28 - Posesif

334 41 76
                                    

Loverdose : 28
.
.
.

[]

Bahu Nekara berat sebelah, gadis yang katanya takut ketombean itu justru sekarang malah terlelap nyaman tak tahu malu menimpa badan Nekara. Earphone yang dikenakan masih terpasang di masing-masing telinga dua manusia itu.

"Na, bangun. Udah sampai." Nekara menepuk pipi Noina dua kali.

"Hah?" Noina mengedipkan kedua matanya mengantuk.

Nekara melepas earphone itu dari indra pendengaran Noina. "Ayo turun, kita udah sampai."

"Ooh, sampai." Noina sesekali menguap, keluar dari bus yang sudah sepi itu seraya mengikuti langkah Nekara.

"Hati-hati kepala kamu masih pus–" Noina yang sayup-sayup sadar tak mengetahui yang diinjaknya adalah anak tangga untuk menuruni bus. Hampir saja ia terjerembab estetik kalau tidak ditangkap Nekara segera.

"Buka dulu matanya," ucap Nekara menurunkan Noina dan menepuk kembali pipi gadis itu.

Mata Noina menyipit, perlahan menyambut sinar matahari cerah menembus matanya. Ia menggaruk pipinya malas. Bahkan tak malu sama sekali menguap lebar di hadapan Nekara. "Bule mana yang mau sama gadis jelek kayak kamu," ledek Nekara.

"HAH? Bule?" Mata Noina seketika jreng, ia merapikan rambut dan bajunya yang kusut.

Nekara memutar bola matanya tak suka. "Bawa tas kamu sendiri," titahnya yang membuat Noina tambah melotot.

"Berat, Nek." Nekara malah berjalan lebih dulu meninggalkan Noina. Terpaksalah Noina mengambil tas besarnya dari bagasi itu dan membawa ke atas pundak kecilnya.

Baru dua langkah mengayunkan tungkainya, Noina sudah merasakan tulang-tulang di punggungnya remuk. Ia memegang tas itu kuat dan kekeh berjalan menyusul siswa lain yang sudah berkumpul.

"Can I help you?" Noina menghentikan langkahnya, memperhatikan sepatu putih di hadapannya seraya menaikkan pandangan menatap err sosok bule tampan di depannya. Di depan Noina loh ini, bule cok!

Noina hanya menggeleng seraya tersenyum canggung. Masa nemu bule malah disuruh angkat beban 'kan gak elit. "Bukankah itu sangat berat?" Bule itu berbicara dengan logat yang sangat aneh menurut Noina.

"Gak berat kok, santai." Balas Noina yang membuat bule itu sedikit bingung.

"Gak berat? Maksud kamu tas itu ringan?"

Noina menjetikkan jemarinya. "Betul, ringan."

"Benarkah? Boleh aku coba?" Adoh-adoh, hati Noina meleleh coeks!

"Tidak us–"

"Khem! Excuse me." Nekara entah dari mana datangnya tiba-tiba nimbrung dan memotong ucapan Noina.

"Ya, kenapa?" Bule itu bertanya pada Nekara.

Nekara tanpa aba-aba merebut paksa tas Noina dan disandangnya, menarik pergelangan lengan gadis itu posesif. Nekara tersenyum menatap bule yang kebingungan itu dan berlalu tanpa sepatah katapun, membuat Noina berbalik dan melambai pada bule kelewat handsome itu. "Bye, Steve!" Noina tak tahu siapa namanya, yang penting nama barat sudah oks!

Duk!

Noina tak sadar bahwa Nekara sudah menghentikan langkahnya, padahal lokasi kemah masih beberapa meter lagi. Kening gadis itu terantuk mengenai dada Nekara. "Sudah kenalan rupanya, ya?" tanya Nekara.

"Udah dong. Ya kali momen langka disia-siain." Jelas sekali kebohongan gadis itu.

"Pakai cipika cipiki juga gak?" tanya cowok itu.

LOVERDOSE [END]Where stories live. Discover now