11 - Blushing

369 62 102
                                    

Loverdose : 11
.
.
.

[]

"Khem, gak mau pulang?"

Lagi-lagi, hanya gelengan kecil yang Nekara dapatkan dari gadis mungil yang menelungkupkan kepalanya pada meja itu.

"Udah mau sore loh, sampai kapan kamu mau tidur gak nyaman kayak gitu?" tanya cowok yang sudah mulai bosan itu.

"Lo pulang aja." Noina menjawab dengan wajah yang terus disembunyikan.

"Yakin?"

"Ya."

Nekara menenteng tasnya di belakang punggung. "Saya duluan, ya."

"Embh."

Sayup-sayup telinga Noina mendengar langkah kaki yang mulai memudar. Ia mengintip pelan-pelan, usai memastikan tidak ada lagi siapapun nyawa yang hidup di sekitarnya, barulah Noina menegakkan kepala menghirup napas segar.  "Ahh, udara~"

Hanya detakan jarum jam di dinding yang menemani gadis itu di kesendirian. Udara mulai terasa lembab tatkala sang surya mulai lenyap menampakkan goresan jingga pada langit senja.

Tiba-tiba detak jantung Noina berpacu tak enak, bulu kuduknya merinding memperhatikan sudut kelas yang gelap dan hening. Gadis itu mengatur napasnya berulang kali, jika berlari sekarang maka ia makin ketakutan, dan jika berjalan sok baik-baik saja itu semakin buruk lagi.

"Halo? Ada orang di sini?" Noina berbisik ntah pada siapa.

Rambut halus di tangannya meremang. Kaki gadis itu sedikit bergetar merasakan angin mulai bertiup sangat kencang. Noina menyandang tasnya dengan cepat dan mulai berdiri meninggalkan kursi.

Dengan langkah kecilnya gadis itu sedikit berlari menuju pintu dengan mulut yang berkomat-kamit, tangannya meremat tali tas sekuat tenaga, menyalurkan rasa takut yang menggelora.

Ssst.

Noina membeku, pandangannya kosong dengan keringat dingin mulai mengalir membasahi rambut dan punggungnya. Tinggal tiga langkah lagi menuju pintu dan gadis itu akan melihat indahnya dunia luar. Tapi, apalah dayanya yang tiba-tiba tak memiliki tenaga bahkan untuk sekedar melangkah. Tubuhnya bereaksi seperti es yang membeku. Freeze.

"Jangan ganggu Noina...," ucap gadis yang menunduk itu lirih. Bibirnya bergetar dengan pandangan yang mulai memburam.

Haaa.

Suara seperti helaan napas panjang itu membuat Noina benar-benar terdiam. Hanya air mata yang mulai membasahi pipinya yang menandakan gadis itu masih memiliki nyawa. "Mama...."

Tidak terisak tidak pula berteriak. Air mata yang membasahi pipi gadis itu hanya mengalir begitu saja dalam kediaman. Pandangannya benar-benar kosong seperti patung.

"Hey, kenapa nangis?"

Nekara yang baru saja datang dari kamar mandi menepuk bahu Noina berulang kali menyadarkan gadis yang diam itu. Jemarinya mengelus pipi Noina menghilangkan jejak air mata yang tak berhenti turun.

"Kenapa sayang, hm?" tanya cowok yang tengah membungkukkan badan agar sejajar dengan gadis bertubuh kecil di hadapannya ini.

Nekara lantas terkekeh gemas memperhatikan Noina yang bergeming. Tangannya yang bebas mengangkat tubuh Noina agar menempel di badannya yang lebar, cowok itu mengaitkan lengan Noina memenuhi lehernya dan melingkarkan kaki pendek gadis itu memeluk perutnya.

LOVERDOSE [END]Where stories live. Discover now