65 - Remedy [END]

561 26 2
                                    

Loverdosis : 65
.
.
.

[]

Hampir setiap hari berada di sini Noina selalu mengunjungi makam sang ibu, mencabuti rerumputan yang tumbuh dan menaburkan bunga mawar di sekitarnya.

Sudah hampir dua puluh menit ia berdiam diri di sini, semburat keemasan dari langit mengisyaratkan gadis itu agar segera kembali ke rumah karena gelap akan segera datang.

Gadis itu kemudian berdiri, merapalkan sedikit doa dan segera berpamitan dengan mengelus ukiran nama yang terletak di nisan itu. Sepanjang perjalanan pulang, entah kenapa ia merasakan perasaan aneh pada dirinya. Jantungnya memompa secara cepat tanpa aba-aba, membuat tangannya berpindah meremas bagian dada yang terasa begitu sesak.

Sesegera mungkin ia berlari menuju rumah yang sudah mulai terlihat. Setibanya di teras rumah, ia mengambil napas panjang, menenangkan pikiran bahwa semuanya baik-baik saja. Suci yang tak sengaja melihat, lantas mendekati Noina seraya menyuruh Maura membawakan air minum untuknya.

"Kamu kenapa?" tanya gadis itu cemas.

Noina menggeleng usai meneguk minuman itu hingga tandas. "Gak tau, Kak. Tiba-tiba sesek."

Suci mengelus punggung Noina memberikan rasa tenang, membuat Noina merasa mulai baikan dengan hal sesederhana itu. "Kalau udah baikan segera mandi, ya. Habis itu tidur," ucapnya yang diangguki Noina.

Maura yang menyaksikan raut cemas itupun ikut mengelus punggung tangan Noina, entah kenapa si kecil itu juga mampu merasakan ketakutan yang Noina rasakan. "Kalau kata teman aku ya, Kak. Biasanya kayak gini itu ada orang yang Kakak sayang sedang terluka."

Noina menatap Maura bingung. "Semoga itu cuma perasaan Kakak aja," lanjut Maura tersenyum menatap Noina yang terdiam. "Mandi aja, Kak. Tenangin pikiran biar seger, hehe."

Senyuman itu dibalas Noina dengan kekehan, segera melaksanakan perintah Maura untuk mandi.

Segar rasanya menghabiskan waktu kurang lebih lima belas menit dan Noina sudah mulai membaik seraya merebahkan diri di atas kasur. Gadis itu sendirian, Maura si partner tidurnya justru sedang sibuk menonton si kembar botak bersama si kembar yang sedang dimabuk cinta.

Gadis itu mencoba memikirkan perkataan Maura, apa benar ada seseorang yang disayangnya sedang tidak baik-baik saja sekarang. Lalu siapa? Ia menggaruk pipinya bingung, netranya menatap jam di dinding yang menunjukkan pukul setengah enam sore.

Guling itu dipeluk oleh Noina, berbalik ke sana ke mari untuk menengkan pikiran, namun bukannya membaik justru bayang-bayang Nekara lah yang terbesit di benaknya.

Noina bergumam pelan, entah kenapa ia tiba-tiba rindu dengan Nekara. Di saat Noina sedang tidak mood pasti Nekara selalu ada di dekatnya dan memberikan pelukan menenangkan agar Noina kembali membaik.

Ah, Noina kangen cowok itu.

"Nek...."

"Embh?"

Terkejut. Noina segera menoleh, namun tak menemukan siapapun di sekitarnya. Ia memegang dadanya yang berdebar begitu kencang. "Si-siapa?"

Noina turun dari tempat tidur, menatap ke arah jendela yang mulai menggelep. "Nek."

"Kenapa, Noina?"

LOVERDOSE [END]Where stories live. Discover now