SPECIAL CHAPTER

481 28 6
                                    

hi, it's the last part of loverdose story.

enjoy!

————————————

Loverdose : Our Dawn is Hotter Than Day

[]

"Saya juga sayang kamu, mercusuarnya Nekara."

Suara itu.

Perlahan, Noina mendongak. Ia menstabilkan penglihatan memastikan bahwa yang ia tatap sekarang adalah Nekara. Memfokuskan pandangan sekali lagi, menelisik senyum Nekara yang entah kenapa terasa begitu nyata.

Bibir Noina melengkung ke bawah, apakah ia sedang berhalusinasi? Ia tidak tahu, yang jelas air matanya menyucur begitu saja membasahi kedua pipi, bahkan ia sama sekali tidak sadar sedari tadi sudah ada sebuah tangan yang tak henti mengelus punggungnya lembut.

Noina diam, menatap dalam pada kedua bola mata Nekara yang juga menatap dirinya fokus. Lima sampai sepuluh detik berlalu, Noina masih setia pada posisinya memperhatikan wajah dan mengamati retina kecokelatan cowok itu.

Pada detik ke lima belas, tiba-tiba saja sebuah tangan mengelus lembut dahinya yang tertutup helaian rambut. Membawa tubuh gadis itu duduk dan membiarkan Noina mencari kembali kesadarannya.

Noina jelas sadar ini bukan halusinasi, yang duduk bersandar pada brankar ini adalah Nekara, kekasihnya. Namun, kenapa cowok itu—

"Kamu ke mana aja?"

Jemari lembut Nekara mengelus kedua pipi Noina menghilangkan jejak air mata di sana. Membuat Noina yang masih membeku meneguk saliva kasar. "Lo?"

Nekara tersenyum tipis. "Iya, ini saya, Nekara." Tangannya ia rentangkan, menyambut Noina agar masuk ke pelukannya.

Respon yang diterima Nekara justru berbanding terbalik, Noina justru menggeleng takut. "Lo mati suri? Atau gue yang halu?"

"Saya gak meninggal, Nara. Ini benar-benar saya." Nekara terkekeh halus, ini semua adalah ide bundanya membuat fake scenario seolah dirinya telah meninggal.

Noina masih bergeming, enggan mendekat untuk menyambut pelukan yang selama ini ia rindukan. Melihat itu, Nekara berinisiatif sendiri mendekat dan memeluk erat Noina seraya memejamkan kedua mata, ia teramat merindukan gadis ini.

Pelukan itu berlangsung satu menit, Noina menengadahkan kepala tak percaya dengan keadaan yang ia alami sekarang. Matanya menatap serius wajah Nekara yang berada di atasnya. Dagu cowok itu bertumpu pada kepala Noina, sehingga ketika Noina meliriknya cowok itu sedikit menjauhkan kepalanya.

Lagi dan lagi, mereka hanya bertatapan mengisyaratkan rasa rindu yang sudah tak terbendung lagi. Noina tidak bersuara, gadis itu bergeming menatap dalam mata Nekara yang juga menatap dirinya serius. Bahkan gadis itu sama sekali tak sadar bahwa air mata sudah bercucuran membasahi kedua pipinya.

Nekara mendengkus geli dan kembali memeluk gadis itu erat, menumpu dagu di atas kepala Noina dan memainkan rambut gadis itu yang terlihat berantakan. "Masih lama ya speechless-nya?" tanya Nekara tersenyum tipis.

Detik itu juga baru terdengar rengekan dari bibir pucat Noina, gadis itu membalas pelukan Nekara erat seraya menenggelamkan kepala di dada lebar Nekara. Ruangan yang semula hening itu jadi berisik dan bising karena tangisan Noina yang semakin menjadi-jadi, bahkan tersedu-sedu serta terisak lirih mencengkeram sisi baju tidur yang dikenakan Nekara kuat.

Sementara, Nekara mengelus punggung gadis itu halus. Bahkan Ravy dan Gopal yang baru saja membuka pintu hendak menerjang Nekara karena baru saja tersadar itu, jadi urung karena diusir Nekara lewat tangannya yang berayun seolah mengisyaratkan agar kedua cowok itu minggat.

LOVERDOSE [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن