45 - Badut

220 19 10
                                    

Loverdose : 45
.
.
.

[]

"Kangen...."

Noina melirik tangan kekar yang saling menggenggam di atas perutnya. Merasakan sapuan hangat napas Nekara melewati ceruk lehernya yang membuat gadis itu terdiam.

Cekalan itu dilepas Noina kasar, berdiri dan melangkah meninggalkan Nekara tanpa menoleh sedikitpun ke arah cowok yang terduduk lemas itu.

Kakinya terus bergerak fokus, melewati lapangan basket mengabaikan suara-suara yang membuat telinganya pengang.

Di bawah pohon yang rimbun itu, Nekara membisu. Mengambil napas lelah seraya menatap langit biru dengan pandangan pasrah.

Gadisnya sudah tak lagi peduli padanya.

Tubuhnya tiba-tiba berdiri dan dipapah Gopal juga Ravy yang berada di masing-masing lengannya. Kedua cowok itu menggiring sang ketua OSIS menuju kelas dengan mengurut dada sabar.

Nekara yang berada di tengah-tengah hanya menghela napas lelah. Membiarkan dirinya digiring dua bocah yang saling menggerutu itu melewati lorong yang ramai.

"Saya gak kuat lagi," lirih Nekara lesu.

"Sabar bos, cewek emang gitu, mereka butuh waktu. Jangan lo paksa, nanti nyesel." Gopal menanggapi.

"Berapa lama lagi?" Nekara melirik ke arah Gopal dengan tatapan sayu.

Gopal mengatup kedua bibir rapat, kemudian cengengesan melihat ke arah Nekara yang berharap. "Gak tau, ehe ehe."

"Kemarin kabur, Noina ke mana, Kar?" tanya Ravy sesudah mengumpulkan niat yang besar.

"Rumah temennya," balas Nekara.

"Lo udah lacak ponselnya? Percaya aja gitu Noina ke rumah temennya?" tanya Ravy curiga.

Mendengar ucapan Raflie, membuat Nekara terdiam.

𝓛𝓸𝓿𝓮𝓻𝓭𝓸𝓼𝓮

Kosong. Pelajaran yang diajarkan Bu Dangdut tak diperhatikan Noina sama sekali. Matanya menghadap ke depan, namun pikirannya melayang ke mana-mana.

"Ada yang ingin bertanya?"

Noina menggeleng. Seolah sudah paham dengan materi yang diajarkan.

Mendengar lonceng waktu pulang sudah dibunyikan, segera semua siswa berhamburan merapikan alat tulis dan berebutan keluar kelas.

Noina menyandang tas lesu, berjalan lunglai keluar kelas dengan langkah gontai. "Hufft."

Entahlah berita itu benar atau bukan, yang jelas melihat dengan mata kepala sendiri mereka hampir saja melakukan hal yang tak seharusnya dilakukan sesamanya, membuat Noina tak habis pikir.

Jika memang benar dirinya selama ini cuma penutup dari hubungan mereka, sungguh. Ini di luar skenario yang tak pernah terbayangkan oleh Noina.

Bayangkan orang yang kalian sayang, ternyata cuma menjadikan kalian korban untuk kelangsungan hubungan mereka yang salah. Itu benar-benar sialan.

LOVERDOSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang