan motor.

"Lo gak pa-pa?" tanya Noina.

Terdengar desisan kesakitan di sana, sebelum sang pengemudi berhasil membebaskan diri dari badan motor dan melepaskan helm yang membalut kepala seraya menatap Noina bingung. "Lo siapa?" tanyanya.

"Gue kebetulan lewat, kaki lo baik-baik aja?"

Noina merasa tak asing, kedua manusia itu saling tunjuk sebelum akhirnya berucap sama. "Lo!"

"Cewek tolol yang dirampok itu, 'kan?"

"Lambe lo." Noina membalas malas.

LOVERDOSE [END]Where stories live. Discover now