31 - Caranya Sendiri

149 27 0
                                    

Loverdose : 31
.
.
.

[]

Senyum di bibir Nekara tak hentinya mengembang, bahkan ketika Gopal sudah berkoar membangunkan cowok itu pun Nekara masih saja menarik garis bibirnya melengkung senang.

"Waras lo? Pagi-pagi udah SSG!" Gopal merapikan tendanya yang sedikit berserak.

"Apa SSG?"

"Senyum-senyum gak jelas!" sewot Gopal mengibaskan selimut itu keras.

Ctar!

"Hari ini kegiatan kita apa, Pal?" tanya Nekara sudah sedikit sadar.

"Tarik tambang sama PMR. Lo yang nyusun jadwal malah nanya gue." Membuat suasana hati Gopal berantakan saja.

"Emosian mulu kamu, gak ada beda sama Api. Ngomong tentang Api, kok makin hari makin beda aja saya lihat, ya," ucap cowok itu seraya melipat selimutnya.

"Ya mana gue tau, lo udah coba nanya dia?"

"Udah, katanya cuma perasaan saya aja."

"Berarti emang perasaan lo doang. Orang ke gue dia baek-baek aja, tuh." Usai mengucapkan itu Gopal keluar dari tenda, melangkah meninggalkan Nekara yang bengong.

"Gimana, sih?" gumam Nekara menggaruk kepalanya.

Nekara menatap kosong pada tumpukan pakaian di hadapannya. "Masa iya saya kangen dijahilin kamu, Pi."

𝓛𝓸𝓿𝓮𝓻𝓭𝓸𝓼𝓮

"Lo jadi korbannya!"

Noina menunjuk dirinya sendiri tak menyangka. "Gue?"

"Iya, supaya gak berat digotong pake tandu."

Noina ber-ooh ria, menganggukkan kepala setuju dengan usulan itu. "Jangan kebanyakan poles obatnya."

"Sip."

Dan, ya. Jam sepuluh sudah berada di depan mata, tubuh Noina dibaringkan di atas pasir yang sudah diletakkan tandu di atasnya itu. Beberapa siswa yang mendapatkan tanggung jawab, mempoles wajah Noina dengan bedak tebal supaya terlihat pucat, tak lupa memberikan obat merah di sekitar area yang diperkirakan akan menjadi objek luka.

Perban ikut membalut kaki dan kepala gadis itu. Sementara di tangannya, diberi pengait seolah mengalami patah tulang.

Kelompok lain juga sibuk mengurus korban-korban di regunya masing-masing. Ada yang korban tabrak lari, kecelakaan, digigit ular, mati suri, mayat dan sebagainya. Memang random, tapi itulah adanya.

Waktu terus bergulir, membuat Jeslyn yang bertugas terhadap Noina mempercepat aksinya. Memastikan sudah cukup dan pas, gadis berambut pirang itu meminta rekan yang lainnya untuk menggotong tubuh Noina dan ditampilkan pada panitia yang siap menilai.

"Aman, Noi?" tanya Jeslyn memastikan gadis yang pucat dan berdarah-darah itu.

"Aman," balas Noina di sela-sela perjalanan menuju berkumpulnya para korban yang sudah sampai.

LOVERDOSE [END]Where stories live. Discover now